Kamis, 26 April 2018

Cerita Dewasa - Kisah Si Badan Babi (part 4)


Pagi-pagi aku bangun dengan sedikit menggigil karena hujan turun rintik-rintik. Aku mematikan kipas angin yang ada di kamarku karena tidak kuat dengan dinginnya pagi ini. Aku lalu segera melakukan ibadahku di ruangan khusus yang ada di kosanku. Setelah selesai melakukan ibadah, aku melihat Tama datang menggunakan mantelnya.

“dari mana lo?” tanyaku.

“kepo lu hahaha” katanya sambil langsung menuju kamarnya.

“ah ta* emang lo” gerutuku.

Aku lalu membereskan tempat itu dan menuju kamarku lagi dengan melanjutkan tidurku. Hari ini tidak ada kuliah karena minggu lalu, kuliah ini dijadikan satu dengan minggu ini, sehingga jumlah pertemuanpun sudah lengkap. Aku menggigil karena memang udara sangat dingin saat itu dan aku tidak bisa melanjutkan tidurku karena itu. Aku mencari selimut di lemari dan memakainya. Cukup hangat rasanya. Aku lalu mengambil HP-ku dan sedikit browsing internet dan sesekali membuka forum semprot untuk melihat apakah cerita panas yang jalan ceritanya bagus itu sudah update atau belum. Sekali lagi aku kecewa karena memang penulisnya belum update cerita itu. Aku lalu mengalihkan perhatianku kepada facebuku.
Situs jejaring sosial yang nampaknya zaman sekarang sudah mulai ditinggalkan, namun karena tuntutan akademik aku harus aktif kembali. Aku terus scroll halaman berandaku dan berharap ada yang menarik. Setelah beberapa saat, aku melihat sebuah postingan oleh teman SMA ku “Lala Nur Laela changed relationship status with complicated”. Aku yang penasaran, lalu mengirimi ia pesan facebuku yang berisi “lo kenapa dah, berantem sama Noval?” Lala adalah salah satu temanku yang sering menemaniku saat aku sedang dikucilkan oleh teman-temanku saat itu, dan aku tau ia sudah berpacaran dengan Noval salah satu temanku juga selama 3 tahun, maka dari itu aku penasaran ada apa diantara mereka. Aku lalu meletakkan HP-ku kembali dan menutup mataku berharap bisa melanjutkan tidur. Dan akupun tidur.
=======########=======​

Aku bangun dari tidurku karena merasa gerah, dan mendapati hujan sudah reda serta sinar mentari sudah menerangi bumi ini dengan maksimal. Aku melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 11. Aku sedikit terhentak karena aku sudah berjanji ingin pergi ke kosan seseorang hari ini. Aku buru-buru menyiapkan peralatan mandiku dan langung menuju kamar mandi. Aku mandi dengan sedikit tergesa-gesa. Selesai mandi, aku lalu langsung menuju kamarku dan mengetik sebuah pesan “aku otw yaa, kamu siap-siap hehe” Aku lalu segera mengambil kaos dan celana jeans yang ada di lemariku dan memakainya. Selesai memakai pakaian, aku memakai jaketku dan segera pergi dari kosanku. Saat aku mengunci pintu kamar, aku melihat Mba Nayla sedang menunggu di luar kosan. Aku menebak bahwa ia sedang menunggu Tama. Aku lalu mengeluarkan motorku dan menyapa Mba Nayla.

“Eh mba, ngapain?” sapaku. “nungguin Tama?” lanjutku berbasa-basi.

“Eh Faza, iyanih hehe. Kamu mau pergi?”

“ooohh udah lama mba?” “engga mba cuman mau nyuci motor doang kok”

“engga sih barusan juga ini. Nyuci motor kok rapi banget?” tanyanya polos.

“hahahahahaha, iya mba biar motorku juga rapi” jawabku sambil menyalakan mesin motorku dan menaikinya.

“trus kok dinyalain motornya?”

“iya mba biar bisa jalan. Duluan ya mba hehe, salam nanti buat Tama” kataku sambil berlalu dari hadapan Mba Nayla.

“maksudnya apa sih ya dia” gerutu Mba Nayla.

Selama di perjalanan menuju kosan seseorang itu, pikiranku masih entah dimana. Aku berpikir kata-kata apa yang pertama bakal ia ucapkan dan lain-lain. Aku hampir menabrak seseorang yang sedang menyebrang jalan. Untung saja reflekku cukup bagus dan aku bisa dengan segera menarik tuas rem dan aku hampir terjatuh dari motor. Aku melanjutkan perjalananku setelah penyebrang itu sampai dengan selama di seberang.

SKIP SKIP SKIP

Aku sampai di depan kosannya. Kosan yang menjadi saksi bisu hubungan badan pertama kami. Kosan yang sering aku hampiri.

*TOK TOK*

Seorang wanita paruh baya membuka pintu.

“Eh nak Faza, masuk nak. Zahra belum bangun kayaknya. Soalnya dari tadi saya belum liat dia keluar dari kamar”

“ohh iya bu terimakasih. Oh gitu bu? Boleh saya ketuk pintunya bu?” tanyaku.

“ya silahkan saja, selama Zahra tidak menolak, apa hak saya mencegah orang pacaran hahaha” katanya seraya meninggalkanku.

*TOK TOK*

“zahhhraaaa” kataku sedikit berteriak.

*CKLEK* pintu terbuka.

Aku melihat saat itu Zahra masih bersiap-siap dan sedang menggunakan jilbabnya.

“ehh zaa hahaha, untung aku mandi tadi”

“lohh, emang dikira, aku mau ngapain?”

“kukira kamu bakal cuman main hehe tp liat kamu pake jaket dan celana jeans ya kita bakal keluar kan?”

“iyaa hahah, ke Watuogah mau ya?”

“Mau, yaudah bentar lagi ini lagi pake jilbab. Mau nunggu di luar atau di dalem?”

“di dalem aja deh hehe”

Aku masuk ke dalam kamarnya dan aku melihat kamarnya agak sedikit berbeda dengan yang terakhir aku datangi.

“Zah, kayaknya ada yang beda deh tapi apa yaa?” tanyaku penasaran.

“Hayooo apaaa hahaha, coba perhatiin lagi” katanya sambil memakai jilbabnya.

“emmmm apasih yaaa” kataku sambil menyapukan pandanganku ke seluruh ruangan itu. “ooohhh aku tauu, warna temboknya bedaaa, dulu kan birunya agak tua, sekarang biru muda”

“hahahah, iya za, kerjaan ibu kos emang. Kemarin gara-gara suami barunya suka warna biru muda jadinya semua rumah ini dicat berbagai macam biru muda”

“ehhh suami baru?” kataku kaget.

“iya zaa hahaha, kemarin banget pas aku pulang dari kosan Hani aku liat rumah ini bener-bener di cat biru muda semua, dan pas aku tanya ya dia jawab gitu hahaha” jelasnya.

“kukira suaminya dia emang lagi keluar kota apa gimana makanya aku gapernah liat, ternyata malah emang gak punya”

“iya za, suami lamanya katanya meninggal 10 tahun lalu, dan dia baru bisa cinta sama orang lain ya beberapa hari kemarin dan langsung nentuin tanggal nikah katanya hahaha” katanya sambil menyelesaikan memakai jilbabnya.

“ehh kapan tuh? Mau doong biar ikut makan-makannya hahah”

“minggu depan katanya, hari rabu. Yaudah za tinggal kesini ajaa, rumahnya dia kan dibelakang rumah ini jdnya palingan rumah ini juga dijadiin buat tempat resepsinya. Yuk Za aku udah siap”

“okeedeeh alhadllah makan gratis hahaha” kataku sambil keluar menuju pintu.

Zahra tiba-tiba memelukku dari belakang dan tidak mengatakan apapun.

“kangen banget apa zah? Hahaha”

Ia lalu melepaskan pelukannya dan memeletkan lidahnya kepadaku. Aku tersenyum karena tingkahnya dan kami keluar dari kamar Zahra dan menuju motorku.

“pinjem helm sama siapa gitu zah, aku gabawa heheh”

“huuuuuu” katanya sambil masuk ke kosannya lagi.

Tak berapa lama, Zahra keluar dari kosannya dan sudah membawa helm dan kami langsung menuju Watuogah menggunakan motorku.

Selama perjalanan, kami tidak banyak melakukan obrolan namun Zahra memelukku dari belakang dengan erat.
=======########=======
*TOK TOK*

Winda mengetuk pintu depan kosan dari sahabatnya itu.

*CKLEK*

Seorang pria paruh baya membukakan pintu.

“nyari siapa mba?” tanya pria itu.

“Hani pak hehe, haninya ada kan ya pak?”

“kayaknya barusan keluar deh mba. Coba cek aja kamarnya” kata pria itu sambil berlalu dari pandangan Winda.

Winda yang sudah tau kamar Hani dimana, langsung menuju kamar Hani.

*TOK TOK*

“Haniiiii” teriak Winda.

Lalu ada wanita yang keluar dari salah satu kamar. “Hani barusan pergi, buru-buru kayaknya deh” kata wanita itu.

“ooohh gitu ya mba hehe, makasih ya mbaa” kata Winda sedikit kecewa karena memang cukup jauh jarak kosannya dan kosan Hani apabila ditempuh dengan berjalan kaki.

“iyaa, nanti aku sampein ke Hani kalo temennya ada yang datang” katanya sambil masuk lagi ke kamarnya.

“iya mbaa”

Winda lalu keluar dari kosan itu, dan berjalan pulang.

“duhh si Faza pergi, Hani pergi, ngapain ya libur-libur gini hmmm” gumamnya selama perjalanan pulang ke kosannya.

Winda mampir di salah satu warung makan dan membeli beberapa lauk yang dibungkus untuk kemudian dimakan di kosannya. Selagi menunggu pesanannya, Winda mengirim pesan kepada Hani yang menanyakan keberadaannya. Tak lama menunggu ia mendapat balasan “aku di kampus win hehe, maaf ga ngasih tau dulu tadi. Ada rapat ukm”.

“masih lama?” balas Winda.

“masih kayaknya hehe, bahasannya banyak. Maafin. Faza gaada ya?” balas Hani

“iya, tadi aku liat pergi. Kayaknya sama Zahra deh, yaudah deh Han, kalo udah selese, kasih tau yaa, aku bosen haha”

“hahaha, baguslah dia sama Zahra aja, kita harus nyari lagi win. Semangat nyari!! Hahahaha. Iya windaa chayank nanti aku ajak kamu ke tempat yang bagus biar kamu ga bosen hihihihi”

“nyari apadeh hahahaha. Ihhhh apaaasihhhh kamoeehh hahaha, awas lhoo yaa kalau ga bagus tempatnya” balas Winda sambil menerima pesanannya dan membayarnya.

Winda lalu menyimpan kembali HP-nya dan melanjutkan perjalanan ke kosannya.

Suasana jalan cukup sepi dan ditengah-tengah perjalanan, ada sebuah mobil yang melaju dengan cukup kencang dan sedikit menyerempet Winda yang sedang berjalan. Hal itu membuat tubuh Winda terdorong beberapa meter dan jatuh terguling-guling hingga kemudian membuat sikut, lutut dan keningnya mengeluarkan darah karena menahan tubuhnya yang jatuh itu. Mobil tersebut sempat berhenti namun sang pengendara tidak turun dari mobilnya dan tidak berapa lama mobil itu melanjutkan perjalanan.

“aaahhh sakiitt” rintih Winda sambil masih terbaring di jalan.

Winda berusaha bangun, namun karena terluka di bagian sikut dan lututnya maka sekeras apapun ia mencoba bangun pasti roboh lagi. Winda menutup matanya karena menahan rasa sakit yang amat sangat dan mengeluarkan air matanya dan berharap ada seseorang yang datang menolongnya.

“YAAMPUN WINDA, KAMU KENAPA” kata seseorang sambil turun dari motornya dan menghampiri Winda.

Winda membuka matanya dan melihat Mba Kintan salah satu seniornya di kampus dan di UKM-nya. Mba Kintan lalu membantu Winda untuk bangkit lalu memapahnya ke arah motornya berada. Winda lalu duduk di motor Mba Kintan.

“Kamu kenapa win yaampun, sampai berdarah gini” kata Mba Kintan sambil membersihkan pakaian Winda lalu mengambil kertas tissue untuk mengusap darah yang ada di kening Winda.

“aku di tabrak mba tadi huhuhu, abis dari kosan Hani” kata Winda sambil memegangi sikut-nya yang berdarah. “duhh makananku juga berserakan” lanjutnya.

“oalaaaah, yaudah mba anterin kamu ke rumah sakit ya, takut infeksi nanti makin parah. Bisa naik motor kan?”

“Iya mba makasih ya mba hehe, malah ngerepotin. Bisa kok mba hehe” katanya sambil turun dari motor. Namun ia roboh kembali karena lututnya yang terluka tidak kuat menahan beban tubuhnya.

“astaghfirllh. Winda kamu gapapa kan?” kata Mba Kintan sambil memapah tubuh Winda lagi.

“aahhh sakkit banget mba” kata Winda sambil memegangi lututnya.

“aduh bahaya ini. Jangan-jangan lebih parah” kata Mba Kintan sedikit panik. “kamu bisa berdiri bentar ga win?” lanjutnya.

Mba Kintan melepaskan pegangan dari Winda dan tubuh Winda sempat terhuyung namun masih sanggup berdiri. Mba kintan segera menyalakan motornya lalu membantu Winda menaiki motornya. Sekiranya sudah aman dan stabil, Mba Kintan lalu melajukan motornya ke arah rumah sakit untuk mengobati Winda.
=======########=======​

Udara Watuogah kali ini lebih dingin daripada saat di Kota. Aku melihat Zahra menggigil karena ia tidak menggunakan jaket saat ini. “bodoh sekali aku ini kenapa gak tadi aku ingetin” gerutuku dalam hati.

Aku memberhentikan motorku sejenak dan turun dari motor. Zahra yang bingung karena tiba-tiba aku memberhentikan motorku mengatakan “loh za kenapa berhenti?”

Aku tidak menjawab pertanyaan itu dan melepas jaketku dan memakaikannya ke Zahra. Untung aku memiliki jaket alami yaitu lemak yang ada di tubuhku (hahaha).

“ehh makasih hehehe” kata Zahra. “kamu nanti emang ga kedinginan za?”

“engga kok, badanku udah tebel hahaha” kataku sambil naik motor dan segera melajukannya kembali.

“hahaha apasihhh, nanti kalo kamu sakit gimana?” katanya dengan sedikit berteriak.

“ya kamu nanti rawat aku laah hahaha”

“yeee mau nyaa yaaa hahaha” katanya sambil menyubit bagian samping perutku.

“adduhh sakkiitt nanti jatuh zaaah hahaha”

“hahahaha”

Kami akhirnya kami sampai di objek wisata Watuogah. Kami lalu mencari tempat parkir dan mendapatkannya di tempat yang cukup dekat dengan pintu masuknya.

Kami masuk ke dalam area wisata setelah membayar tiket masuknya. Kami sempat berdebat perihal siapa yang membayar tiket dan perdebatan dimenangkan olehku sehingga aku yang membayar dan sebagai ganti, Zahra lah yang nanti membayar segala jajan kami (hahaha).

Kami bermain-main di sekitaran air terjun dan sempat turun ke dalam airnya. Karena kami tidak membawa pakaian ganti, jadi kami hanya bermain di pinggir saja. Setelah puas bermain air, kami mendapati seseorang yang menjual beberapa makanan seperti pecel, gorengan dan lain-lain. Kami memutuskan untuk membeli beberapa makanan dan memakan makanan tersebut bersama-sama.

“Za, naik lagi yukk, ke pancuran pitu hehe”

“keluar doong?”

“gausaaahhh hahaha, kamu gatau yaa. Kan bisa lewat sini dan gausah bayar lagi”

“eh seriusan? Jauh banget doong berarti?”

“gapapaaa, biar kamu kurus hahahaha”

“yaudah abis ini yak” kataku sambil menyelesaikan makanku.

“nih za buat kamu hehe, aku kenyang” katanya seraya memberi sisa makanannya.

Selesai makan, kami langsung menuju pancuran pitu. Jalan yang dilalui cukup menyakitkan paru-paruku karena jalanan yang terjal dan banyak tangga merupakan musuh alami orang seperti aku. Aku beberapa kali berhenti untuk mengambil nafas dan Zahra yang melihatku malah menertawaiku, dan terkadang ia memberiku minum yang ia beli di tengah perjalanan.

Kami akhirnya sampai di tujuan dan pemandangan yang tersaji seolah membuat perjalanan yang berat tadi tidak ada apa-apanya.

“zaaa, angeettt ahahaha” kata Zahra saat mencuci muka di salah satu mata air di situ.

“ehh iyaa, seger yaa” kataku sambil mencuci muka, tangan dan kaki ku.

“zah, minum masih ada kan hehe, minta doong”

“nihh”

Kami lalu mencari spot untuk menikmati pemandangan yang tersaji di depan mata kami. Pemandangan hutan yang masih hijau, masih belum terjamah oleh tangan manusia, terbentang dengan sangat indahnya. Kami mendapati lahan yang sedikit landai dan aku memutuskan untuk merebahkan diri disana sedangkan Zahra masih duduk disebelahku yang rebahan.

“eeehhhggg enaakk banget akhirnya rebahan” kataku sambil mengeliatkan tubuhku di lahan itu.

“zaa, tau ga? Kemarin aku liat pemandangan yang sama kayak gini pas itu” kata Zahra yang masih memandang lurus kedepan melihat pemandangan.

Aku langsung bangkit dari rebahanku dan langsung memeluk tubuhnya dan mengelus kepalanya.

“maafin aku ya zah”

Zahra hanya diam saja dan hanya merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Aku masih terus mengelus kepalanya.

“zah, gak bau apa disitu? Hahaha”

“hihhh orang lagi enak-enak juga. Kamu mah sukanya merusak suasana ihhh” katanya sambil melepaskan pelukannya.

“ululululu hahaha, sini-sini hahahah” kataku sambil meraih kepalanya dan mendaratkan di pundakku dan kami rebahan.

“za, aku jadi inget zaman ospek deh haha, aku sering kan ya dulu kayak gini”

“zah aku mau cerita” kataku yang sambil mengusap kepalanya.

“sok atuh cerita haha”

“kemarin pas penerimaan anggota baru Tia juga bilang kayak gitu”

“ehh Tia?” katanya sedikit terkejut. “eh iya ya dia ikut juga kemarin. Terus-terus?”

“Tia nangis kemarin, dia cerita kalo Wahyu udah berubah” ujarku.

“kemarin dia diapain sama wahyu zah? Pas yang kamu nyusul dia?”

“mau di perkosa deh kayaknya, pas aku dateng aja dia bajunya Tia udah sobek gara-gara di tarik sama si wahyu”

“gila ya emang Wahyu tuh. bisa ya orang kayak gitu ngelakuin itu. Merinding jadinya. Berasa psikopat ga sih za?”

“maafin aku ya zaah”

“ihhh apasih maaf mulu hahaha, emangnya lebaran apa hahaa”

“abisnya, kan gara-gara aku……”

“ssssttt udah aahh hahaha, udah kejadian juga, ya walaupun aku masih gak terima sih di gituin sama Wahyu tp yaudahlaah udah lewat juga hehe” ujarnya. “oiyaa zaa, aku minta maaf, kemarin aku cerita ke Hani kalo kamu sama Winda udah pernah gituan hehe, abisnya pas kita di kosan Hani, tbtb si Hani cerita kalo dia pernah ketemu sama Wahyu di Mall dan keceplosan bilang sama kamu. Yaudah Winda kaget banget. Ekspresinya loh zaa haha, kasian aku. Akhirnya dia tau semuanya kalo kamu sama Hani juga udah gituan. Karena udah terlanjur, ya aku lanjutin aja biar mereka berdua tau satu sama lain dan ceritaku malah dilengkapin sama si Winda kalo kalian abis gituan semalem sebelumnya” jelasnya sambil menjewer telingaku. “Hani lebih kaget daripada Winda, dan Winda kemarin langsung meluk si Hani dan mereka nangis berdua. Tuhkan kamu siihh mainin mereka jadinya gitu” lanjutnya.

“aduhh” rintihku.

“udah ya zaa, kamu pilih satu aja. Kasian yang lain” katanya yang membuatku tertegun.

“hahaha, aku makin bingung kalo ketemu Hani kalo kayak gini” ujarku. “semalem sebenernya Winda udah cerita zah ke aku, dan emmmm aku gabisa bilang apa-apa pas dia bilang udah tau semuanya. Aku merasa bersalah deh jadinya”

“baru sadar kamu za? Hahaha”

“kan kemarin juga pas sama Hani dibantuin sama kamu juga haha”

“iyasih ahahah, aneh yaaa. Kita bertiga jadi suka sama kamu gara-gara itu” katanya yang membuatku tersentak.

“ehhh apa zah?” kataku sambil bangkit dari rebahan.

“hahahaha gaada siaran ulang” katanya sambil berdiri. “udah yuk zaa, ketempat lain hehe” lanjutnya.

“dihhhh, ehh tadi apaaan. Aku gadengerrr” kataku seraya berusaha berdiri.

“hahaha, dibilang gaada siaran ulang” katanya sambil meninggalkanku dan menuju ke warung yang ada didekat kami saat itu. Aku pun mengikutinya.

“zaa, makan po* mie dulu yaa hehe, laper lagi masaa” kata Zahra yang sudah duduk di warung tersebut.

“yaudahhh aku gausah zaah. Aku minta kamu ajaa, palingan kamu juga gaabis”

“yeuuu haha iyaa iyaa. Tau banget sihh”

“apaaan sih zaah, emang bener kan? hahaha”

“iyaaa benerrr kokkk” katanya sambil menerima po* mie dari penjual di warung itu.

Setelah makan di warung tersebut, kami memutuskan untuk untuk pulang karena memang jam sudah menunjukan pukul 3 sore. Kami menempuh perjalanan yang sama seperti berangkat. Sampai dibawah, aku meminta waktu istirahat sebentar kepada Zahra karena ternyata perjalanan turun jauh lebih menyakitkan daripada naik (hahaha). Setelah sekiranya sudah tidak terlalu capek, kami membeli minum dan menuju motorku.

“Innlillhi Winda kecalakan za…..” kata Zahra yang sedang memainkan HP-nya dan sontak membuatku terkejut.

“Hah? Astaghfrllh. Dapet kabar dari siapa?”

“ini Hani nge-chat aku. Karena tadi diatas gaada sinyal makanya baru pada masuk chat-nya.”

“sekarang dimana si Winda?”

“tadi di rumah sakit tp sekarang katanya lagi pulang ke kosannya. Gak kenapa-napa cuman lututnya agak bermasalah dan si Winda agak trauma katanya”

“yaudah yuk buruan jenguk” kataku sambil langsung menaiki motor dan menyalakan mesinnya.

Zahra membayar biaya parkir dan aku langsung memacu motorku karena pikiranku sekarang bercampur tak karuan. Ketidak-karuan pikiranku memiliki korelasi positif terhadap gayaku mengendara motor. Zahra sering menegurku saat aku menyalip kendaraan dengan tergesa-gesa. “Fazaaaa, hati-hati. Tenang Za tenaaang. Winda gak kenapa-kenapa kok” tegurnya sambil dengan erat memeluk tubuhku dari belakang.
=======########=======​

“HEH NGAPAIN LO KESINI LAGI??” bentak Dimas kepada Wahyu di depan gerbang kosan Tia. Dimas lalu turun dari motornya. “SEMALEM KEMANA LO? DICARIIN SAMA IBU KOS” lanjutnya

“LAH KAMU JUGA NGAPAIN KESINI?? GAUSAH KEPO-KEPO LAAH, MAU AKU KEMANA KEK SEMALEM” bentak Wahyu membalas.

“NGAJAK TIA JALAN. KENAPA? GASENENG?”

Tidak ada angin tidak ada badai, Wahyu langsung melancarkan sebuah pukulan dan tepat mengenai pipi kanan Dimas, dan akibatnya membuat Dimas terdorong dan jatuh tersungkur.

“KURANG AJAR” kata Dimas sambil membuang ludahnya.

Dimas berlari ke arah Wahyu lalu ia meloncat sambil memukul wajah Wahyu. Wahyu berhasil menahan serangan Dimas karena dengan cekatan, ia menilangkan tangannya untuk menutup wajahnya. Namun karena daya dorong pukulan Dimas besar, ia ikut terdorong dan jatuh tersungkur. Dimas lalu menarik kerah baju Wahyu dan menariknya hingga Wahyu berdiri.

“HEH DENGER YA, TIA UDAH GAMAU KETEMU SAMA LO LAGI” kata Dimas lalu melepaskan cengkraman di kerah baju Wahyu. Dimas lalu mendorong tubuh Wahyu. Tidak terima diperlakukan seperti itu, Wahyu mengangkat kakinya dan berhasil mendaratkan tendangan tepat di bagian pinggang Dimas cukup keras.

“AAAAHH SIALAN” ujar Dimas karena ia terdorong dan menabrak gerbang kosan.

“KEMARIN AKU GAKBERANI KARENA KALIAN BERANINYA KEROYOKAN” kata Wahyu sambil bersiap-siap menyerang Dimas lagi.

Dimas bangkit dan langsung melancaran tendangan ke Wahyu. Melihat itu Wahyu juga melancarkan tendangan ke Dimas dan kaki mereka beradu.

*KRAAKK*

“BANGSAT AHHHH” teriak Wahyu tersungkur sambil memegangi tulang keringnya.

“KATA SIAPA KAMI BERANINYA KEROYOKAN?” ujar Dimas.

*BEGH*

Dimas menendang kepala Wahyu dan tendangannnya mendarat di pipi kanan Wahyu. Wahyu terpental cukup jauh karena tendangan Dimas cukup keras dan akibatnya Wahyu jatuh pingsan. Melihat Wahyu pingsan membuat Dimas celingukan melihat sekeliling dan ia tidak mendapati seseorang melihat aksinya. Ia lalu menghampiri tubuh Wahyu dan menggendong ke warung terdekat.

“BUU PAAKK ADA ORANG?” teriak Dimas dari luar warung.

Sang ibu pemilik warung keluar dan kebingungan karena mendapati ada orang yang sedang membawa orang pingsan.

“bu, ada nomer puskesmas atau apa gitu bu? Saya liat ini orang tadi pingsan di depan rumah itu” kata Dimas sambil menunjuk kosan Tia.

“eh astaghfrllh ada ada ibu telfonin sekarang ya nak” ujar ibu pemilik warung sedikit panic.

“iya bu. Bu saya titip orang ini ya bu. Saya ada urusan soalnya hehe”

“iya nak, dimasukin dulu kasian”

“iya bu”

Dimas menggendong tubuh Wahyu masuk ke dalam warung dan membaringkannya di suatu karpet. Dimas lalu meluruskan kaki dan tangan Wahyu dan melihat bagian tulang kering Wahyu memang sedikit membiru. Ia lalu pergi meninggalkan Wahyu yang masih pingsan.

“mari bu, maaf malah ngerepotin”

“iya nak gapapa, kasian juga orang itu pingsan di tengah jalan gaada yang bantuin”

Dimas lalu pergi dari hadapan ibu pemilik warung dan menuju kosan Tia dan mendapati wanita yang sudah ditunggu-tunggu telah berada di luar.

“tadi ada apaan Dim ribut-ribut hehe”

“oohh tadi ada orang berantem sampe pingsan. Yang pingsan udah dititipin ke warung itu biar di telfonin rumah sakit” kata Dimas sambil menunjuk warung yang dimaksud.

“ooohh. Ini jadi kan Dim? Hehe”

“jadi doong kamu udah dandan cantik gini masa gak jadi haha”

“yeeuuu hahaha”

Dimas dan Tia langsung menuju motor Dimas. Mereka lalu pergi ke pusat perbelanjaan karena memang ada yang ingin mereka beli dan untuk refreshing saja.
=======########=======​

Kami sampai di kota kembali pukul 5 sore karena tadi diperjalanan ada truk yang melintir dan menghalangi jalan yang menyebabkan kemacetan cukup lama. Kami langsung menuju kosan Winda karena ingin melihat kondisinya sekarang.

Kami sampai di depan kosan Winda. Aku dan Zahra mendapati banyak motor di luar kosan.

“wah rame banget Zah. Kayaknya cewek semua deh itu” kataku sambil menunjuk alas kaki yang ada di teras kosannya.

“ya terus kenapa Za?” kata Zahra sambil turun dari motorku.

“yak kan kamu tau si Winda apa. Masa aku masuk kosannya dia disaat temen-temennya ada disitu”

“yaampuun Fazaaa kamu tadi udah ngebut dan bikin aku takut dijalan, sekarang malah takut pas udah di depan kosannya”

“yee bukan gitu maksudnya” kataku masih menimbang-nimbang apakah aku masuk atau tidak.

“aku telfon Hani dulu deh ya biar keluar dulu” kata Zahra sambil mengeluarkan HP-nya.

Tak berapa lama, Hani keluar dari kosan Winda. Zahra sempat sedikit bertanya-tanya ke Hani perihal keadaan Winda. Aku yang melihat Hani kini malah terjebak di situasi yang canggung dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

“Han, aku masuk dulu deh yaa, ini si Faza gamau masuk. Malu soalnya cewek semua katanya. Kamu temenin bentar ya” ujar Zahra sambil melengos masuk ke dalam kosan.

“hai Han hehe” kataku sedikit terbata-bata.

“kamu kenapa deh Za hahaha” kata Hani tertawa manis sekali

“ehh gapapa kok haha. Si Winda kenapa kok bisa kayak gitu?” kataku yang sudah mulai tidak terbata-bata lagi.

“tadi aku dapet kabar dari Mba Kintan katanya Winda ditabrak gitu sama mobil di deket kosanku. Mba kintan langsung bawa ke rumah sakit dan agak lama dia disana karena tulang lututnya agak geser apa gimana gitu tadi diceritain” jelas Hani. Tadi sekitar jam 3 udah dibolehin pulang cuman masih harus pake penyangga gitu deh di lututnya” katanya sambil sedikit menggambarkan penyangga di lututnya.

“Supirnya gak ngapain gitu?”

“gak tau Za, kata Mba Kintan juga cerita mobilnya udah gaada pas dia liat Winda”

“kasian ya”

“iya Za, kasian Winda” kata Hani sambil menatapku tajam.

“ehhh kenapa Han?” kataku gugup.

Hani lalu memalingkan pandangannya. “iya Za, di dalem emang cewek semua. Tapi tadi ada Akbar kok jenguk jadinya gak apa-apa masuk aja yuk”

Aku mengikuti Hani yang masuk ke dalam kosan Winda. Baru pertama kali aku masuk ke kosan Winda dan nampaknya fasilitasnya cukup ‘wah’. Kamar Winda berada di kamar kedua dari ujung dan aku melihat pintunya terbuka dan banyak orang yang berada di sana. Aku sedikit melongok melihat ke dalam kamar Winda. Aku melihat Zahra sedang ada di sebelah Winda dengan muka sedih. Winda melihatku melongok, dan memberi kode untuk masuk ke dalam namun aku menolak karena memang aku liat tamu-tamunya golongan akhwat dan mereka memberi pandangan tidak mengenakan saat aku melongok ke dalam kamar.

“gausah win hehe, aku diluar aja” ujarku.

“aku masuk dulu ya za hehe” kata Hani.

Mendengar suaraku Zahra menolehkan pandangannya ke aku dan langsung beranjak dari tempatnya. Aku mendengar Zahra berpamitan kepada orang-orang.

“za beneran kamu gamau liat Winda?” bisiknya sambil mendorongku menjauhi kamar Winda.

“engga zah hehe, liat aja mereka ngeliatin aku udah kayak aku yang nabrak” kataku sambil berbalik keluar dari kosan Winda.

“hahaha, iya sih namanya juga Winda ya pasti dikelilingin sama yang kayak gitu. Tapi kamu hebat lhoo bisa……” kata Zahra tertahan karena pipinya aku cubit.

“hehhh ngawur ajaa, lagi kayak gini masih aja hahaha”

“SAKIT TAU ZA” protes Zahra sambil memegangi pipinya.

Aku lalu menaiki motorku dan melihat Zahra tidak segera naik ke motorku.

“ehh zah, nungguin apa?”

“emmm aku boleh mampir ga za ke kosanmu? hehe”

“ehh ngapain?”

“ya mampir ajaa mau liat. Aku kan belum pernah ke kosanmu hehe”

“emm yaudah deh” kataku sambil turun dari motorku dan mendorongnya.

“loh za, ngapain?”

“ya masa aku biarin kamu jalan sendiri padahal aku naik motor”

“hahahahaha apaaan sihhh lebaayyy hahaha” katanya sambil memeletkan lidahnya kepadaku.

Kami sampai depan kosanku dan aku langsung memasukkan motorku ke dalam sambil aku berikan kunci kamarku ke Zahra.

“maaf ya zah berantakan ehehe” kataku saat masuk ke dalam kamarku.

“iya dasarr jorok hahaha” katanya sambil merapikan benda-benda yang berantakan lalu merapikan sprei kasurku.

Kami akhirnya malah kerja bakti membereskan kamarku dan tidak lama setelahnya, terdengar suara panggilan untuk melakukan ibadah.

“zah kamu shlat disini aja ya hehe, aku diluar. Soalnya kalo diluar udah rame anak kosan nanti kamu malah di apa-apain hahaha”

“-______- faza ihhhhh”

“hahahahaha” kataku seraya keluar dari kamarku.

Kami lalu melaksanakan ibadah dan setelah selesai aku langsung masuk ke dalam kamarku lagi dan aku mendapati Zahra sedang menonton film di laptopku yang ada di meja di sebelah kasurku.

“nonton apa zah?” kataku sambil menutup pintu kamar dan menguncinya.

“ini perang sipil hehe, belum nonton aku”

Aku lalu merebahkan diri di kasurku karena memang hari ini sangat capek karena baru pertama kali aku melangkah di anak tangga sebanyak tadi dan jalan yang menanjak. Aku sekilas melihat Zahra sangat fokus dengan film itu dan niat isengku muncul.

“zah pinjem HP-dong hehe”

“ehh itu di tas za ambil ajaa” katanya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopku.

Aku lalu membuka HP-nya dan membuka aplikasi Instagrem dan membuka fitur story-nya. Aku memfoto wajah Zahra yang sedang menonton film itu. Benar saja dugaanku Zahra tidak sadar bahwa ia sedang di foto. Aku lalu menuliskan beberapa kalimat di foto itu seperti “serius amat sih, yang disini jadinya di anggurin” dan lain sebagainya. Aku menekan tombol send, dan story itu sudah terupload oleh akun Zahra. Tak berapa lama, beberapa pesan masuk di instagremnya dan aku buka kebanyakan mungkin teman SMA Zahra karena namanya asing buatku. Isi pesan itu tidak jauh dengan “ahahah komuk lu Zahh” dan “cieeee udah sama siapa nih sekarang? kok gak cerita-cerita zah?”

Aku hanya senyum-senyum saja membaca pesan-pesan itu. Aku tidak mau membalas pesan itu, biar Zahra saja yang membalasnya. Aku lalu melihat-lihat akun-akun di beranda dari akun Zahra. Tidak ada yang menarik karena kebanyakan ia memfollow akun artis, online shop dan akun meme-meme seperti itu.

Aku akhirnya memutuskan untuk menutup HP Zahra dan sedikit menutup mataku karena aku sedikit mengantuk.

.

.

.

“zaaaaa bangunnnnn” teriak seseorang dan membuatku terbangun. Ternyata aku ketiduran.

“hmmmmm jam berapa zah?”

“jam 10 ayoo anterin aku pulang”

“HAH?”

Aku terkejut dan langsung bangkit dari tidurku.

“kamu pasti capek banget ya za sampe ketiduran hahaha”

“iyaa haha, maafkan” kataku sambil bersiap-siap.

“makanya olahraga za hahaha”

“udaah zaah, cuman tadi tinggi dan jauh banget jadinya gitu dehh” kataku sambil mencari-cari kunci motorku.

“halaaah hahaha alesan ajaa kamu”

“yaudah yukk” kataku setelah kudapati kunci motorku.

Kami keluar dari kamar dan Zahra langsung ku suruh menunggu di luar. Aku mengeluarkan motorku dan aku mengantarkan Zahra kembali ke kosannya.

SKIP SKIP SKIP

Sekembalinya aku dari mengantar Zahra, aku melihat kosan Winda sudah mulai sepi. Aku segera menelfon Winda.

“Halo asslmalikum. Ada apa za malem-malem nelfon?”

“ehhh hehehe, belum tidur kamu win?”

“belum za hehe, masih harus minum obat dulu biar nyerinya sembuh”

“kamu gapapa kan?”

“gapapa kok hehehe. Makasih ya za”

“ehhh makasih buat apa?”

“ya ini karna kamu udah nelfon aku gini hehe, aku merasa diperhatiin jadinya”

“hahaha apasih wiinn, yaudah kamu cepet sembuh yaaa. Besok jangan dipaksain buat masuk dulu. Nanti malah makin parah”

“iyaa zaa hahah makasihhh. Ini ada Hani loh za, tapi udah tidur hahaha”

“oooh dia nginep, nemenin kamu ya?”

“iyaaa heheh”

“yaudah deh win, mimpi indah yaa kamu sama Hani juga hahaha”

“iyaa zaa kamu juga hehehe”

Aku menutup telfon itu dan langsung memasukkan motorku ke dalam kosanku. Sesaat setelah aku memasukkan motorku, hujan turun dengan derasnya. Aku segera menuju kamarku tapi tertahan karena aku mendengar suara desahan-desahan. Aku mengurungkan niat untuk segera masuk ke kamar dan mencari dari mana sumber suara desahan itu. Aku mengecek satu satu pintu kamar dan menempelkan telingaku pada masing-masing pintu kamar. Akhirnya aku mendapati sumber suara desahan itu dan sekelias mendengar bisikan “sssttt jangan keras-keras nanti ada yang denger”. Aku tau ini kamar siapa dan aku bersiap-siap untuk melakukan skenario yang sama seperti temanku yang nyelonong masuk ke dalam kamarku saat aku pertama kali melakukan “itu” dengan Winda.




Di sebuah ruangan di salah satu rumah sakit. Seseorang pria terbangun dari tidurnya dan mengernyit kesakitan karena bagian tulang keringnya retak akibat ditendang oleh musuhnya. Ia lalu melihat sekeliling kamarnya dan melihat beberapa saudaranya tengah tertidur di sofa. Karena ia tidak bisa tertidur kembali, ia lalu mencari dimana letak HP-nya. Ia mendapati HP-nya berada di meja yang letaknya sedikit jauh dari tempatnya sekarang tapi ia pikir masih bisa dijangkau. Ia menggeser-geser posisinya dan kembali meringis karena rasa nyeri di bagian kakinya itu. Ia kini sudah berada di pinggir kasurnya dan tangannya sedang berusaha meraih HP-nya itu. Beberapa kali ia mencoba namun tangannya masih kurang panjang untuk menggapai HP-nya itu.

“eeghhh sedikit lagiii” kata pria itu saat tangannya sudah menyentuh HP-nya.

*GUBRAK*

“AAAGHHHH” teriak pria itu sambil memegangi kakinya.

“yaampuun Wahyu kamu gapapa?” ujar salah satu saudara dari pria itu yang terbangun gara-gara teriakan si pria.

Pria itu lalu menggendong Wahyu kembali ke tempat tidurnya.

“kamu ngapain yu? Kok bisa jatuh?”

“iyaa om, mau ngambil HP tapi ganyampe jdnya jatuh”

“yaampun kalo ada apa-apa bangunin om juga gapapa. Daripada kamu jatuh kayak tadi” kata pria itu sambil mengambil HP yang dimaksud dan memberikannya ke Wahyu.

“makasih om hehe, maaf ngebangunin”

“iyaa gapapa, lain kalo gausah sungkan-sungkan. Saya dikasih amanah buat jagain kamu sementara sama papah kamu”

“iyaa om makasih”

“yaudah om mau tidur lagi ya. Kalo ada apa-apa bangunin om aja”

“iya om” kata Wahyu sambil menyalakan HP-nya.

Wahyu lalu memainkan salah satu game di HP-nya. Bosan dengan game-nya, ia membuka galeri di HP-nya dan mendapati bahwa semua gambar Zahra yang beberapa hari lalu ia perkosa, sudah tidak ada lagi. Hal tersebut membuat Wahyu geram.

“awas kau ya za, suatu saat nanti aku akan membalasmu, jd tenang saja. Kamu udah ngerebut Tia dariku, suatu saat nanti aku akan merebut salah satu dari wanitamu” gumam Wahyu.

Wahyu akhirnya memutuskan untuk melanjutkan tidurnya lagi dan ia pasrah akan keadaannya sekarang.
=======########=======

Aku sedang memikirkan skenario untuk masuk ke dalam kamar Tama saat ini. Aku tau suara wanita yang sedang mendesah di dalam. Aku kembali mengingat bagaimana saat Tama masuk ke dalam kamarku saat aku sedang menyetubuhi Winda. Awalnya aku ingin menggunakan skenario tersebut, namun tidak kulakukan karena pasti Tama akan segera mengusirku sesaat setelah dia membukakan pintunya. Namun, aku tidak bisa memikirkan jalan lain karena sekarang yang ada di otakku adalah bayangan suatu tubuh telanjang dari wanita yang telah membuatku penasaran semenjak pertama kali bertemu.

*TOK TOK TOK*

Aku memutuskan untuk mengetuk pintu. Sesuai dugaan desahan-desahan yang tertahan sudah tidak terdengar lagi, dan yang terdengar adalah suara orang yang sedang merapikan kamarnya dengan tergesa-gesa.

“Ada apaan lo za malem-malem gini gangguin orang?” ujar Tama saat membuka pintu kamarnya.

Aku terkejut karena Tama memakai kaos saat membuka kamar. Aku tau kebiasan Tama saat dikosan adalah hanya memakai celana pendek saja, dan jarang sekali aku melihat Tama memakai kaos saat di kosan.

“wuih mau kemana lu rapi banget” ujarku.

“gausah kepo-kepo laah” katanya seraya menutup pintu dan menguncinya lalu pergi dari hadapanku dan meninggalkan kamarnya.

Aku tidak bisa memikirkan skenario apapun lagi untuk bisa masuk ke dalam kamar Tama. Aku hanya berdiri mematung di depan kamar Tama.

“ngapain lo za di sana?” kata Tama sedikit ketus saat mendapatiku masih di depan kamarnya.

“Mba Nayla ada di dalem ya tam?” kataku tanpa sadar.

Raut wajah Tama langsung berubah seketika. Wajah yang tadinya marah, berubah menjadi wajah sedikit khawatir.

“ngomong apaan dah lu?” kata Tama sedikit terbata- bata.

Aku hanya diam dan langsung memegang gagang pintu dan menariknya. Alangkah terkejutnya aku pintu yang kukira terkunci kini terbuka dan sesaat setelah itu aku melihat ke arah Tama dan mendapati ekspersi wajah yang tidak percaya bahwa aku akan masuk ke dalam kamarnya.

Aku lalu masuk ke dalam kamarnya dan langsung mendapati Mba Nayla sedang memakai bajunya. Sekarang aku dengan jelas dapat tubuh yang selama ini hanya bisa aku bayangkan di depan mataku. Tubuh itu hanya dilindungi oleh BH dan celana dalam saja. Tak lama setelahnya, Tama menarik tubuhku keluar dari kamarnya.

"Za please jangan" kata Tama sambil menutup pintu kamarnya.

"Kenapa lo kemarin maen nyelonong aja pas gue sama Winda?" Ujarku sedikit emosi.

"Sssttt jangan keras-keras nanti dia denger"

"Lah emangnya kenapa kalo Mba Nayla denger?" Ujarku sambil sedikit meninggikan suara.

"Oke oke oke. Kasih gue waktu. Gue mau ngomong sama dia sebentar" ujarnya sambil membuka pintu kamar.

Aku lalu mengiyakan dan langsung menuju kamarku untuk membuka kunci serta pintu kamarku untuk berjaga-jaga barangkali eksekusi dilakukan di kamarku.

Beberapa saat kemudian, aku mendengar ada sedikit perdebatan di dalam kamarnya dan akhirnya pintu pun terbuka. Aku melihat Mba Nayla membuka pintu dan aku langsung menahannya dengan berdiri di di depannya.

"Mau kemana mba malem malem?" Ujarku.

Ia tidak menjawab pertanyaanku melainkan berusaha mencari jalan agar ia bisa segera pergi. Saat ia menggeser tubuhnya ke kiri akupun langsung ke kiri, saat ke kanan akupun demikian. Akhirnya ia risih dengan keberadaanku di depannya.

"Minggir za" ujarnya sedikit ketus tanpa melihatku.

"Mba tadi aku udah liat mba cuman pake BH doang. Boleh ga kalo sekalian liat isinya?"

Ia tidak menjawab apa-apa namun raut mukanya menunjukan bahwa ia merasa jijik terhadapku.

Tanganku lalu menuju kepalanya dan mencekram kepalanya sambil mengarahkan kepalanya menghadapku.

"Mba kalo ada orang ngajak ngomong tuh di jawab mba" kataku persis di depan mukanya yang aku pegang.

Ia lalu menepis tanganku dan kembali berusaha pergi dari hadapanku. Aku sedikit membuka celah dengan harapan bahwa ia akan kabur karena merasa mendapat celah. Dan ia memakan umpanku dan ia berhasil melangkah pergi dari hadapanku. Namun sesaat sebelum ia melewati kamarku, aku langsung menyergap tubuhnya dari belakang dan meremas salah satu payudaranya dengan cukup keras.

"Aaaaaahhhhhhh lepaasssiiinnnn" rontanya.

Aku cukup kuat untuk meredam rontaannya. Aku lalu memeluknya dan kini kedua tanganku asik meremas payudaranya.

"Lepaaaassssiiiiinnnnnnn! Aaaaaaahhhhh" Rontanya

"Waaahh masih pake BH aja udah enak banget mba apalagi kalo dilepas BH-nya" kataku sambil menyeretnya kedalam kamarku.

Ia makin meronta sehingga mengakibatkan kaos yang ia gunakan sedikit tersingkap ke atas. Aku yang melihat kaosnya tersingkap, langsung mengarahkan salah satu tanganku untuk masuk ke dalam kaosnya dan meremas payudaranya.

Kami akhirnya sampai ke dalam kamarku dan aku langsung mendorong tubuh Mba Nayla ke kasurku. Aku langsung berusaha melepas celananya.

"Za, please jangan zaa. Gue bakal ngapain aja asal jangan ini zaa" ujarnya sambil menahan tanganku yang sedang menarik celananya.

Celana yang ia gunakan adalah jenis celana yang pemakainnya tidak terlalu ketat sehingga sebenernya mudah untuk melepasnya.

"Beneran nih? Ga nyesel ngomong kayak gitu?" Ujarku.

Seketika raut wajahnya berubah menjadi penyesalan mengapa berkata seperti itu.

"Iya asalkan jangan ini" ujarnya.

"Oke deh mba"

Aku lalu menaiki kasurku dan segera berada atas tubuhnya. Tanganku kembali bermain-main dengan payudaranya dari luar kaosnya.

"Zaaa, pleasee jangaaaaan aaaaahhhhhh"

"Lhoo bukan yg itu kan?" Kataku sambil menunjuk bagian selangkangannya.

Aku lalu menyingkap kaosnya dan kini aku melihat gundukan daging yang masih terbungkus oleh BH. Aku lalu meremas payudaranya dengan lembut dan kepalaku aku dekatkan dengan kepalanya namun ia berhasil menghindar sehingga aku hanya berhasil mencium pipinya. Tanganku lalu berpindah untuk memegangi kepalanya yang masih tertutup jilbab agar ia tidak bisa menghindar lagi.

"Eemmmmm" desahnya yang tertahan karena bibir kami saling beradu.

*JGLEG*

Aku terkejut karena aku mendengar suara pintu yang tertutup. Aku melepaskan ciumanku dan menoleh kebelakang, dan benar saja pintu kamarku kini sudah tertutup. Aku beranggapan kalau Tama lah yang menutup pintunya.

Aku kembali menciumnya. Beberapa kali tangannya berusaha untuk melepaskan ciuman, namun tangannya selalu berhasil ku tepis dan akhirnya kami berpengangan tangan sambil berciuman. Puas berciuman dengannya, aku melepaskan ciumanku dan beralih ke bawah yaitu dadanya. Aku menyingkap BH-nya yang berwarna hitam itu dan mendapati puting berwarna coklat muda dengan zona aerola yang besar. Aku amati puting tersebut sudah cukup tegang. Aku yang gemas dengan putingnya menyergap puting tersebut menggunakan mulutku. Aku jilati dan aku gigit kecil puting tersebut.

"Aaaahhhhhh mmmm aahhhhhh" desahnya karena mendapat rangsangan di payudaranya.

Tanganku langsung ku arahkan ke bagian selangkangannya dan menyingkap celana dan celana dalamnya. Aku gesek-gesekkan jari telunjukku di bagian lubang vaginanya sambil mencari dimana letak klitorisnya. Hal itu membuat tubuhnya makin kelonjotan dan desahannya makin tak terbendung. Aku lalu memasukkan jariku ke dalam lubang vaginanya dan mengocoknya dengan ritme pelan.

"Aaaahhrrgg mmmhhh aaarrrrhhh jangaaaannn aaaaaahhh diissittuuu eeemmmhhh" desahnya.
Mulutku mengulum putingnya dan tanganku mengocok vaginanya. Kedua rangsangan yang kuberikan nampaknya membuat Mba Nayla orgasme dalam waktu cukup cepat. Lebih cepat dibanding ketiga wanita yang pernah juga aku beri perlakuan yang sama.

"Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhh mmmmhh" desahnya.

Tubuhnya kini mengejang dan aku merasakan ada cairan yang keluar dari vaginanya. Aku lalu memberhentikan semua rangsangan yang kuberikan padanya. Aku melihat Mba Nayla lemas sekali akibat orgasmenya. Aku lalu menuju pintu kamarku dan menguncinya. Aku lalu kembali ke tubuh yang sudah lemas itu. Aku berusaha untuk melepas celananya lagi. Tidak seperti saat pertama, kini tak ada reaksi penolakan apapun. Mba Nayla masih terengah-engah akibat orgasmenya tadi.

Celananya kini sudah lepas dari tubuhnya dan aku mendapati celana dalam berwarna hitam dan berenda. Aku gesek-gesek lagi jariku di bagian vaginanya yang masih tertutup celana dalam.
"Aaaahhh" desah Mba Nayla kecil.

Setelah puas bermain dengan vaginanya yang masih tertutup itu, aku lalu menarik celana dalamnya dan mendapati rambut tipis yang berbentuk segitiga persis diatas vaginanya.

"Wuihhh rajin dicukur ya mba?" Kataku sambil menarik-narik rambut tipis itu.

Aku lalu melepas celanaku dan membebaskan penisku yang sudah sangat tegang ini. Aku langsung menaiki kasurku dan sedikit memposisikan tubuh Mba Nayla agar pas dengan posisi ku menindihnya.

"Mba siap ya mba" kataku sambil mengarahkan penisku ke bibir vaginanya.

"Zaaa please jangannn aaahhhhhhh" katanya saat penisku sudah menyentuh bibir vaginanya.

"Gak sakit kok mba. Apalagi tadi udah kan sama Tama" Kataku sambil memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

"Aaaaahhhhhhhh" desahnya sambil menggengam erat sprei kasurku.

Penisku kini sudah masuk semua ke dalam vaginanya.

"Aaahhhh" desahku karena merasakan penisku seperti dipijit oleh dinding vaginanya.

"Mba siap-siap ya" ujarku.

Aku lalu menarik dan mendorong penisku di dalam vaginanya dengan kecepatan pelan. Aku sempat melihat wajah Mba Nayla merem melek dan tangannya masih mencengkram erat sprei kasurku. Aku lalu menggenggam tangannya sehingga kini ia meremas-remas tanganku saat aku menggenjotnya.

"Aaaahhhhhhh sssssshhhh aaaaaaaahhhhh" desahnya saat aku menaikan ritme genjotanku.

Baju dan BH yang sudah tersingkap membuatku melihat payudaranya yang cukup besar itu terlonjak-lonjak seiring dengan genjotanku. Aku semakin bernafsu melihatnya. Aku baru sadar BH yang ia pakai adalah model yang tidak menggunakan tali di bagian pundaknya, sehingga saat aku membuka kait BH-nya, aku dapat dengan mudah membuka BH itu dan melihat payudaranya yang kini hanya tertutupi oleh kaosnya. Aku masih terus menggenjotnya dengan kecepatan sedang sambil memainkan payudaranya. Aku pelintir, sentil, dan aku jilat-jilat putingnya karena gemas.

"Aaaaaahhhhhhhhhh ssshhhh aaaaaahhhh sssshhhhh" desahnya. Mba Nayla sepertinya sudah menikmati permainanku.

Puas dengan payudaranya, bibirku kini menuju bibirnya dan kami berciuman kembali. Kami berciuman sambil aku menggenjot tubuhnya. Ciuman itu berlangsung cukup lama hingga Mba Nayla mencapai orgasmenya.

"Eeeeemmmmffffff aaaaahhh" desahnya tertahan karena bibirnya tertutup oleh bibirku.

Tubuh Mba Nayla kembali mengejang dan aku merasakan ada yang menyemprot penisku sehingga aku berhenti menggenjotnya sambil memberi kesempatan Mba Nayla untuk beristirahat sejenak. Aku kembali menyingkap kaosnya dan sedikit meremas-remas payudaranya.

Setelah sekiranya cukup beristirahat, aku mengangkat tubuh Mba Nayla. Karena aku terbiasa mengangkat tubuh wanita yang ringan-ringan, mengakibatkan aku sedikit kesulitan saat mengangkat tubuh Mba Nayla. Namun aku berhasil mengangkatnya dan aku langsung rebahan dan membuat tubuh Mba Nayla kini berada di atasku. Aku lalu memegangi kepala yang masih tertutup jilbab itu dan mengarahkannya agar pas bibirnya menyentuh bibirku. Kami kembali berciuman, lalu tanganku aku arahkan ke bagian pinggulnya dan aku menaik-turunkan pinggulnya.

Kami cukup lama dengan posisi itu, namun aku tidak merasakan jepitan yang cukup keras di penisku sehingga aku memutuskan untuk mengangkat kembali tubuh Mba Nayla dan kami kembali ke posisi awal yaitu aku di atas Mba Nayla lalu menggenjotnya dengan kecepatan sedang.

Bosan dengan posisi itu, aku lalu mencabut penis ku dari vaginanya dan membalikkan tubuhnya hingga tengkurap. Ini kulakukan dengan cukup mudah karena Mba Nayla menurut saja saat aku berusaha membalikkan tubuhnya.

Aku lalu menaikkan sedikit pantatnya dan mengarahkan penisku ke anusnya. Aku penasaran seberapa nikmatnya apabila penis dapat menembus lubang yang sangat sempit itu.

"Zaaaa pleasseeee jangan disituuu sakittt aaaakkkkhhhhh" rintihnya saat penisku sudah berusaha masuk ke dalam anusnya.

"Aaaakhhhh" rintihku karena rasa sakit yang mendera penisku.

Akhirnya dengan penuh perjuangan, kepala penisku berhasil masuk dalam anusnya.

"AAARRGGGHH SAKITTTTT ZAAA HUHUHU. JANGAN DISITU ZAAAA" rintih Mba Nayla sambil meneteskan air mata karena tidak kuat menahan rasa sakit.

Aku menghiraukan pernyataannya dan berusaha mendorong penisku ke dalam anusnya lagi. Sulit sekali memasukkan penisku ke dalam anusnya dan aku merasakan sakit yang cukup besar di penisku. Mba Nayla masih merintih kesakitan dan meremas sprei kasurku untuk menahan rasa sakitnya.

"Zaaa pleaseee aaaakhhhhh jangaaannn. Saakittttt aaaakhhhhhh" rintih Mba Nayla.

Aku yang memang juga merasakan sakit di penisku dan sepertinya tidak akan kuat menahan rasa sakitnya. Aku memutuskan untuk mencabut penisku dari anusnya.
"Sempit banget mbaa haha, gak kuat aku. Maaf ya mba aku ga sekuat Tama" ujarku sambil mengarahkan penisku ke arah vaginanya.
"Aaahhh" desahku saat aku berhasil menembus vaginanya.

Aku lalu menggenjotnya dengan kecepatan sedang dan aku menarik tangannya sehingga tubuhnya terangkat.

Aku merasakan vaginanya lebih sempit dari posisi awal tadi. Aku hampir mencapai orgasme ku namun aku tunda dan menghentikan genjotanku. Aku lalu meremas-remas payudaranya yang menggantung itu. Beberapa saat kemudian, aku kembali menggenjot tubuh Mba Nayla dengan kecepatan tinggi dan membuat payudaranya yang menggantung itu bergoyang-goyang seirama sodokanku.

"Aaahhhh sssshhhh aaaaaaaahhhhh" desah Mba Nayla makin tidak karuan.

Kira-kira 15 menit aku menggenjot Mba Nayla dan tubuh Mba Nayla kembali mengejang, aku yang juga ingin mendapatkan orgasmeku, terus menggenjot tubuh Mba Nayla.

"Errrggghhhh aaaaahhhh sssshhh aaaaahhh" desah Mba Nayla saat aku masih menggenjot dirinya di saat dirinya sudah mencapai orgasme.

Mba Nayla lalu ambruk dengan pantat masih terangkat dan masih ku genjot.
Tak lama setelah itu aku mencapai orgasmeku. Aku sedikit telat dalam mencabut penisku sehingga ada sedikit sperma yang keluar di rahimnya. Aku lalu mengarahkan penisku ke kepalanya dan menyemprotkan spermaku di jilbabnya dan aku langsung ambruk di sebelah Mba Nayla.

"Mba, makasih ya mba. Enak banget hehehe"

Mba Nayla hanya diam saja dan masih terengah-engah akibat orgasme terakhirnya.

Aku lalu mengambil tissue untuk membasuh vaginanya yang sedikit berceceran spermaku. Kemudian, aku mengambil celana dalam dan BH-nya.

"Mba, ini buatku yaa hehe" kataku sambil mencium celana dalam dan BH-nya.

Mba Nayla lalu bangkit

*PLAK*

Ia menamparku dengan cukup keras. Aku sekilas melihat bahwa ia sedang menangis dan dengan raut wajah yang marah. Ia berusaha meraih BH dan celana dalamnya saat aku sedang terhuyung karena telah ia tampar. Namun, tanganku masih sedikit lebih cepat sehingga ia tidak berhasil merebutnya. Aku lalu melemparkan kedua pakaian dalamnya itu ke atas lemari dan melihat ekspresi wajahnya seolah mengatakan tidak percaya aku melakukan hal tersebut.

"Za, salah gue apa sih? Sampe gue lo giniin" katanya sambil menangis.

"Engga. Lu gasalah apa apa kok mba. Aku mau nagih utang aja ke Tama" kataku sambil mengambil celananya.

"Nih pake dulu. Takutnya gue nafsu lagi liat memeklu hahaha. Kemarin pas gue sama Winda lagi gituan, dia tbtb masuk dan langsung garap si Winda. Noh kelakuan pacarlu noh" lanjutku.

Mba Nayla nampak biasa saja dengan hal yang baru saja ku ceritakan. Ia masih memasang raut wajah marah kepadaku sambil memakai celananya.

"Jorok tau ga. Ngapain sih nyemprotnya di jilbab" katanya sambil mengusap-usap jilbabnya yang berceceran spermaku"

"Nih ahh bawel" kataku sambil melemparkan tissue ke arahnya.

Mba Nayla lalu mengambil beberapa kertas tissue dan mengusapkannya ke jilbabnya. Setelah sekiranya sudah bersih, ia langsung membuka pintu kamarku dan langsung pergi dari kosanku.

"Ati ati ya mba. Mba kan gapake daleman hahahaha" ujarku dengan sedikit berteriak karena Mba Nayla sudah cukup jauh.

Aku lalu masuk kembali ke dalam kosanku dan mengambil pakaian dalam Mba Nayla yang tadi ku lempar ke atas lemari. Aku lalu mengecek ukuran BH-nya dan mendapati tulisan 36C. "Wow" gumamku dalam hati.

Penisku kembali tegang dan aku memutuskan untuk melakukan coli menggunakan BH-nya dan hingga aku ketiduran.
=======########=======​

Jam menunjukkan pukul 
01.00. Seorang wanita bangun dari tidurnya dan mendapati temannya yang sedang sakit itu masih terjaga.

"Loh win, gak tidur?"

"Eh han. Maaf ya kamu jadi kebangun. Aku gabisa tidur han. Sakit banget ini" ujarnya sambil menunjuk bagian lututnya.

"Udah minum obat?"

"Udaahh hehe. Tapi masih sakit"

Hani lalu menghampiri temannya itu dan duduk di sebelahnya dan mengusap-usap kepalanya.

"Sabar ya wiiiin" katanya seraya memeluknya.

"Awww sakit haaan hehe"

"Ehhh maaff wiin haha"

Hani melepas pelukannya dari Winda.

"Han, tadi si Faza nelfon masa haha"

"Nelfon doang win? Haha"

"Iyaa. Loh emang kenapa?"

"Hahaha. Enggak. Gak papa. Soalnya waktu itu si Faza datengin aku ke kosan" ujar Hani sambil memeletkan lidahnya

"Iiiihhhh ini kan udah malem jugaaa"

"Hahaha cemburu banget nih?"

"Iiiihhhh dasaaarrrrr hahaha" ujar Winda sambil membuat mimik yang sangat lucu. "Han, waktu itu kok dia bisa ke kosanmu sih?" Lanjutnya.

"Gak tau juga aku, tbtb pas kamu pulang, gak lama setelahnya dia dateng"

"Trus kalian ngapain waktu itu? Selain si Faza yang nenangin kamu segala macem"

"Ahahahaha Winda kepooo yaaa"

"Iiiihhh serius haaaaan"

"Kami waktu itu mandi bareng Han" katanya singkat. "Abis mandi, baru deh kita ke venus. Abis dari venus kami tidur bareng. Tapi gak ngapa-ngapain kok. Cuman tidur doang"

"Hah? Mandi bareng?"

"Iyaaa hahaha, soalnya ya yaudah gitu dia juga udah liat semua badanku ya ngapain juga nutup-nutupin lagi"

"Terus ngapain?"

"Ihhh kenapa sih wiin haha. Malu ihhh kalo nyeritain"

"Ya pengen tau aja kamu sama Faza udah ngapain aja hahaha"

"Emang kamu udah ngapain aja? Hahaha"

"Ya kan aku udah ngasih tau semua pas di kosanmu sama Zahra kemarin. Kamu belum cerita semua pasti deh"

"Iya deh iyaa hahaha. Dengerin nihhh" kata Hani sambil memposisikan dirinya untuk bercerita.

Hani bercerita tentang pertama kali ia di perkosa oleh Faza hingga kebersamaan mereka hingga saat ini.

"So sweet ya Faza hahaha" ujar Winda.

"So sweet dari mana. Di merkosa kok hahaha"

"Ya kan abis merkosa dia gak langsung pergi gitu aja. Malah kayaknya Faza tuh malah merhatiin kita haha" ujar Winda sambil tersenyum.

"Iyasihh, mungkin dia merasa bersalah kali jdnya ya gitu. Dia kan dulu suka godain aku win kamu gatau aja"

"Risih hahaha" ungkap Hani. "Cuman pas udah kenal dan udah kayak gitu sama Faza jdnya emang agak perhatian sih orangnya" lanjutnya.

"Mungkin itu kali ya kenapa Zahra bisa lengket banget sama Faza walaupun mereka belum pacaran" ujar Winda.

"Kayaknya sih mereka bakal jadian deket-deket ini haha dan kayaknya kita harus agak ngejauhin Faza kalo udah kayak gitu"

"Iya yaa hahaha" kata Winda yang menunjukan muka sedikit sedih.

"Yaudah tidur yuk win. Besok aku kuliah haha"

"Sok atuh tidur han. Aku belum bisa tidur hehe"

"Kamu juga harus tidur win" kata Hani sambil memeluk tubuh Winda dan membaringkannya.

Mereka tidur dengan Hani memeluk Winda.
=======########=======

Pagi hari itu disaat matahari masih belum mau keluar dari sarangnya. Aku terbangun karena menggigil kedinginan. Aku tak tahu kenapa aku menggigil kedinginan karena semalam memang tidak turun hujan. Aku lalu mengambil kotak obatku yang ada di dalam lemari dan mengambil termometer. Dan suhu tubuhku ternyata naik sebesar satu derajat dari suhu normal. Melihat hal itu, aku lalu mengambil obat-obat an yang memang biasanya ku konsumsi apabila aku demam. Aku lalu meminum obat itu dan langsung mencari selimutku dan kembali rebahan di kasurku.

"Zahh, aku lagi gaenak badan. Maaf ya gabisa jemput dulu" kataku lewat pesan.

Tak lama setelahnya Zahra membalas pesanku.

"Loh kok bisa sih? Kamu emang kurang olahraga deh ini jadinya sakit" jawabnya.

"Gatau deh ini. Menggigil aku tadi pas bangun"

"Yaudah. aku ke kosmu yaa sekarang"

"Ehh gausahh. Ngapain...."

"Naik apa kamu?" Kataku lagi.

Pesanku tidak dibalas olehnya.

Aku lalu melanjutkan memainkan HP-ku untuk sekedar browsing-browsing dan melihat timeline yang ada di salah satu aplikasi chat-ku.

*TOK*TOK*

Aku berusaha bangkit dari tidurku namun, sulit sekali karena sekujur badanku merasakan sakit. Aku berusaha berteriak agar orang yang ada di depan pintu untuk segera masuk karena memang pintunya tidak dikunci namun suaraku parau sehingga tidak terdengar hingga seberang pintu.

Orang itu mengetuk pintu lagi, namun apa daya aku tidak bisa apa-apa. Mungkin orang itu sudah tidak sabar karena aku tak kunjung membuka pintu dan ia akhirnya memutar gagang pintu dan melihat keadaanku yang tergolai lemas saat ini.

"Weh bos lu ngapa dah?" Ujar Tama seraya mendekatiku.

"Gaenak badan haha"

Lalu muncul keheningan yang aku tak mengerti penyebabnya.

"Tam, sorry yakk. Lu putus ya kemarin?"

"Iya hahaha, iya gapapalah. Lagipula kemarin gue ngajakin ngentot juga karna gue denger desas-desus kalo dia tuh sebenernya ayam kampus" jelasnya. "Gue gamaulah pacaran sama ayam kampus haha"

"Hehh? Serius lo? Gila. Padahal semalem dia marah loh sama gue pas abis gue entotin"

"Pura-pura kali biar besok-besok bisa manggil lagi"

"Lu tau dari mana kalo Mba Nayla ayam kampus?"

"Gue ketemu sama mantannya pas latihan futsal, dia anak sosial. Nah, gue juga gatau sih dia tau darimana kalo gue sekarang jadi pacarnya Nayla, tp pas kelar latihan gue tbtb diajak ngobrol. Nah, gue diceritain kalo alesan mereka putus tuh, pas dia liat-liat HP-nya Nayla. Banyak banget foto telanjangnya dan beberapa video dia lagi ngentot. Yaudah pas tau itu, dan dia minta penjelasan ke Nayla, dia malah ngaku. Buat nyari duit katanya" jelas Tama cukup panjang. "Gue awalnya mikir mungkin dia dari orang susah jdnya buat bayar kuliah ya harus nyari duit sendiri. Cuman pas gue pacaran sama Nayla, gue sering liat atm nya bejibun, dan gue sering baca-baca smsnya yang bilang kalo ortunya udah ngetransfer. Kan geblek ya. Dia nya aja itumah yg pengen jadi pecun" lanjutnya lagi.

"Mungkin kenapa tetek nya gede, gara-gara sering di mainin ya hahaha" ujarku

"Iya kali haha. Tapi gue juga minta maaf ya za, kasus Winda. Sorry banget. Abisnya gue langsung kayak dirasukin setan, makanya kemarin langsung ngentotin Winda"

"Iyee gapapa selow. Windanya juga kemarin-kemarin gak masalahin itu kok"

Sedang asik mengobrol dengan Tama, sesosok wanita membuka gerbang kosku dan langsung menuju kamarku.

"Assala...... ehh zaa kamu kenapaa?" Ujar Hani.

"Wahh dateng nih salah satu bidadarinya Faza hahaha, yaudah bos gue duluan yak. Cepet sembuh. Nanti mau di-TA in ga?" Kata Tama seraya menuju pintu kamarku.

"Sialan lu haha. Gausah tam, masih aman kok absen gue"

"Okedeh" ujar Tama sambil beranjak pergi dari kamarku.

"Halo han, hahaha. Aku gaenak badan"

Hani lalu mendekatiku dan tangannya menuju ke keningku.

"Yaampun anget banget za. Aku kompres ya"
Hani lalu membuka lemari ku dan mencari handuk berukuran kecil. Setelahnya, ia menuju kamar mandi dan mengambil baskom dan mengisinya dengan air. Ia lalu menuju tubuhku lagi dan segera menempelkan handuk yang sudah direndam air itu di atas keningku.

"Han, Winda gimana?"

"Gimana apanya nih? Hahaha"

"Ya keadaannya. Dia shock ga pas abis ditabrak?"

"Kalo dari gelagatnya sih kayaknya gak kenapa-napa cuman semalem dia gabisa tidur soalnya lututnya sakit banget katanya"

Tak berapa lama seorang wanita datang ke kosku.

"Lohh udah ada Hani toh" ujar Zahra.

"Enggak kok zaah. Tadi aku kebetulan lewat aja abis nginep di Winda" kata Hani sambil berdiri dan siap-siap beranjak pergi.

"Ehh. Kemana han? Udah disini aja nemenin Faza"

"Loh kamu kan udah dateng. Ya nanti aku jadi obat nyamuk doang ahh. Gamau" kata Hani sambil memeletkan lidah ke Zahra.

"Dih hahaha. Udah gapapa. Faza mah seneng kalo dirawat sama dua orang cantik-cantik" katanya Zahra sambil menatapku.

"Dihh apaan lo zah hahaha" kataku. "Naik apaan ke sini?"

"Minjem motornya sari temen kosku" katanya sambil mendekatiku. "Ohh udah dikompres juga. Udah minum obat?" Katanya sambil duduk di sebelahku lalu mengelus kepalaku.

"Udahh tadi"

Aku melihat Hani sekilas menujukan raut wajah seperti iri atau seperti cemburu melihat Zahra yang seperti itu.

"Tuhkan aku jadi obat nyamuk. Aku pulang deh yaa hehe"

"Naik apa han?" Tanyaku.

"Jalan kaki hehe"

"Yaudah aku anterin deh" ujar Zahra.

"Ehhh gausah. Kamu jagain Faza aja disini"

"Udaah gausah bawel haha" kata Zahra sambil meraih tangan Hani dan segera menuju motornya.

Tak berapa lama setelah mereka berdua pergi, aku melihat Tama sedang siap-siap untuk mandi. Ia lalu melihatku dan kembali masuk ke dalam kamarku.

"Za HP lo mana? Sini gue kirimin video-video nya Nayla hahaha. Terserah lo mau diapain. Mau lo masukin semprot kek terserah ajaa hahaha"

"Lahh. Lu kenapa dah? Sakit hati ceritanya? Hahaha." Kataku sambil menunjuk HP ku.

"Iya men hahaha, asli sakit banget pas tau Nayla lonte" katanya seraya mengambil HP ku dan mulai proses transfer data.

"Kalo gitu kenapa gak lo aja yg masukin ke semprot?"

"Kaga ahh banyak PK disana hahaha"

"Emang tai ye lu hahaha"

"Udeh nih za. Barangkali lo mau coli. Nayla dijadiin bacol aja hahaha" katanya seraya memberikan HP kepada ku lalu pergi dari kamarku.

Aku lalu membuka galeri ku dan mendapati banyak sekali foto-foto telanjang Mba Nayla dan video-video vulgar Mba Nayla. Aku perhatikan pemeran laki-laki berbeda-beda tiap videonya. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa Mba Nayla adalah lonte yang sudah berpengalaman.

Tak lama setelah itu, Zahra kembali dari mengantarkan Hani.

"Zah, ini udah jam berapa? Kamu ga kuliah?" Kataku.

"Engga dehh, aku mau ngerawat kamu aja" katanya sambil mengganti kompresan yang ada di keningku.

"Gausah zaaah. Kamu kuliah ajaa....." kataku tertahan karena bibirku dicium oleh Zahra.
Zahra langsung melepas ciumannya lalu tersenyum ke arahku.

"Gausah bawel" katanya sambil memeletkan lidahnya.

"Zah, pintunya tutup ajaa. Dinginn"

Zahra lalu beranjak dan menutup pintu kamarku.

Ia lalu menuju tubuhku yang terkulai lemas mengganti kompresku lagi.

"Zahh" kataku sambil menggenggam tangannya. "Makasih yaa"

"Apasih yang engga kalo buat kamu zaa" ujarnya.

"Maaf ya zah"

"Buat?"

"Buat semuanya. Dari awal yg dikosanmu itu. Terus yg kamu tbtb marah ke aku. Trus kamu yang....." bibirku kembali disergap oleh bibirnya.

"Udaah zaaa. Aku udah gak mikirin yg itu lagi kokk. Udah cukup haha. Sekarang tinggal jalanin aja yg sekarang harus dijalanin" kata Zahra setelah melepas ciumannya.

"Ya kan....." jari telunjuknya kini ada di bibirku.

"Sssstttt udaaahh haha"

Aku berusaha bangkit dari tidurku. Namun apadaya aku tidak bisa bangkit.

"Ehh ehh kamu ngapain..."

"Mau bangun susah banget haha"

"Udah siih tidur ajaa. Biar cepet sembuh"

"Iyadeeh. Aku tidur yaa. Maaf ninggalin tidur hahaha"

"Apaandehh hahaha. Yaudah sana tidur. Aku bakal disini terus kok sampe kamu bangun.

Aku lalu menutup mataku dan langsung tertidur.





1 komentar:

  1. Cari Penghasilan Tambahan Dari Hobi Jadi Uang
    BANDAR Madu4D Mau Nawarin Promo Website
    Mau Bet Bola | Poker | Slot | Casino | Tangkas | Togel Di Madu4D
    SEMUA BANK ONLINE 24 JAM
    Link Alternatif : slotmadu.net

    BalasHapus