Kamis, 26 April 2018

Cerita Dewasa - Kisah Si Badan Babi (part 8 Tamat)


Perjalanan cukup memakan waktu satu jam lebih dan udara sekitar sudah mulai sejuk cenderung dingin. Kami masih mengikuti Dimas dan Tia di barisan paling depan. Naik bukit dan turun bukit merupakan jalan yang harus kami tempuh untuk bisa sampai ke tujuan.

“sampaaaiiii” Tia tiba-tiba berteriak saat motor kami berhenti di rumah dengan pagar berwarna putih.

Tia lalu membukakan pintu pagarnya dan kami memasukkan motor kami di halaman rumahnya. Kalau dilihat-lihat dari depan, rumahnya cukup sederhana dengan teras yang di tempatkan beberapa pot-pot tanaman dan serta halaman yang cukup rindang oleh tanaman-tanaman hias.

*CKLEK*

“ayooo silahkan masuk. Anggap rumah sendiri” ujar Tia setelah membuka pintu rumahnya dengan kunci yang ia bawa.

Kami lalu masuk dan sambil membawa barang bawaan kami. Tia lalu menunjukkan kamar-kamar yang akan kami gunakan untuk kami menginap.

“yang cewe-cewe di kamar aku aja nanti kalo mau tiduran, kalo yang cowok di depan tv gapapa kan? hahaha” ujar Tia

“laah masa gitu” ucap Tama kecewa.

“emang yg lo mau gimana deh tam? Gue ngeri sih kalo sekamar sama lu berdua hahah, mending di depan tv aja lebih aman” ujarku bercanda.

“tai lo za hahaha” timpal Dimas kali ini. “Tama mau sekamar sama Zakiyah kali za, kan ya lo tau…..” ucap Dimas yang terhenti karena Tama keburu menempeleng kepala Dimas dan membuat kami semua tertawa kecuali Zakiyah.

“maaf zak, emang nih anak mulutnya gapernah di sekolahin. Gue gaada maksud apa-apa serius” ucap Tama panik karena melihat Zakiyah yang sepertinya tau apa maksud Dimas dan Faza.

Zakiyah langsung masuk ke dalam kamar Tia tanpa mengucapkan apapun. Melihat gelagat itu, aku lalu menyuruh Winda untuk segera menyusul ke dalam kamar sedangkan Tia hanya cekikikan dan segera menyusul mereka berdua.

“tuhkan tai emang lu pada. Giliran gue udah mau dapet yg bener…..” ujar Tama terputus karena kepalanya ditempeleng oleh ku.

“santai bro, entar gue ngomong sama Zakiyah kalo tadi cuman bercanda. Lagipula cuman lo doang loh yg udah nyobain Winda sama Tia, sedangkan Dimas cuman Tia dan gue juga cuman Winda, jadinyaa…..” kuputus kata-kataku dan bersiap untuk berlari.

Setelah mendengar itu, raut muka Tama berubah menjadi sedikit jengkel dan akupun langsung berlari menuju luar rumah dan Tama mengejarku. Dimas hanya cekikikan saja melihat tingkah kami berdua. Aku yang memiliki tubuh besar, mengakibatkan dengan mudahnya Tama menangkapku dan aku mendapat beberapa kali jitakkan dan ia berkata “awas lu kalo lu apa-apain Zakiyah hahaha”. Kami lalu dikagetkan oleh sebuah mobil yang terparkir di depan rumah Tia dan menyalakan klaksonnya. Sontak itu membuat semua orang yang ada di dalam rumah menjadi keluar.

“ahhhhh papah ngapain sih kesini” gumam Tia.

Tia lalu membuka gerbang, namun nampaknya ia tidak membuka gerbang cukup lebar untuk mobil itu. Kami hanya melihatnya berada diluar dan mengobrol dengan orang yang ada di dalam mobil.

“zaa, ada telfon nihh” ujar Winda saat melihat HP-ku yang tergeletak di lantai akibat ulah aku dan Tama.

“dari siapa win?”

“Hani. Niiihh buruan angkat”

“kenapa gak kamu aja yang angkat si win ahahah”

“gamau ah zaa hehehe, nanti perang”

Aku tidak paham maksud perkataan Winda barusan karena ia terus memaksaku untuk segera mengangkat telefon dari Hani.

“halo assalamualaikum” ujarku ditelefon.

“waalaikumsalam zaaa, lagi ngapain za? Ehehehe” ujar seseorang di seberang telefon.

Kulihat Winda masuk kembali ke dalam rumah dan disusul oleh Zakiyah dan Tama, sedangkan Dimas kulihat mendekati Tia yang sedang mengobrol dengan seseorang di luar pagar rumah.

“baru sampe nihh dirumahnya Tia. Dingin banget disini hehe”

“berapa orang za yang ikut?”

“enam orang haan, pasang-pasangan hahaha”

“emmmm maksudnya?”

“Dimas kan sama Tia, Tama sama Zakiyah, aku sama Winda hehe”

“lohhh, Zakiyah kelas B?”

“iyaa haaan”

Kami lalu melanjutkan pembicaraan mengenai kegiatannya selama liburan. Dia juga tiba-tiba bercerita bahwa mantannya saat SMA berkunjung ke rumahnya. Ia belum tau tujuan mantannya itu tapi kedatangannya yang secara tiba-tiba membuat hatinya gundah lagi. Ia sempat menanyaiku lagi mengenai waktu pulangku ke Jakarta dan ia cerita bahwa orang tua nya ingin bertemu denganku. Aku sempat menanyakan alasan mengapa mereka ingin bertemu denganku namun jawabannya kurang menjawab pertanyaanku. Ia menanyaiku apakah aku sudah bertemu dengan orangtua Winda. Namun setelah kujawab pertanyaannya, suaranya terdengar menjadi parau saat berbicara. Ia lalu menyudahi telefon itu dengan alasan karena disuruh ibunya membeli beberapa bahan makanan untuk makan malam nanti.

“yaudah deh zaa hahaha, have fun ya kamu disana”

“iyaa haan, kamu juga yaa. Jangan galauan Andre terus hahaha”

“enggak kok zaa, aku udah gaada urusan lagi kok sama dia. Yang ada aku galauin kamu” ujarnya dan langsung menutup sambungan telefon.

“waaduhh rumit nihhh” gumamku dalam hati.

Aku lalu mengunci telefon genggamku dan mendapati Tia dan Dimas sudah kembali dari obrolan bersama orang yang ada di dalam mobil itu.

“siapa ti?” tanyaku.

“papahku zaa. Dia pengen ngecek kalo aku sama kalian udah sampe apa belum”

“lohh gak sekalian pulang? Hari ini sabtu kan ya? Emang masih kerja beliau?” tanyaku yang cukup banyak karena penasaran.

“eemmm ceritanya panjang deh zaa haha” ujar Dimas kali ini. Aku lalu sekilas melihat ekspresi wajah Tia yang mendadak berubah menjadi sedikit sendu.

“udaahh yuukkk masuk kalian. Istirahat. Udah sore, nanti malem kan harus ngelanjutin perjalanan” ujar Tia sambil mendorong kami berdua ke dalam rumah.
==========######==========
“Sudah papah bilang, papah bakal ngeluarin kamu dari penjara itu. Sekarang cepet masuk nak” ucap seorang pria dari dalam mobil yang jendela pintunya dibuka.

“aku gak mau, lebih baik kalo aku pulang sendiri aja. Aku mau ketemu mamah” ujarnya cukup ketus.

“papah bilang naik!!” ujarnya sambil turun dari mobil. “kamu gausah ketemu sama perempuan gak jelas kayak dia lagi. Masa depanmu lebih jelas kalo sama papah” lanjutnya.

“inget pah, yg bikin mamah kyk gitu itu siapa. Kalo bukan karena papah yg saat itu bawa perempuan lain ke rumah, mamah gaakan kayak gitu”

“kamu kalo dibilangin orang tua malah ngelawan. Sekarang masuk dan harus belajar buat lanjutin bisnis papah, karena papah gak akan selamanya ngurusin begituan” ujarnya sambil menyeret anaknya untuk masuk ke dalam mobil.

Anak tersebut masih cukup kuat untuk melawan orang tuanya, namun pria itu sedikit punya keuntungan di segi ukuran tubuh sehingga dengan sedikit paksaan ia bisa menaikkan anaknya ke dalam mobil. Setelah ia berhasil menaikkan anaknya ke dalam mobil, ia langsung berlari menuju kemudi dan segera memacu kendaraannya.

“kita kemana pah?” ucapnya dengan nada kesal.

“gausah banyak tanya, kamu akan papah kasih sesuatu yang sangat nikmat” ujarnya dengan ekspresi yang sangat menjijikkan.

Melihat ekspresi seperti itu, anak itu langsung menghela nafas karena sudah menduga apa yang akan diberikan oleh papahnya itu. Ia sekarang hanya mengikuti kemana papahnya akan membawanya.


“ngapain kamu kin kesini jauh-jauh hahaha” ujar seorang wanita saat tak sengaja melihat teman satu kelasnya di depan rumahnya.

“nyasar nay -_-. Aku pengen ke Purbalingga tadi, tapi ketiduran di bis jadinya pas bangun aku panik dan langsung turun aja. Tp gatau dimana ini hahaha” ujarnya berbohong

“laaah bisa yaa nyasar naik bis hahaha, cewek kayak kamu gaboleh kluyuran sore-sore gini. Apalagi udah mau malem. Udah sini masuk dulu, nanti aku minta papahku buat nganterin kamu pulang”

“ehh gausah nay, aku langsung aja. Udah sore juga, ngerepotin nanti hehe” ujarnya sedikit panik.

Dengan paksaan dan argument-argumen, Kintan harus menyerah dan ia masuk ke dalam rumah itu lagi. Nayla lalu bercerita kepada orang tuanya kalo Kintan adalah teman sekelasnya dan ia bercerita bahwa ia sedang nyasar maka dari itu nanti ia diantar ke kosnya. Papahnya menurut saja saat dimintai tolong untuk mengantarkannya.

Adzan Magrib pun berkumandang dan mereka memutuskan untuk melakukan ibadahnya kecuali Kintan yang dengan alasan sedang kedatangan tamu rutin bulanan. Tentu saja itu sebuah kebohongan karena beberapa saat yang lalu ia sedang disetubuhi oleh seorang laki-laki yang ada di depannya kini. Ia berasalan seperti itu karena ia belum sempat mandi besar untuk menghilangkan kekotorannya itu. Mereka meninggalkan Kintan sendirian di ruang tamu. Kintan lalu pergi menuju teras rumah itu lagi dan ia mendapati seorang laki-laki keluar dari rumahnya bersama motor. Laki-laki itu lalu melihat Kintan yang sedang duduk di teras dan menghampirinya.

“Mba Kintan, ngapain mba disini? Hehe” tanya laki-laki itu.

“kamu siapa?” ujarnya sambil mengingat siapa lawan bicaranya ini.

“masa lupa sih mba. Yaudah kalo mba lupa ya gapapa. Yang jelas aku pengen tau mba ngapain sama Pak Hasan?” ujarnya dengan tatapan yang menjijikkan.

Laki-laki itu terus memperhatikan wajah Kintan dan nampaknya Kintan risih diperhatikan seperti itu.

Laki-laki itu lalu memperhatikan bagian dada Kintan. “mba abis ngentot sama Pak Hasan yaa? Capek banget kayaknya. Enak ga mba?”

Raut wajah kintan seketika berubah menjadi kaget karena mendapatkan pertanyaan yang ia tidak ingin dengar.

“ehh beneran ya mba? Aku juga mau dong mba. Minimal nyusu lah mba, kayaknya susunya mba manis deh. Orangnya aja manis” ujarnya yang kini kembali memperhatikan wajah Kintan lagi.

“kurang ajar. Awas kamu. Kalo berani macam-macam saya teriak” ujarnya dengan raut wajah sangat panik.

“ahahahaha, santai mbaa, aku gaakan ngapa-ngapain mba kok. Panik banget. Berarti bener yaa mba abis ngentot sama Pak Hasan. Bakal jadi berita besar kan ya mba kalo satu kampus tau. Apalagi kalo temen-temen asisten mba pada tau. Dosen-dosen pada tau kalo anak kesayangannya melakukan perbuatan yang tak terpuji hahahaha”

Kintan adalah salah satu asisten praktikum di salah satu laboratorium di kampusnya. Ia satu laboratorium dengan Nayla namun berbeda mata kuliah yang diampunya. Diantara asisten lain, Kintan lah yang bisa dibilang paling bagus. Naluri kepemimpinannya bahkan mengalahkan teman-teman laki-lakinya. Dan ia beberapa kali diberi proyek oleh dosen dan ia menjalankan tugasnya dengan baik. Maka dari itu, ia dianggap anak kesayangan dosen yang menjadi atasan team asistennya itu.

Kintan masih tidak percaya bahwa berita ia sudah disetubuhi oleh laki-laki yang bahkan baru dikenal tadi akan disebarkan oleh seorang laki-laki yang bahkan ia tidak ingat siapa dia.

“ahahahaha, mba mba. Lucu banget sih mba kalo lagi panik gitu. Aku becanda kok mba. Tapi bener ya mba berarti mba udah ngentot sama Pak Hasan?”

“hhhhhhh iyaa. Aku diperkosa” ujarnya singkat sambil meneteskan air mata.

“loohh kok bisa? “

“panjang ceritanya”

Ditengah-tengah obrolan mereka, sang pemilik rumah yaitu Nayla tiba-tiba keluar dari rumahnya dan mendapati temannya sedang di teras dan sedang mengobrol dengan seorang laki-laki. Alangkah terkejutnya Nayla saat mendapati laki-laki itu juga sedang melihatnya dengan ekspresi terkejut. Laki-laki itu langsung lari menuju motornya dan langsung pergi dengan tergesa-gesa.

“kok dia bisa disini sih” ujar Nayla yang langsung membuka HP nya dan menghubungi sang ketua panitia makrab UKM nya tempo hari. “ihhh apaan sih di reject terus. Penting jugaaa” ujarnya kesal.

“kenapa nay, emang dia siapa?” ujar Kintan.

“duhh gimana ya jelasinnya. Intinya dia pas makrab UKM ku dia ketangkep basah lagi nelajangin cewek”

“HAH?”

“nah terus dia ditangkep kan sama kita panitia, terus dia dibawa sama satu alumni kita kin, masa hukumannya cuman seminggu sih buat pelecehan seksual. Setauku mah setahun percobaan dulu deh. Atau denda. Tapi dendanya kan ga sedikit”

“serius nay?”

“iya serius. Makanya aku mau nanya ke Jordi kalo alumni baik-baik aja atau enggak. Perasaanku mereka kabur pas dianter sama alumni ke kantor polisi. Mana kemarin aku baca berita kalo ada yang kecelakaan di daerah tempat makrabku juga”

Kintan lalu mengehela napas karena lega ia tidak diapa-apakan oleh laki-laki itu.

“yaudah-yaudah. Lupain dehh haha. Sekarang nganterin kamu aja. Aku mamah sama papah juga sekalian mau keluar, jadinya semua nganterin kamu deh hahaha”

“yaampun nay, ngerepotin banget hehehe. Makasih yaa”

“cipcip, santai aja, nanti kalo dapet proyek lagi bagi-bagi yaa haha, aku kan juga pengen latian buat penelitianku nanti”

“hahaha yaa nanti coba aku minta deh, barangkali ada proyek lagi ahah”

“nay, mamah mau ada kumpulan dulu yaa. Tolong jaga rumah kalo udah selese nganterin temenmu itu hehe” ucap ibu Nayla saat ia keluar dari rumahnya.

“naik apa mah?”

“taksi nay, itu dia taksinya” ujarnya sambil melangkah pergi menuju taksi.

Ibu Nayla lalu masuk ke dalam taksi dan langsung pergi dari hadapan mereka berdua.

Tak lama setelah itu, datang mobil berwarna hitam dan tiba-tiba berhenti di depan rumah Nayla. Cukup lama mobil tersebut diam di depan rumah Nayla. Sang pengemudi baru keluar dari mobilnya saat papah Nayla menegurnya karena ingin jalur keluar mobil dari garasinya tertutup oleh mobil orang itu.

“Pak Hasan!! Saya datang ke sini hanya untuk mengambil kembali barang yang sudah ku titipkan kepadamu hahaha” ucap pengemudi mobil hitam tadi.

“OM ROY!!” ucap Nayla cukup keras. Nayla langsung menutup mulut setelahnya karena cukup kaget dengan kehadiran orang pertama yang menikmati tubuhnya.

Pak Hasan cukup terkejut karena anaknya bisa kenal dengan seorang bandar perempuan yang cukup tersohor namanya di kota ini.

Roy lalu mengalihkan pandangan dari Hasan menuju asal suara dan ia pun mendapati dua perempuan dengan ekspresi sangat terkejut. Roy juga cukup terkejut karena salah satu barang andalannya ternyata adalah anak dari satu pelanggannya. Namun, ia tersenyum dengan liciknya karena itu sebagai bukti bahwa Nayla adalah seorang yang sangat professional. Ia tidak ketahuan oleh kedua orangtuanya walaupun di kota ini nama Nayla juga cukup tersohor di dunia hitam ini karena tubuhnya yang sangat bagus serta permainannya yang cukup ciamik jika diatas ranjang. Sudah tidak dapat dihitung uang yang didapat Roy karena menjajakan Nayla ke para pelanggannya.

Roy langsung mengalihkan pandangannya kembali ke Hasan dan melihat Hasan dengan ekspresi bingung karena anaknya tau nama Roy, ditambah disitu ada Kintan yang baru saja selesai ia garap karena diberi oleh Roy.

“Pak, pak Hasan, anda tidak apa-apa?” ucap Roy dengan senyum liciknya.

“oohh yaaa saya tidak apa-apa. Roy bisa tidak transaksi ditunda dulu. Sekarang sedanga ada anak saya, dan saya tidak mau anak saya tau kelakuan bapaknya” ujarnya berbisik.

Nayla masih sangat terkejut karena Roy yang datang secara tiba-tiba sekarang. Ia takut bahwa ia akan melapor ke papahnya karena akhir-akhir ini memang ia sedang tidak menerima panggilan dari Roy untuk memenuhi panggilan dari pelanggannya. Sedangkan Kintan sangat terkejut sekaligus ketakutan karena dia akan berususan dengan pria yang sudah merenggut mahkotanya secara paksa lagi ditambah tadi ia adalah perempuan yang belum lama ini disetubuhi oleh papah temennya itu karena diberikan oleh Roy dan ia juga berbohong kepada temannya terkait mengapa ia disini sekarang.

“kenapa memangnya pak, apakah kamu takut anak anda yang cantik itu akan meninggalkan anda kalau tau kelakuan bejat anda”

Melihat Roy terus-menerus tersenyum dan mendengar Roy berkata demikian, membuat Hasan cukup curiga, ditambah tadi anaknya menyebut nama Roy dan terkesan kaget dengan kehadirannya. Ia lalu memanggil anaknya untuk sekedar memastikan apakah Roy mempekerjakan anaknya atau tidak.

“nak kamu kenal dengan orang ini?” ujarnya saat anaknya sudah ada diantara dirinya dan Roy.

“emmmmmm kenal pah, dia salah satu dosen pengampu yang ada di lab ku. Jadinya biasanya kalo koordinasi masalah praktikum sama beliau ini hehe”

Hasan mengernyitkan jidat dan memasang ekpresi bingung dan langsung menatap Roy yang masih tersenyum licik. Ia tau bahwa Roy bukanlah dosen. Ia seorang penjual wanita. Sudah beberapa wanita yang dimilikinya dinikmati oleh Hasan. Tiap kali Hasan ada acara ke kota ini, mau itu liburan atau dinas, pasti ia memesan salah satu wanitanya untuk menemaninya.

“KURANG AJAR!!” teriak Hasan seraya memukul Roy tepat di rahang. Pukulan itu membuat Roy terpental cukup jauh hingga tubuhnya menubruk mobilnya.

Hasan lalu memeluk anaknya. “nak, nanti jelasin ke papah kenapa kamu bisa kenal sama orang itu” ucapnya seranya menunjuk Roy yang masih terkapar di pinggir mobilnya. “jelasin dengan sejujurnya. Papah gaakan marah sama kamu” lanjutnya seraya melepaskan pelukannya.

Tanpa sadar, Nayla meneteskan air matanya. “iya paah” ucapnya lirih sambil melihat papahnya menuju ke Roy.

Saat Hasan mencapai tubuh Roy yang masih terkapar. Ia menarik kerah baju yang dipakai oleh Roy. “KENAPA KAU GUNAKAN ANAKKU UNTUK PEKERJAANMU YG KOTOR ITU” ucapnya sambil membanting tubuh Roy.

Dibanting cukup keras membuat Roy memuntahkan sedikit darah dari dari mulutnya. Tak ada angin tak ada banjir, mobil yang diguanakan oleh Roy tiba-tiba berjalan dan langsung pergi meninggalkan mereka semua. Roy sangat terkejut karena anaknya membawa kabur kendaraannya.

“LIAT KEMANA KAU BANGSAT” ucap Hasan lalu memukulnya lagi hingga babak belur.

Hasan terus-terusan memukul wajah Roy hingga salah satu warga melihat aksinya dan akhirnya bisa menghentikan aksinya itu. Saat ditanya kenapa ia memukul orang itu, Hasan berdalih bahwa ia telah memperkosa anaknya dan akhirnya Roy dibawa oleh warga untuk diserahkan ke kantor polisi.

Nayla dan Kintan cukup terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi. Mereka lalu mengikuti Hasan yang masuk ke dalam rumah untuk membersihkan tangannya yang ternodai oleh darah. Mereka menunggu Hasan diruang tamu. Setelah beberapa saat Hasan menuju ruang tamu dan sudah mendapati Kintan dan Nayla duduk menunduk.

“Nayla sebelum kamu cerita, papah mau ngaku sesuatu dulu” ucapnya terpotong dengan helaan nafas. “papah minta maaf karena udah memerkosa temenmu itu. karena jujur tadi Roy menawarkannya kepadaku”

Mendengar hal itu membuat Kintan menangis dan Nayla terkejut bukan main. Ia tidak mengira bahwa temannya, anak kesayangan para dosen juga merupakan korban dari Roy. “sekarang giliran kamu yang cerita nak” ucap Hasan dengan sedikit terbata-bata.

Nayla lalu mengehla nafas dan menceritakan bagaimana ia mengenal Roy. Ia bercerita bahwa ia dulu diperkosa oleh Roy pada masa menjadi maba di kampusnya. Awalnya ia menawari produk kosmetik di kosannya, dan memang kosmetik tersebut cukup bagus kualitasnya. Namun saat Roy sedang mempresentasikan produknya, muncul beberapa pria dengan tubuh tegap dan langsung menyeret Nayla keluar dari kosannya dan membawanya ke daerah Watuogah. Ia diperkosa habis-habisan oleh Roy dan beberapa pria tadi dan membuat videonya. Ia mengancam akan menyebarkan video kalau tidak menuruti kemauan Roy. Maka dari itu, tiap Roy memanggilnya mau tidak mau ia harus memenuhi panggilan itu. Nayla bercerita dengan berlinangan air mata sehingga membuat orang yang mendengar cerita itu menjadi haru. Kintan juga meneteskan air matanya walaupun tidak sebanyak Nayla.

Akhirnya Hasan memutuskan untuk melupakan kejadian hari ini dan ia menyuruh Nayla agar tidak bercerita kepada ibunya. Hasan lalu memerintahkan mereka berdua untuk mencuci muka lalu Hasan dan Nayla mengantar Kintan menuju kosannya.

 “gimana nak, nak Faza kapan bisa datang kesini?”

“gatau maaaahh, dia lagi sama temen-temennya di dieng” ujar Hani dengan raut muka murung.

“looo. Kok murung. Emang nak Faza gaboleh main ke Dieng sama kamu?”

“yaa boleh sihhh. Aaaaa udah lah maaah. Hani lagi gamau ngomongin dia lagi”

“bukan gitu masalahnya nak, Kemarin, temanmu si Andre tiba-tiba datang ke sini. Padahal selama sama kamu kayaknya dia gapernah main ke rumah ini deh. Makanya ayah sama mamah nyuruh Faza kesini ya biar sekalian kami juga pengen kenalan sama dia, sekaligus ngasih tau kalo kamu juga udah sama orang lain. Jujur nak, mamah gak suka kamu deket-deket lagi sama Andre”

“iyaa maaah, Hani juga gamau sama Andre lagi. Dia playboy cap kampak”

Beberapa saat mereka berdua berdiam diri karena penuturan Hani. Setelah mereka sadar, Ibu Hani lalu mengajak anaknya makan malam karena masakan sudah siap dan saat itu mendengar suara motor masuk ke dalam rumah yang menandakan ayahnya sudah pulang dari pencarian nafkahnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Kami masih bermain ‘Uno Stacko’ dan kondisinya kini sudah banyak balok-balok yang kosong di bagian dasarnya dan berpindah semua ke bagian atas. Aku yang saat itu sedang giliran jalan, mengambil balok yang ada dibagian tengah secara perlahan dan akhirnya ku berhasil mengambilnya tanpa seluruh balok ambruk. Aku lalu meletakkan balok yang kuambil di bagian paling atas. Kini giliran Zakiyah yang mendapat giliran. Sialnya, baru menyentuh balok saja, ‘gedungnya’ sudah bergoyang karena tak seimbang. Ia nekat untuk menarik balok itu dan akhirnya ‘gedung’ itu pun ambruk dan menandakan Zakiyah kalah.

“ahahahaha lagian maksa banget sihh” ujarku.

“laaah orang gaada lagi yang bisa diambil yaudah aku ambil aja yang mana aja” ujar Zakiyah sambil membereskan balok-balok dan menyusun kembali balok-balok itu.

“aaahhh bosen aahh. Ga menantang mainnya?” ujar Tia kali ini.

“yaudah ada hukuman dehh buat yang kalah” ujar Winda yang tiba-tiba melirik ke arahku. Aku yang menduga maksud ‘hukuman’ adalah hukuman saat kami berdua bermain UNO saat dikosanku lalu mengusulkan hukuman yang sama seperti saat itu.

“jadi nanti buat yang menang berembug nentuin hukuman buat yang kalah. Gimana?” ujarku. “gimana Zakiyah sama Tama? Udah gak marahan lagi kan? hahaha” lanjutku yang sedikit menggoda mereka. “soalnya nanti kalian juga harus saling menghukum. Kalo kalian masih marahan, bahaya juga nanti hukumannya haha” lanjutku lagi. Kami semua selain Tama dan Zakiyah senyum-senyum cengengesan.

“apasih zaaa. Udah laah cepetan main lagi” ujar Zakiyah.

“waaah masih berantem yaa. Jangan deh kalo gitu. Bahaya nanti hukumannya. Mendingan kalian baikkan dulu gih. Winda, Tia, Dimas, kita keluar dulu yuk beli jajanan. Biarin mereka baikan dulu. Soalnya nanti siapa juga yang boncengin Zakiyah kalo bukan Tama” ujarku sambil mengangkat tubuhku untuk berdiri.

Aku diikuti oleh semua orang kecuali Tama dan Zakiyah. Kami lalu pergi keluar dengan berjalan kaki. Walaupun menurut Tia, untuk ke minimarket itu cukup jauh, tapi kami tetap berjalan kaki menuju minimarket.

“jail emang kamu zaa hahaha” ujar Winda sambil merangkul tanganku.

“harus digituin mereka hahaha, aku kan becanda tadi. Dan aku jg udah minta maaf sama Zakiyah tadi. Tapi dianya masih kayak gitu. Yaudah biarin mereka aja yg nyelesain haha”

“maklum zaa, masih perawan si Zakiyah hahaha” ujar Tia kali ini.

Tia adalah wanita yang tempo hari disetubuhi oleh Dimas dan Tama akibat perintahku, dan sepertinya Dimas sudah menceritakannya kepada Tia. Aku tau saat sesaat sebelum kami berangkat dan menuju rumah Zakiyah saat itu, aku dijitak olehnya dan ia mengatakan bahwa itu adalah balasan untuk apa yang sudah ku lalukan.

Aku juga bercerita kepada Winda kejadian itu. Aku juga sudah bercerita ke Dimas bahwa aku sudah berhubungan tubuh dengan Winda. Hal itu terpaksa karena Tama yang saat itu tiba-tiba bilang bahwa ia juga ikut menytubuhi Winda bersamaku. Aku juga sudah menceritakan ke Winda bahwa Dimas dan Tama tau kalo dia sudah pernah bersetubuh denganku. Ia tidak apa-apa asalkan aku harus melindunginya jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

Kami membicaraan ke arah apa yang akan dilakukan Tama saat ini dan Winda sama sekali tidak melepas rangkulan tangannya kepadau. Kami terus berjalan hingga tak terasa kami sampai di sebuah mini market.

Di tempat lain

Zakiyah sangat kesal karena ditinggal oleh teman-temannya dan hanya menyisakkan satu laki-laki mesum yang sudah melihat dalamannya tempo hari. Ia tidak percaya bahwa alasan ia mengajaknya untuk ikut adalah untuk bersetubuh. Zakiyah sangat kecewa saat Faza mengatakan hal itu tadi. Maka ia langsung masuk ke dalam kamar. Saat ini, ia melihat ekspresi laki-laki itu sangat menyesal. Ia tidak percaya dengan ekspresi itu, bisa saja itu ekspresi yang dibuat-buat sehingga dapat membuat dirinya luluh.

“tam, mau ngomong sesuatu ga? Kalo enggak, aku mau tidur, soalnya besok kan udah harus bangun biar gak ketinggalan liat sunset di prau” ujarnya sambil bangkit dari duduknya.

“zak zak tungguu” ucapnya sambil menarik tangan Zakiyah yang ingin pergi meninggalkannya.

“apasih lepas!!” ucapnya sambil berusaha melepaskan cengkraman yang ada ditangannya. Ia lalu menyilangkan tangannya di depan dadanya.

“maaf zakk, aku minta maaf. Serius. Aku bahkan gaada niatan sama sekali buat……..” ucap Tama terpotong.

“bohong. Kemarin pas dirumahku aja, titit kamu berdiri. Padahal cuman liat dalemanku doang”

“kalo aku ada niat buat gituin kamu. Aku GABAKAL ngomong kalo bajumu waktu itu tembus pandang. Aku pasti bakal BIARIN aja karena aku bisa aja curi-curi liat dalemanmu” ucap Tama cukup tegas. “dan Faza dan Dimas becandanya kelewatan emang tapi mereka cuman bercanda doang kok tadi. Beneran. Serius. Aku gaada niatan sama sekali buat gituan sama kamu” lanjutnya.

Zakiyah lalu menatap pria itu cukup tajam. Ingin melihat apakah tadi perkataan yang sebenarnya atau tidak.

“besok pas nanjak. Kamu bakal sama siapa coba? Dimas sama Tia, Winda sama Faza” ucapnya lagi dengan menatap tajam ke mata Zakiyah. “jangan cuman gara-gara becandaan doang semuanya jadi kacau. Kita udah jauh-jauh kesini. Beneran aku sama sekali gaada niatan buat gituan sama kamu” lanjutnya dengan menunjukkan dua jarinya yang membentuk kode “peace”.

“iyaa tam, untuk sekarang aku percaya sama kamu. Tapi kalo kamu besok ngelakuin hal-hal yang melecehkanku. Aku gaakan segan buat teriak. Biar semua tau kalo kamu orangnya mesum. Sekarang aku mau tidur. Jangan diganggu”

Zakiyah lalu meninggalkan Tama di ruang tengah lalu menuju kamar Tia dan membanting pintu kamar Tia. Hal itu membuat Tama cukup kesal dengan sikap Zakiyah. Faza dan Dimas memang becanda dan itu merupakan becandaan yang umum digunakan (kan?). “Sikapnya terlalu berlebihan” pikir Tama.

Tama tiba-tiba berteriak cukup keras dan mungkin saja Zakiyah mendengarnya dari dalam kamar Tia. Tama lalu menyalakan TV yang ada diruangan itu lalu mencari-cari channel yang menarik. Sudah berulang kali channel tersebut diganti-ganti namun acara yang dicari Tama tidak ada. Akhirnya ia membuka HP-nya dan membuka gallery dan menonton beberapa video panas Mba Nayla. Tama cukup terangsang akibat video itu. Tanpa sadar tangannya masuk ke dalam celananya dan akhirnya mencapai penisnya. Ia kocok penis tersebut hingga ingin mengeluarkan isinya. Sesaat sebelum isinya keluar, niatan jahat tiba-tiba muncul. Ia langsung melepas celana beserta dalamannya dan langsung menuju kamar Tia dan membiarkan TV-nya menyala.

Setelah sampai di depan pintu kamar, ia mencoba membuka pintu dan alangkah terkejutnya bahwa pintu tersebut tidak dikunci dan memudahkan ia untuk masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar, ia mendapati sesosok tubuh yang sedang tengkurap berada di kasur yang terletak di lantai. Ia lalu menutup pintu dan tidak lupa untuk menguncinya dan kunci pintu tersebut digantung di gantungan baju yang menempel di pintu.

Ia lalu mendekati tubuh itu dengan kondisi telanjang. Sesampainya Tama di sebelah tubuh itu, ia lalu mengamati tubuh itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambutnya cukup keriting dan panjang menambahkan efek lucu di tubuhnya yang mungil itu. Tama lalu menghela nafas dan akhirnya membalikkan tubuh itu dengan cukup pelan-pelan. Tama tersenyum karena Zakiyah sepertinya sudah tidur pulas. Tama lalu menyingkap kaos yang digunakan oleh Zakiyah, namun ditengah-tengah melakukan itu, terdengar erangan Zakiyah dan tubuhnya menjadi tengkurap kembali. Akhirnya Tama memutuskan untuk menyingkap kaos itu dari belakang dan membuka kait BH-nya. Setelah itu, secara perlahan ia membuka celana pendek yang dipakai oleh Zakiyah. Ia menemukan bongkahan pantan mungil yang masih tertutup oleh celana dalam dengan gambar salah satu karakter anime terkuat di jagat raya. Keringat dingin mulai menetes dari wajah Tama karena ia sangat gugup saat ini ditambah kondisi penisnya yang sudah sangat tegak membuat kondisinya serba salah saat ini. Ia lalu perlahan membuka celana dalam Zakiyah dan mendapati lubang belahan vagina yang masih terawat. Tidak terlihat ada rambu-rambut halus disitu. Tama hanya menurunkan celana dalam hanya sampai lutut karena posisi tidur Zakiyah yang tidak memungkinkan untuk dilepas hingga terlepas dari kakinya. Akhirnya setelah menguatkan tekad, ia sedikit mengocok penisnya lalu mengangkat pantat Zakiyah sedikit agar memudahkan penisnya untuk masuk ke dalam anus Zakiyah. Ia lalu menempelkan kepala penisnya di lubang anus Zakiyah lalu……

*TOKTOKTOK*

“TAMAA BUKA PINTUNYA KAMU NGAPAIN??” ucap seseorang yang berada diluar kamar.

Tama lalu kaget karena ketukan pintu itu cukup keras dan ia mendapati Zakiyah sedikit tersadar dari tidurnya dan ia sedikit menggerakkan tubuhnya. Tama yang tidak mau menunggu kesempatan lain, akhirnya mendorong penisnya sekuat tenaga dan menyebabkan kepala penisnya ambles di anus Zakiyah.

“AAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH” teriak Zakiyah yang kini terbangun sambil melengkungkan tubuhnya.

“TAMAAA APA YANG KAMU LAKUINN” teriak seseorang yang ada di luar kamar sambil masih terus mengetukkan pintu.

Tama masih terus berusaha memasukkan penisnya ke dalam anus dan tangannya ia gunakan untuk mendorong kepala Zakiyah ke kasur sehingga teriakkannya tertahan oleh kasur. Tama masih terus mendorong penisnya hingga seluruh penisnya masuk ke dalam anus Zakiyah.

“aaaahhh ahhhhh gila sempit banget” ujar Tama seraya menarik rambut Zakiyah. “ini yang bakal lo dapet kalo sok-sok suci” lanjutnya tepat di telinga Zakiyah.

Zakiyah hanya bisa mengerang karena mendera sakit yang amat sangat dibagian anus.

“taaammm sakkiiiittt. Keluarinnn. Iyaa aku minta maaafff. Aku terlalu lebayy. Aaahhhh sakittttt taaaaammm pleaseee keluarinnn” ujarnya dengan air mata yang keluar cukup deras.

“belum apa-apa loh zak, baru juga aku masukkin ini. nikmati yaa” ujar Tama lalu mendorong kepala Zakiyah ke kasur lagi. Ia lalu mengangkat pantat Zakiyah lagi dan mencengkramnya. “siap-siap ya zak, ini bakal nikmat banget” lanjutnya lalu menarik penisnya lalu mendorongnya kembali.

Sementara di luar kamar.

“ahhh gilaa si Tama” ucap Winda sambil terus mengetuk pintu kamar. “tiii, gaada kunci cadangan apa kamarmu?”

“gaada wiin, semua kunci kamar ada di dalem semuanya” ujar Tia. “coba aku ke kamar papahku” lanjutnya sambil sedikit berlari ke sebuah ruangan.

“taaammm bukaaa apa yang kamu lakuin!!!” teriak Winda lagi sambil terus mengetukkan pintu. “Fazaaa Dimaaasss bantuinnnn, kasian Zakiyaah” lanjutnya lagi dengan muka panik.

Aku dan Dimas berusaha membuka gagang pintu itu namun sepertinya percuma. Selagi aku memutar-mutar gagang pintu, Dimas menabrakkan diri ke pintu namun pintu itu tidak bergeming sedikitpun. Aku lalu melihat Winda sedikit meneteskan air matanya.

“win kenapa kok nangis?” tanyaku ke Winda.

“kasian Zakiyah, dia udah pernah di kayak giniin dulu. Masa sekarang digituin lagi” ujarnya sambil menatap kosong pintu kamar Tia.

Aku dan Dimas sontak terkejut dengan pernyataan Winda. Tia kembali ke tempat kami namun ia tidak menemukan apa-apa untuk bisa membuka pintu kamarnya. Kami masih terdiam karena masih terkejut dengan pernyataan Winda barusan. Hal itu membuat Tia bingung karena kami berdua hanya diam saja. Winda akhirnya bercerita mengenai tragedy yang menimpa Zakiyah.

Ia bercerita bahwa awalnya ia tau dari ibunya bahwa ia pernah melihat seseorang perempuan SMA pulang malam-malam dan pakaiannya sangat kusut. Saat dilihat lebih dekat ternyata itu Zakiyah. Esok harinya, satu komplek tersebut heboh karena ada pertikaian rumah tangga. Akhirnya sang istri memutuskan untuk pergi dari rumahnya saat itu serta membawa anaknya. Winda yang saat itu tak tahu apa-apa, sehingga ia hanya manut saja kepada wejangan-wejangan yang diberikan oleh ibunya untuk menjaga dirinya. Winda saat itu belum tau bahwa Zakiyah pergi karena pertikaian itu. Ia baru diberi tahu oleh teman satu kelasnya karena bingung kenapa selama satu minggu Zakiyah tidak masuk sekolah. Akhirnya Winda baru sadar bahwa seseorang yang diceritakan ibunya dan pertikaian keluarga itu adalah keluarga Zakiyah. Ia sedikit kesal kepada Zakiyah karena tidak cerita-cerita masalahnya. Ia merasa tidak dianggap sebagai sahabatnya. Padahal mereka sudah berteman dari SD bahkan dari TK mereka sudah berteman.

Aku, Dimas dan Tia hanya manggut-manggut saja mendengar cerita Winda. Winda terus mengeluarkan air matanya, sehingga aku harus menenangkannya. Tak lama aku memeluk Winda, tiba-tiba terdengar teriakan yang cukup keras dari dalam kamar. Hal itu membuat Winda makin erat memelukku. Akupun memutuskan untuk membawa Winda menjauh dari kamar itu. Aku sekilas melihat Dimas dan Tia masuk ke dalam kamar lain.

“win, gapapa kan disini aja?” tanyaku

“iyaa zaa gapapa huhuhu, kasian Zakiyah zaa” ujarnya sambil memelukku.

“iyaa tauu winnn. Salahku juga tadi malah kita tinggalin Tama sama Zakiyah, aku gak tau kalo Tama bakal nekat. Kukira dia beneran cinta sama Zakiyah makanya aku berani ninggalin tadi”

“kukira juga gitu zaaa” ujarnya sambil merapatkan tubuhnya ke tubuhku. “zaaaa dingin disini haha” lanjutnya sambil mengusap air matanya.

“yaa kan diluar win hahaha, nih pake jaketku” ujarku sambil memaikaikan jaketku kepada Winda.

“nanti kamu yang kedinginan hehehe” ujarnya sambil memakai jaketku. “aku udah ada jaket alami hahaha. Kita sementara disini dulu sampe mereka selese”

Winda sedikit tertawa akibat pernyataanku barusan. Aku sedikit lega karena itu. “zaa, aku boleh nanya sesuatu ga?” ucap Winda. “tanya apa?” ujarku.

“kamu cinta sama aku ga?”




Malam yang sangat sunyi itu sedikit diganggu oleh desahan-desahan para manusia yang saling menggesekkan alat kelaminnya. Udara dingin tidak menyurutkan hasrat mereka dalam bercinta. Kini tubuh Tia sudah berada dibawah Dimas dan siap untuk digenjot. Dimas memasukkan penisnya ke dalam vagina Tia dan menggenjotnya secara perlahan hingga kencang. Sampai-sampai suara gesekan alat kelamin mereka terdengar hingga luar ruangan itu. Sementara di ruangan lain, seseorang wanita sedang merintih kesakitan digarap oleh temannya yang belum lama dikenalnya.

Suasana di teras rumah terasa hangat karena adanya sepasang manusia yang masing-masing sedang bertarung dalam batin mereka. Satu orang sedang bertarung karena harus menjawab pertanyaan dari orang yang satunya lagi sedangkan orang satunya lagi sedang bertarung karena merasa menyesal mengapa melontarkan pertanyaan itu kepada orang yang satunya lagi.

“win, aku boong kalo aku gak naksir sama kamu. Dari awal kita masuk aku udah merhatiin kamu. Kamu orangnya ceria, bawel, tapi ngegemesin. Aku kayaknya belum minta maaf sama kamu deh soal aku……..” ucapku yang tertahan karena jari telunjuknya menutup mulutku.

“zaaaa, jawabannya iya atau enggak doang”

“emmmmm”

“hmm?”

“iya”

Aku melihat ekspresi lega di wajahnya dan ia tersenyum manis sekali. “zaaa, jangan bahas apa-apa lagi tentang kejadian di kos mu itu lagi yaa. Aku udah terima sama keadaanku yang kayak gini kok” ujar Winda dan ia tersenyum manis sekali, dan ia memainkan ujung jilbabnya jilbabnya. Jujur itu membuatku gemas sekali saat melihatnya.

“win, pacaran yuk”

“gak papa za? Hani? Zahra?”

Aku terdiam. Lidahku kelu saat Winda mengatakan hal itu. Mungkin untuk Zahra aku masih bisa menjawabnya karena Zahra memang sudah menolak ajakan untuk menjadi pacarku. Tapi Hani? aku tidak tau apakah Hani nanti akan sakit hati lagi dan menutup diri lagi jika tau aku berpacaran dengan Winda. Berpacaran dengan sahabatnya sendiri. Apalagi ditambah telefon dari Hani tadi siang yang membuatku sedikit khawatir dengan keadaannya saat ini.

“bingung ya? Hahaha” ujar Winda sambil melihat ke mataku. Aku merasa bahwa Winda melihat mataku dalam sekali. Sampai-sampai aku tidak bisa membuang pandanganku dari matanya. “zaaa, telfon Hani deh sekarang” lanjutnya tiba-tiba.

“hah? Ngapain?”

“minta izin kalo kamu jadi pacarku” ujarnya sambil mengambil HP-ku yang ada di dalam saku jaketku.

“kokk? Kenapa harus izin ke Hani?”

“udaaaahhh pokoknyaa telefon sekarang. nihhhh. Tinggal ngomong doang”

“hadeeuhhh. Ngomongnya gimana cobaaaa……….. Halo assalamualaikum Hani, selamat malam” ujarku karena mendengar suara telefon diangkat.

“halo selamat malam, ada apa ya mas telefon malem-malem gini. Saya gak berminat dengan barang dagangan mas yang katanya bisa memberikan kentungan berganda”

“hah? Aku bukan MLM haan”

“hahahahaha, iyaa zaa iyaa. Aku tau kokk. Kenapa zaaa?”

Aku gundah segundah-gundahnya kali ini. Aku takut terjadi apa-apa dengan Hani jika kukatakan bahwa Winda sudah menjadi pacarku.

“halooo. Fazaa? Masih disana kan?”

“masih kok han masih hehe. Anu…. Aku mau bilang kalo Winda……….”

“hhhhhmmmm. Selamat ya kalian hehehe, aku turut seneeeng” ujar Hani dengan suara agak sesenggukan.

“haaannn, kamu gapapa kaaan?” aku sedikit mengkhawatirkannya karena mendengar suara di seberang sana.

Cukup lama tidak ada suara dari seberang namun saat aku cek apakah masih tersambung, telefon memang masih tersambung.

“gapapaa kok zaaaa. Aku seneng…. Aku seneng kamu akhirnya udah bisa milih….. walaupun kamu gak pilih aku tapi aku seneng….. sekarang jagain Winda baik-baik yaaa….. jangan main-main sama yg lain lagi pokoknyaaa…… jaga matamu, matamu harus ke Winda terus, jangan ke yang lain….” ujarnya sambil menangis sesenggukan dari seberang. “Zahra jangan lupa kamu kabari juga ya zaa” lanjutnya.

Saat ini perasaanku campur aduk. Disisi lain, mungkin aku akan kehilangan Hani disisiku, dan aku tidak mengharapkan hal itu. Disisi satunya lagi, ada seorang wanita yang sudah mengambil hatiku, dan iapun bersedia hatinya diambil olehku. Aku lalu melihat Winda dan ia hanya tersenyum manis sekali lalu memelukku erat.

“iyaa han, pasti dia aku kabari juga. maaf yaa haan…..” ucapanku dipotong oleh suara diseberang. “loohhh kenapa minta maaf hahaha, gapapa kokk….. itu hak kamu buat milih……. Udah ya zaaaa. Udah malem juga, gabaik kita masih telefonan malem-malem gini. Apalagi besok perjalanan bakal berat kan. kamu juga tidur biar besok kuat” ujarnya. Tiba-tiba hening cukup lama. “Zaaa, biarkan aku ngomong sesuatu yang harusnya dari dulu aku ucapin ke kamu…...” ucapnya dengan jeda cukup lama. “aku cinta sama kamu” lanjutnya dan ia langsung menutup telefonnya.

Tanpa sadar aku meneteskan sedikit air mataku. Aku tau perasaan itu, perasaan melihat seseorang yang dicintainya lebih memilih orang lain. Perasaan yang seharusnya diutarakan sejak lama, tetapi baru bisa terucap saat semuanya menghilang. Melihat hal itu, Winda makin memelukku. Aku lalu meletakkan HP-ku di meja yang ada di teras itu. Aku lalu memetuskan untuk duduk lesehan di teras itu. Winda mengikuti dan duduk di atas pahaku sehingga posisi Winda dipangku olehku.

“cengeng ih kamu hahahaha” ledek Winda kepadaku.

“engga kok, tadi kelilipan doang ini”

“kelilipan dari mana, daritadi gaada angin gaada apa apa haha. Makasih ya zaaa, kamu udah milih aku hehe. Mudah-mudahan ini beneran dari sini” ujarnya sambil menunjuk dadaku.

Aku lalu memeluk Winda lagi dengan cukup erat sambil mengelus kepalanya dengan lembut. Tanpa sadar kami berdua terbang ke alam mimpi bersama.

Di tempat lain

“tamaaaa plisssss udahaaann. Capekkk ahhhhh ahhhh ahhhhh” desahan Zakiyah yang sudah sangat kelelahan karena sudah mencapai orgasmenya beberapa kali.

Kali ini Zakiyah sedang digenjot vaginanya oleh Tama. Tama memang sangat perkasa kali ini. Mungkin karena memang sudah lama ia tidak melakukan ritual olahraga lima jarinya karena harinya diisi oleh seorang wanita yang kini ia genjot. Ia baru mencapai orgasme satu kali. Itupun saat ia menusukkan penisnya di anus Zakiyah dan menyemprotkannya ke dalam anus Zakiyah. Setelah itu, ia langsung membalikkan tubuh Zakiyah dan langsung menusukkan penisnya di vaginanya. Awalnya Tama kaget karena ia tidak merasakan adanya penghalang di vagina Zakiyah karena penisnya langsung ambles semuanya dalam sekali hentakan. Namun ia tidak ambil pusing dan langsung menggenjotnya dengan kecepatan penuh hingga sekarang. Sedangkan Zakiyah harus tersiksa karena ia sudah beberapa kali orgasme namun Tama tidak menurunkan kecepatan genjotannya. Tubuh Zakiyah beberapa kali merinding dan ia sudah lemas sekali. Kira-kira sudah hampir satu jam Tama menggarap tubuh Zakiyah.

“aaahhh zaaakkk, aku mau nyampe nihh aahhhh. Dikeluarin di dalem apa diluar nihhh hhhhhhhhasssss” ujar Tama masih sambil menggenjot tubuh Zakiyah. Ia juga meremas payudara mungil yang bergerak naik turun seiring genjotan Tama.

“aaaaahhhhhhhhh diluaaarrrrrr sssshhhh aahhhhh”

Tama lalu mencabut penisnya dan langsung mengarahkan di wajah Zakiyah, tak lama setelah itu Tama menyemprotkan spermanya di wajah Zakiyah. Cukup banyak sperma yang dikeluarkan oleh Tama sehingga cukup untuk menutupi sebagian wajah Zakiyah.

“aaahhh ahhh aahhh. Makasih zak. Gila banget emang kamu. Haaahhhh. Kuat banget kamu. Biasanya udah pingsan tuh kalo aku gituin tadi hahaha” ujar Tama yang kini duduk di sebelah tubuh Zakiyah.

Zakiyah masih terengah-engah karena perlakuan Tama barusan. Sperma yang mengalir masuk ke dalam mulutnya, ia langsung telan. Cukup lama ia terengah-engah sambil menghimpun tenaga lagi. Tama lalu bangkit dan berjalan menuju pintu meninggalkan Zakiyah. Tama lalu mengambil kunci yang ada di gantungan baju dan ia membuka pintu itu.

“taaaammmmm, plis anterin aku ke kamar mandi. Aku gakuat buat bangun” ujar Zakiyah saat Tama sudah membuka pintu kamar itu.

“sebentar, aku ambil celana dulu”

Tama lalu mengambil celana yang ada diluar kamar lalu memakainya lagi. Ia lalu berjalan kembali ke tubuh Zakiyah, ia lalu mengangakat tubuh Zakiyah lalu menggendongnya menuju kamar mandi. Disepanjang perjalanan ke kamar mandi, mereka melewati suatu kamar yang di dalamnya terdengar suara desahan-desahan erotis. “tuh zak, Dimas sama Tia kenceng banget kan hahaha” ujar Tama masih terus berjalan menuju kamar mandi.

Sesampainya di kamar mandi, ia lalu menurunkan tubuh Zakiyah, namun Zakiyah langsung ambruk sehingga Tama harus memegangi tubuh itu.

“aku gak kuat taaammm hhhhhh. Pegangin tolooong”

Tama lalu memegangi tubuh Zakiyah untuk melakukan berbagai hal di kamar mandi, dari buang air kecil hingga cuci muka untuk menghilangkan sperma yang ada di wajahnya. Setelah semua selesai, Tama menggendong Zakiyah lagi untuk kembali ke kamar.

“Faza sama Winda dimana tam?” ucap Zakiyah ditengah-tengah perjalanan menuju kamar.

“gak tau zak, palingan juga lagi berduaan”

Zakiyah lalu terdiam lagi.

Sesampainya di kamar, Zakiyah dibaringkan lagi di kasur dan Tama mengambil beberapa pakaian yang berserakan yang tadi di lepas saat menggarap Zakiyah.

“gausah pake daleman tam, masih sakit” ujar Zakiyah saat Tama berusaha memasukkan celana dalamnya ke selangkangan Zakiyah.

Tama lalu memakaikan celana dan kaos ke tubuh Zakiyah. Ia lalu beranjak pergi meninggalkan tubuh yang masih lemas itu. “udah kamu istirahat lagi yaa, besok bakal capek banget kalo kamu ga istirahat” ujar Tama sambil meninggalkan Zakiyah.

“kamu mau kemana?”

“ngecek rumah ini udah dikunci semua apa belum. Udah kamu tidur ajaa”

Tama lalu keluar dari kamar itu lalu menutup pintunya. Ia lalu berjalan menuju ruang tamu karena hawanya terasa sangat dingin, jadi ia mengira bahwa pintu depan belum ditutup. Benar saja, pintu depan masih terbuka dengan gagahnya. “dasar mereka yaa, lagi enak-enak lupa kalo belum nutup pintu, kalo ada copet gimana” gerutunya.

Saat ia ingin menutup pintu rumah itu, ia melihat bayangan kaki di luar pintu. Penasaran dengan bayangan itu, ia melongok ke luar pintu itu. Ia mendapati temannya tertidur dengan seorang wanita berada diatasnya dan menyenderkan kepalanya di dada temannya itu. “yaaampun nih orang malah tidur disini”. Ia lalu membangunkan kedua orang itu. Kedua orang itu lalu bangun dan sedikit terkejut karena posisi mereka saat ini.

“udah selese tam?” ujarku yang akhirnya sepenuhnya sadar.

“udah haha, kasian dia. Lemes banget tadi”

“lah elu gila sih”

Aku lalu membangunkan Winda karena aku tidak bisa bangun dari dudukku. Winda akhirnya bangun namun masih setengah sadar. Aku bisa bangun dari dudukku lalu menggendong Winda karena ia masih belum sadar sepenuhnya. Aku lalu membawa Winda menuju kamar Tia lalu membaringkannya di sebelah tubuh Zakiyah yang sudah tertidur sangat pulas. Aku lalu keluar dari kamar itu dan mendapati Tama sudah berada di depan TV dan menyalakannya.

“udah dikunci semua tam?”

“udah zaa, ngapain lo tadi tidur diluar”

“Winda…. Tadi dia nangis denger teriakkan-teriakkan Zakiyah, makanya gue bawa keluar. Gila ya lu. Lu apain aja tuh Zakiyah. Badannya kecil juga”

“hahahaha biasa zaaa, abisan gue kesel yak. Yaudah mumpung kalian juga pada diluar dan pintu kamarnya gak dikunci ya langsung aja eksekusi”

“Gila dasar”

“dia lebih gila zaa, dia gak pingsan hahaha. Padahal kemarin Nayla aja sampe pingsan karena gak kuat”

“lo kapan sama Nayla? Perasaan dulu pas lo mau sama Nayla, gue ganggu deh”

“ahahahaha, gue boong zaa, gue udah beberapa kali sebenernya sama dia. Tapi itu di kosannya dia terus. Pas yang dikosan kita tuh emang kita sebenernya udah mau putus karena ya itu. Pelacur dia tuh. tapi si Zakiyah udah gak perawan zaa, ya ga papa sih. Cuman kirain gue orang pertama yang jebol dia. Soalnya ibunya jagain banget anaknya”

“pas lo kerumahnya, liat bokapnya gak lo?”

“enggak zaa, kenapa dehh”

“hhhmmm. Gue ceritain deh”

Aku lalu menceritakan hal tentang Zakiyah berdasarkan cerita Winda.

“waahhh hahaha, jangan-jangan pas dia ditunjukin video bokep sama temen-temennya. Soalnya dia pernah cerita kalo dia pernah nonton video bokep gara-gara di liatin sama temen-temennya”

“bisa jadi tuh. tapi yaudah jangan bahas lagi. kalo dia masih mau lu deketin lagi, jagain bener-bener.”

“wes wess ada apaan nih tumben ngasih wejangan hahaha”

“gapapa tam, kasian si Zakiyahnya”

“tenang za hahaha”

“btw ini jam berapa sih. Kita berangkat jam 1 atau jam 2? Si Dimas belum kelar juga apa? Dasar dia tuh. ngentot mulu kerjaannya”

“ini udah jam 11 za, kalo kita tidur pasti kebablasan nanti. Mending nonton TV aja sampe jam 1 an nanti kita bangunin cewek-ceweknya. Dimas udah kelar kayaknya soalnya udah gaada suara-suara lagi di kamar itu” ujarnya sambil menunjuk suatu kamar.

“mau nyoba masuk tam? Hahahaha”

“engga ah hahaha, capek gue. Lo belum dapet jatah dari Winda? Kasian banget lo hahaha”

“hahahaha tai lah. Gue gak make Winda cuman buat ngentot doang kali. Dia udah jadi pacar gue sekarang” ujarku dengan ekspresi muka minta ditonjok.

“busyeeettt udah jadi aja. Berarti si Hani sama Zahra lu lepas?”

“ya iyaa. Masa gue jadiin itu bertiga. Ga kuat gue hahahah”

“lu juga gila hahaha”

“enak aja hahahah”

Aku memutuskan untuk berjalan menuju ruang tamu karena ingin menelfon Zahra untuk laporan saja (haha). Beberapa kali telfonnya tidak ia angkat. Aku mengira ia sudah tidur, tapi saat telefonku yang terakhir akhirnya ia mengangkatnya. Aku akhirnya bisa mengobrol lagi dengannya setelah beberapa hari tidak mendengar suaranya. Aku memberi tahu Zahra bahwa aku sudah menjadi pacar Winda. Tentu saja Zahra histeris mendengarnya dan mengucapkan selamat. Tak lupa juga ia menanyakan apakah Hani sudah tau. Aku menceritakan semuanya ke Zahra, percakapanku dengan Hani tadi. Zahra hanya merespon bahwa itu hal yang wajar. Ia lalu memberi wejangan-wejangan bahwa aku tidak boleh bermain-main dengan wanita lain, dan hampir sama seperti yang Hani katakana kepadaku. Karena HP-ku sudah low-batt aku memutuskan untuk pamit ke Zahra dan tak lupa juga aku memberi ucapan selamat tidur dan mimpi indah ke dia.

Aku lalu menuju ruang tengah lagi untuk men-charge HP-ku dan aku mendapati Tama sedang cekikikan karena menonton suatu program TV.Akhirnya kami berdua hanya menonton TV. Untungnya acara yang disajikan oleh salah satu stasiun TV bisa menjadi teman untuk menghabiskan waktu hingga pukul dua nanti.

.

.

.

Pukul 02.00 dini hari.

Aku masih terjaga di depan TV saat ini. Aku melihat Tama sudah K.O disebelahku. Aku tidak tau sejak kapan dia tidur. Aku lalu berusaha membangunkannya dan ia langsung bangun dan langsung melihat jam. Kami lalu mencuci wajah kami agar lebih segar dan langsung memutuskan untuk membangunkan semua orang. Tama menuju kamar yang diisi oleh Dimas dan Tia. Dia menggedor pintu dengan cukup keras. Mungkin kalau saat ini ada maling yang masuk ke dalam rumah itu, maling itu akan langsung terkena serangan jantung karena saking kerasnya dan tiba-tiba gedoran itu. Aku masuk ke dalam kamar Tia dan membangunkan bidadari ku dan temannya. Winda dapat dengan mudah aku bangunkan karena ia sudah cukup beristirahat. Sedangkan Zakiyah, cukup susah dalam membangunkannya. Bahkan ia sedikit merintih saat sudah setengah sadar. “zaa, loo ngapain masuk ke kamar gue?” tanyanya setengah sadar dan masih dalam kondisi rebahan. “ngelindur loo. Bangun ahh udah jam dua nihh. Win kamu cuci muka dulu sana” ujarku.

Winda lalu bergegas keluar dan langsung mencuci mukanya. Aku masih kesulitan membangunkan Zakiyah. Akhirnya aku memutuskan untuk memanggil Tama untuk membangunkan Zakiyah. Aku lalu mendapati Dimas dan Tia yang sudah bangun dan sedang duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Mungkin mereka shock aku pikir (haha).

.

.

Akhirnya kami semua siap. Jam sudah menunjukkan pukul 02.45 saat ini.

“ti, nyampe gak nih kalo jam segini berangkat?” ujarku.

“tergantung zaa, kalo kita mau ke prau mah udah telat kalo mau liat sunrisenya, kalo ke sikunir mungkin masih bisa kekejar”

“kalian lama sihhh zzzz”

“itu tuh yang lamaaa” ujar Tama sambil menunjuk Zakiyah.

“enak ajaaa, masih pegel-pegel nih badan. Capek tau” keluh Zakiyah.

“udah-udah, yuk gausah buang waktu lagi. Kita cabs” (yoi)

Akhirnya kami melakukan sedikit ritual berdoa dengan berdiri melingkar. Setelah itu kami menaikki kendaraan masing-masing dan boncengannya masing-masing. Formasinya sama seperti saat berangkat tadi. Aku-Winda, Dimas-Tia dan Tama-Zakiyah. Aku melihat Zakiyah sepertinya tidak membenci Tama. Malah aku melihat seperti mereka sudah tidak ada canggung-canggungnya sama sekali. Akhirnya kami memulai perjalanan dengan kecepatan rata-rata 50-60km/jam. Kami tidak berani ngebut-ngebut karena kondisi jalan yang memang tidak ada penerangan serta berkelok-kelok dan menanjak serta kurasa kanan-kiri jalan adalah jurang.

Kami akhirnya sampai ke lahan parkir untuk objek wisata bukit sikunir. Cukup ramai saat itu karena lahan parkir hanya tersisa sedikit. “wah telah nih” pikirku. Kami lalu memakirkan kendaraan kami dan langsung menuju pintu masuk untuk membayar biaya masuknya. Jam saat itu sudah menujukkan pukul 04.15. kami lalu bergegas naik. Aku tak mengira bahwa aku betemu musuh bebuyutanku. Ku kira ia tidak ada disini. Ya musuh bebuyutanku adalah mendaki dan bertangga. Aku kira jalan yang akan dilalui adalah hanya jalan menanjak biasa, ternyata bertangga juga. Tama dan Dimas dengan cepat menaikki anak-anak tangga tersebut. Disusul oleh Winda dan Tia, sedangkan aku yang memang paling tidak suka dengan jalan ini cukup jauh tertinggal. Aku melihat Zakiyah sudah sangat keletihan padahal baru sekitar 10 menit kami menanjak.

“gapapa zak?”

“gapapa kok zaa hehe. Kirain aku bakalan ditinggal sama yang lain. Untung ada kamu yaa hahaha”

“sialan ya hahaha”

“masih capek ya zak?”

“hhhheee emmm”

“zak, aku nanya ini bukan karena apa-apa yaa”

“mau nanya apa emang za?”

“semalem kamu keluar berapa kali? hahahah” aku langsung sedikit berlari meninggalkan Zakiyah.

“fazaaaaaaaa ihhhhhhhhh” teriaknya.

Aku lalu melihat teman-temanku sedang menunggu di bagian paling atas anak tangga ini. Aku lalu sedikit berlari dengan sisa-sisa tenagaku dan akhirnya aku berhasil keluar dari neraka dunia yang bernama tangga itu.

“semangat zaa, biar kurus hihihi” ujar Winda.

Winda lalu berlari menuju diriku dan memberikan botol minuman yang memang kutitipkan kepadanya. Aku sekilas melihat Tama sedang mengelus kepala Zakiyah dan memberikannya minum. Kami lalu kembali berjalan naik dan akhirnya kami menemukan sebuah gubuk dan banyak orang disana.

Aku lega karena kami akhirnya sampai di puncak bukit sikunir. Pemandangan yang cukup indah kurasa. Pemandangan saat melihat lampu-lampu kota dari atas sini. Kami lalu mencari tempat yang bagus untuk melihat sunrise. Aku sedikit mendengar bahwa di bukit sikunir ini kita bisa melihat gunung kembar sindoro dan sumbing. Gunung legend yang paling sering digambar saat masa-masa SD dulu. Aku lalu melihat sekeliling dan akhirnya menemukan gunung kembar itu. Aku lalu mengajak semuanya untuk mencari tempat dengan pemandangan gunung sindoro dan sumbing. Cukup ramai memang sehingga kami cukup sulit menemukan tempat yang pas. Akhirnya kami menemukan tempat yang sekiranya bagus dan pas dan kami duduk bejejer disitu.

“zaaa dingin banget yaaa” ujar Winda dengan mengepalkan tangannya.

“sini-sini” ujarku sambil merangkul tubuhnya dan merapatkannya ke tubuhku. Winda lalu menyenderkan tubuhnya ke tubuhku sehingga muncul kehangatan diantara kami. Aku lalu mengambil HP-ku dan beberapa kali mengambil foto selfie bersama Winda. Aku lalu melihat Tama sedang memasang kamera go-pro nya dan mengaturnya agar bisa mengambil gambar sunrise dengan baik.

“loh lo punya go-pro? Kenapa gak bilang-bilang” ujarku.

“lah ngapain gue bilang-bilang ke elo. Emangnya lo siapa gue?”

Sontak kami semua tertawa karena pernyataan Tama.

Setelah dirasa pas, Tama lalu duduk kembali di sebelah Zakiyah dan langsung merangkulnya. Dimas dan Tia juga melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan. Saling memeluk dan merangkul.

“zaa, aku pengen duduk kayak semalem lagi hehehe” ujar Winda yang masih nyender di bahuku.

“kalo kamu gak malu sih gapapa win hehe, tapi kan kamu berjilbab. Sebenernya ini udah kelewatan juga sih, sampe nempel-nempel gini. Udah gini aja ya win, anget kan?”

“hehehe anget kok zaa, badanmu menghangatkanku hahaha”

“apadeh win hahaha”

Winda secara tiba-tiba mencium keningku.

Kami semua menikmati pemandangan hingga akhirnya saat yang ditunggu-tunggu tiba. Sang matahari muncul diantara Gunung Sindoro dan Sumbing. Pemandangan yang sangat indah ditambah disebelahku ada seseorang yang istimewa. Seseorang yang mau mengambil hatiku dan mau menyerahkan hatinya kepadaku. Aku makin mengeratkan pelukanku ke Winda. Aku elus keningnya dan sesekali ku cium keningnya. Aku lihat disebelahku dan Winda, ada Tama dan Zakiyah yang tertidur saling menyenderkan dirinya masing-masing. Lucu sekali melihat mereka seperti itu. Padahal, malam sebelumnya mereka bahkan tak mau bertutur satu patah katapun. Lalu aku melihat Dimas dan Tia sedang selfie berdua menggunakan HP-nya. Aku lalu mencari go pro yang dipasang oleh Tama, alat itu masih mantap berdiri sambil merekam semua kejadian yang ada di depannya.

“win, aku sayang banget sama kamu” ujarku lirih persis di telinganya.

“aku juga zaa. Jangan tinggalin aku yaa. Jangan pernah pokoknya” ujarnya juga dengan lirih sambil melihat mataku dalam.

“gaakan pernah”

Matahari sudah cukup tinggi ada di atas kami. Rasa hangat mulai menyelimuti bukit sikunir di pagi ini namun tetap saja dingin. Aku beberapa kali pergi ke kamar kecil karenanya. Tama dan Zakiyah sudah bangun dan langsung merapikan go-pronya. Sedangkan Tia dan Dimas sudah tidak tau dimana. Terakhir ku lihat sedang mencari spot untuk foto-foto.

“zaaa, selfie yukk” ajak Winda setelah aku keluar dari kamar mandi.

Winda lalu menggandeng tanganku dan langsung menyeretku menuju spot yang sudah ia temukan. Kami mengambil banyak sekali gambar dan dengan berbagai pose. Ada yang berpose selfie seperti pada umumnya, hingga selfie yang dibuat seolah-olah kami bermusuhan. Banyak sekali pose yang diambil.

Winda lalu melihat-lihat hasil jepretan di HP-nya. Winda cekikan sendiri melihatnya.

“abis ini aku bakal jauh sama Hani” gumamnya secara tiba-tiba. Pelan sekali gumamnya tadi namun aku mendengarnya.

“kamu bilang apa win?” tanyaku memastikan.

“gapapa zaaa. Pokoknya kamu jangan pernah ninggalin aku” ucapnya lalu memelukku dengan erat.

Aku sedikit malu karena itu di tempat umum dan sempat dilihat oleh orang-orang yang melewati kami. Aku lalu melepaskan pelukkan Winda. “gaakan win” ujarku dengan lugas sambil melihat matanya dalam-dalam. Ia hanya tersenyum manis sekali.

“nyari yang lain yukk. Kita belum foto bareng-bareng nih sama mereka” ujarku.

“yuk” jawabnya singkat sambil merangkul tanganku.

Kami lalu berjalan mengitari bukit sikunir dan akhirnya mendapati Dimas dan Tia secara bergantian foto-foto dengan background pemandangan yang cukup indah karena efek sinar mentari yang jatuh ke bumi ini. Kami lalu menyapa mereka dan mengajaknya untuk mencari Tama dan Zakiyah.

Akhirnya kami menemukan kedua orang itu. Tama dan Zakiyah sedang membuat vlog kurasa karena mereka beberapa berbicara di depan kamarea go-pro nya. Aku sedikit mengganggu mereka dengan berteriak “wassap gays, welcome to my vlog. Please like this video and subscribe my channel for other videos”. Aku lalu dijitak oleh Tama karena sedikit merusak videonya. Mereka semua menertawaiku karena hal itu.

Kami lalu memposisikan diri untuk selfie dengan kamera go pro milik Tama. Cukup banyak take dan pose yang dibuat.

Kami lalu memutuskan untuk turun saat jam menunjukkan pukul 09:00. Seperti biasa, aku berada di paling belakang dari rombonganku, namun berbeda dengan saat menanjak, kini yang menemaniku saat turun bukanlah Zakiyah, tapi Winda. Winda beberapa kali menawarkan minum kepadaku karena melihatku seperti sangat kelelahan. Aku tolak itu karena memang bukan terlalu lelah, tapi karena aku tidak segesit Tama, Dimas dan yang lainnya.

Kami akhirnya sampai di bawah dengan selamat. Para laki-laki memutuskan untuk mencari makanan, namun ide kami ditolak oleh Winda dan Tia. Mereka mengatakan bahwa harga makanan disini tidak manusiawi. Sehingga mengatakan lebih baik makan di alun-alun Wonosobo karena harganya jauh lebih manusiawi.

Aku, Dimas dan Tama tidak bisa apa-apa. Kami patuh dengan pasangan kami masing-masing dan akhirnya memutuskan untuk makan di tempat lain walaupun perut ini belum diisi oleh makanan apapun sejak tadi malam.

Kami lalu memutuskan untuk makan di daerah alun-alun Wonosobo lagi karena sepanjang perjalanan pulang dari bukit sikunir, kami tidak menemukan tempat makan yang dirasa cocok dengan kami.

Sesampainya di alun-alun, aku dan Winda makan mie ongklok karena aku belum sempat menyicipi makanan itu.

“win, abis ini kamu langsung pulang?” ujarku ditengah-tengah menyantap makananku.

“kayaknya iya deh za hehe, gapapa kan balik ke Purwokerto sendirian?”

“engga kok. Nanti aku sama Dimas. Kan Tia ditinggal juga disini. Ga dibawa ke Purwokerto lagi haha”

“ehh iyaa yaa. yaaah balik lagi doong ke rumah Tia nanti?”

“niatnya sih gitu nanti. Ya mau gimana lagi. Kecuali kalo Tia mau ke rumahnya sendiri dari sini, biar nanti aku sama Dimas bisa langsung pulang”

“kasian yaa kamu. Kecapean pasti”

“ahahaha apadeh win” ujarku sambil mengelus kepalanya.

“Tia. Gimana? Dari sini sendirian gapapa?” ujarku ke Tia.

“ya gapapa sihh, tapi Dimasnya nihh yang gamau hahahaha”

“ahhh dasar Dimas hahah”

“weeehh gapapa doong. Daripada kenapa-kenapa kan mending gue yang nganter hahaha” ujar Dimas.

“yaudah dim, tapi Faza nunggu dirumahku yaa, nanti aku share location rumahku ke chat mu” ujar Winda memotong obrolan kami.

“ciee cieee. Mentang-mentang udah jadi. Gamau cepet-cepet jauh yaa” ujar Zakiyah kali ini yang main masuk ke obrolan. “apa papahmu gapapa win, kamu pacaran? Ahahah” lanjutnya.

“diem ahh zaak, nanti aku ngomong sama papahku weeek” ujar Winda sambil memeletkan lidahnya ke Zakiyah.

“udah-udah, kamu ngapain sih zak ngurusin orang lain. Aku bingung nih nanti bilang ke ibumu gimana” kali ini Tama masuk ke dalam obrolan.

“ehhh iyaa emang ibumu ngebolehin kamu buat pacaran zak? Apalagi kamu abis dianuin sama Tama” ujar Winda membalas Zakiyah.

“dasar emang gak cowoknya ga ceweknya sama aja ngeselin” ujar Tama dengan raut wajah memerah

Kami semua tertawa kecuali Tama karena kini ia sibuk memikirkan kata-kata untuk bisa membuat ibunya merestui hubungannya dengan Zakiyah.

Kami lalu menyelesaikan makan. Aku dan Winda langsung menuju rumah Winda sekaligus beristirahat sejenak karena memang aku merasa tubuhku sangat capek hari ini, sedangkan Tama dan Zakiyah memutuskan untuk sedikit lebih lama di alun-alun sambil mencari-cari spot terbaik untuk istirahat disana. Kami kemudian berpisah dengan Dimas yang mengantarkan Tia ke rumahnya.

“win, aku numpang mandi yaa dirumahmu” ujarku saat kami sampai di rumah Winda.

“iyaa silahkan. Emang bawa baju ganti?” ujarnya sambil turun dari motorku.

“ya engga sih, gapapa lah pake kaos ini lagi aja. Yang penting seger kena air hahaha”

“iihhhh jorok dasarr hahaha”

Kami berdua masuk ke dalam rumah dan disambut oleh kakak Winda yang aku tahu bernama Resti. Mba Resti langsung senyum-senyum sendiri saat mendapati adiknya pulang bersama seorang laki-laki. Aku tidak ambil pusing karena Winda langsung menyuruhku menuju kamar mandi. Aku menurut saja dan langsung kusiramkan air dari ujung rambutku hingga ujung kakiku.


“zaaaa, ada makanan nihh. Makan. Buat nambah-nambah haha” ujar Winda saat aku menyelesaikan mandiku.

“engga ahh win hehe. Aku kenyang banget. Apalagi tadi kan aku dapet dari kamu juga. Penuh nih perut” ujarku sambil memegangi perutku.

“hahahaha lucu banget si kamu za. Yaudah. Kalo kamu mau tidur sebentar, ke kamarku aja. Gapapa kokk. Nanti aku bilang ke papah”

“oke makasih ya wiin hehe. I love you” ujarku sambil mencium telapak tanganku lalu aku arahkan telapak tanganku ke bibirnya.

“ahahahah apasih zaaa. Udah sana tidurrr. Perjalanan mu masih jauhh”

Aku lalu pergi ke kamar Winda dan langsung terlelap tidur karena saking capeknya.

.

.

.

.

Aku dibangungkan oleh Winda dan ia langsung memberi tahu jika teman-teman yang lain sudah datang ke rumahnya. Aku lalu mencari-cari jam dinding dan akhirnya aku mendapati jam menunjukkan pukul 15.15. Winda lalu menyuruhku untuk segera melaksanakan ibadah karena waktu sudah masuk waktu sholat ashar. Aku lalu keluar dari kamar Winda dan mendapati teman-temanku terkapar di depan TV di ruang tengah rumah itu.

“dari jam berapa mereka win?”

“jam 1 apa yaa. aku nyuruh mereka buat istirahat dulu disini. Tadinya mau langsung bangunin kamu haha”

“ooohh hehehe makasih yaa. orang rumah pada kemana?”

“papah jam segini tuh lagi kumpul-kumpul sama temen-temennya. Biasa emang. Kalo mamah tadi lagi ada pengajian rutin di rumah sebelah. Kalo Mba Resti sih biasa itu lagi diapelin di depan haha”

“oohhh” ucapku yang sambil membangunkan teman-temanku yang lain. Mereka semua sudah terbangun dan langsung ke perintahkan untuk mengambil air wudhu.

Kami lalu melaksanakan ibadah bersama-sama dengan aku sebagai imam mereka.

Setelah kami selesai melaksanakan ibadah, kami lalu siap-siap untuk segera pulang ke kota kami menimba ilmu.

“zaa, kamu langsung ke Jakarta?” ujar Winda saat mengantar kami ke gerbang rumahnya.

“iyaa kayaknya. Malem ini langsung”

“hah? Langsung banget?”

“iyaaa, aku pengen ketemu keluargaku. Udah kangen nih satu semester belum ketemu haha”

“yeeuuu haahah. Yaudah hati-hati yaa, jangan ngebut-ngebut. Salam buat keluargamu yaa”

“iyaa salam balik katanya. Kapan mau ketemu? Hahaha”

“ihhh apa sih zaaa eheeheh. Ya kamu ya za yg atur hehe”

“iya win hehe, sampaikan makasih yaa ke orang tuamu hehe, kemarin udah disiapin makanan enak banget eh sekarang dikasih tempat buat tidur”

“iyaa zaa haha, biasa itu”

Winda lalu mencium keningku. Aku lalu menaiki motorku. Kami lalu pergi meninggalkan rumah Winda. Kami memacu kendaraan kami sedikit cepat karena dalam keadaan segar karena telah beristirahat. Kami sampai saat matahari sudah terbenam. Kami langsung berpamitan masing-masing untuk segera ke kosan masing-masing. Tama memisahkan diri terlebih dahulu karena mengantar Zakiyah terlebih dahulu.

Aku sampai ke kosanku dan langsung beres-beres karena akan pulang ke Jakarta. Aku lalu membuka aplikasi pemesana tiket di HP-ku dan syukur aku langsung dapat tiket kereta yang dimaksud. Aku jadwal pemberangkatan pukul 10 malam dan sampai kira-kira pukul 3 pagi. Aku langsung menyiapkan segala perlengkapan yang dibawa saat pulang ke Jakarta. Tak lama setelah itu Tama sampai di kosan dan aku langsung memintanya untuk mengantarku ke stasiun.

Waktu sudah menunjukkan waktu setengah 10 malam dan aku dan Tama berangkat ke stasiun. Tak perlu menunggu waktu yang lama, keretaku datang dan aku langsung masuk ke dalam kereta.

Akhirnya aku bisa pulang ke Ibu Kota setelah satu semester merantau. Tempat dimana aku mendapatkan julukan yang sangat tidak mengenakkan. Banyak sekali pengalaman selama 6 bulan ini. Pertama kalinya aku tidak disebut oleh teman-teman “badan babi”, pertama kali merasakan mencium bibir seorang wanita. Pertama kali merasakan memegang payudara. Pertama kali merasakan seks. Pertama kali merasakan indahnya mempunyai pacar. Ah banyak sekali kejadian untuk pertama kalinya dalam hidupku di 6 bulan kebelakang. Sekarang aku bukan orang seperti dulu lagi. Aku sekarang lebih percaya diri menghadapi orang-orang. Sekarang aku tidak peduli lagi orang menilaiku bagaimana. Aku akan menjalani kehidupanku apa adanya.

Terimakasih Zahra sudah mengajarkanku apa itu sakit hati. Maafkan aku Hani. Aku yang sudah merusakmu, sekarang malah memilih orang lain dan terimakasih juga karena mengajarkan apa itu ketabahan. Terimakasih Winda. Sudah memberiku pengalaman indahnya mencintai dan dicintai.


=TAMAT=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar