Kamis, 26 April 2018

Cerita Dewasa - Kisah Si Badan Babi (part 3)


Pagi hari itu masih gelap tetapi aku sudah memacu motorku cukup kencang karena mendapatkan firasat buruk tentang Zahra. Aku tidak membalas pesannya yang ia kirim kemarin malam dan ia tidak segera membalas pesanku.

Sesampainya aku di kosan Zahra, aku kaget karena pintu kosan Zahra yang terbuka karena hari ini masih cukup pagi untuk seorang mahasiswa yang ingin memulai aktivitasnya. Aku nyelonong masuk saja dan langsung menutup pintu. Aku melihat pintu kamar Zahra yang masih tertutup dan mencoba untuk membukanya tetapi sepertinya kamarnya dikunci dari dalam. Aku mencoba beberapa kali menelpon Zahra tapi tidak diangkat. aku tidak bisa mengintip lewat jendela karena memang ditutup menggunakan gorden oleh Zahra. Aku yang masih panik, dikagetkan oleh perempuan separuh baya yang tbtb berada di belakangku.

“ooh, dik Faza ternyata, ibu kira siapa. Ngapain dik pagi-pagi udah nyari Zahra?” tanya wanita dengan heran.

“oohh ibu Nia, hehe. Iya bu maaf saya main masuk saja, soalnya tadi saya lihat pintunya sudah terbuka” jawabku dengan cukup lega karena ada ibu kosnya Zahra.

“hah terbuka bagaimana dik?” ibu drtd di dapur dan tidak mendengar apapun sampai kamu datang” jawabnya yang makin membuatku khawatir.

“iya bu makanya saya juga bingung, ditambah lagi saya khawatir sama Zahra soalnya dia belum bales pesanku sejak tadi malam bu, dan dia sekarang belum bangun. Biasanya dia yang bangunin saya bu jam segini hehe” kataku sedikit berbohong

“waduh ada angin mungkin dik, oke oke gini aja saya kasih kunci cadangan kamar Zahra saja ya” katanya sedikit membuatku lega karena itulah tujuanku sebenernya.

“baik bu terimakasih” jawabku.

Ia langsung berlalu dari pandanganku menuju kamarnya dan mengambil kunci cadangan kamar Zahra tidak lama setelahnya.

Aku langsung membuka pintu kamar Zahra dan melihat Zahra masih tertidur dengan posisi badan meringkuk. Aku sedikit lega karena firasat burukku tidak terbukti. Aku mengembalikan kunci cadangan ke ibukosnya dan masuk serta menutup pintu kamar Zahra. Awalnya aku tidak tega membangunkan Zahra yang masih tertidur pulas, tapi hari sudah menjelang pagi dan aku yakin ia belum melaksanakan ibadahnya.

“Zah bangun zah” kataku sambil menggerak-gerakan badannya.

“eeemmmmmmmm” rintih Zahra yang mulai membuka matanya yang bengkak.

Aku baru sadar mata Zahra bengkak saat ia bangun.

“zah kamu kenapa? Nangis kenapa kamu?” tanyaku yang langung mendapat pelukan Zahra.

Cukup lama Zahra memelukku dan tidak mengeluarkan satu kata pun. Aku yang bingung, hanya membalas pelukannya dan mengusap kepalanya.

“kenapa zaaahh” tanyaku yang kembali ia tidak jawab.

Akhirnya Zahra melepaskan pelukannya tapi masih belum ngmong apa-apa. Ia langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan wudhu, ia lalu melaksanakan ibadahnya. Aku yang masih bingung, hanya melihatnya saja sampai ia selesai.

“zaa, udah sholat kan?” tanyanya yang akhirnya membuka suara juga.

“iya udah, kamu kenapa zah matanya kayak gitu?”

“hhhhhh” ia hanya menghela napasnya sambil melepas mukena dan menghampiriku. “kamu kemana aja semalem?” tanyanya singkat padat dan jelas.

“emmmm aku keeeee emmm Venus Mall hehe” jawabku ragu-ragu

“sama siapa? Katanya dengan nada sedikit tinggi.

“samaaaaaaaaa Hani ._.” kataku dengan ragu-ragu. Aku takut kalo dia marah.

Sebenernya ngapain juga aku takut jalan sama siapa toh juga Zahra bukan siapa-siapa aku. Tapi tak tahu kenapa, raut muka Zahra menunjukan dia marah kepadaku sehingga aku takut dalam menjawab semua pertanyaannya.

Zahra hanya memandangiku dengan tajam yang makin membuatku takut. Lidahku benar-benar kelu saat ini. Aku tidak bisa berkata apa-apa sekarang karena melihat Zahra yang seperti itu.

“za, aku udah tau kamu pergi sama Hani semalem, karena Wahyu mengirimiku gambar kamu sama Hani di mall itu” katanya yang membuatku sedikit tersenyum. “aku juga tau kemarin kamu gendong winda kan sampai kosannya setelah kamu garap dia?” lanjutnya yang membuatku kaget kali ini.

“eemmmm yaaaa terus kenapa Zah?” tanyaku dengan sedikit terbata-bata karena aku belum tau hubungan pertanyaannya dengan sikapnya sekarang kepadaku.

“aku tidak marah kok Za haha, tapi kamu jangan ya mainin perasaan cewek seenaknya. Ini masih aku loh. Kalo winda tau kamu jalan sama hani, atau hani tau kalo kamu gendong Winda, bakalan jadi apa mereka” katanya yang cukup membuatku tertegun. “kasian zaaa” lanjutnya lagi sambil meneteskan air mata.

Aku yang melihatnya meneteskan air mata langsung mencari tisu untuk mengusap air matanya. Ia langsung mengambil tisu yang niatnya mau aku usapkan ke matanya. Aku berniat memeluk Zahra tapi ditahan olehnya.

“Zaa, udah yaa jangan kayak gini lagi, kasian kamu. Udah ngurusin Hani sama Winda kalo ditambah sama ngurusin aku nanti bingung. Yang ada malah nanti kamu nyari cewek lain” katanya dan air matanya makin banyak keluarnya.

“maksudnya Zah?” tanyaku karena tidak paham dengan pernyataannya.

“aaaaahhh cowok emang gapeka. Yaudah intinya kamu gausah perhatiin aku lagi, gausah main-main kesini lagi, gausah ngirim-ngirim aku pesan lagi. UDAH SEMUANYA GAUSAH LAGI” akhirnya pecah juga tangisannya.

Perkataannya cukup menohok hatiku. Aku langsung saja memeluknya walaupun ia meronta-ronta ingin melapasnya.

“zaaaaa lepasssinnn, udah ngapain si kamu, pergi sanaaa huhuhu”

Aku tidak peduli dengan pernyataannya dan tetap memeluknya dengan erat.

“Zaah, maafin aku ya. Iya aku udah gaakan kayak gini lagi ke kamu dan ini yang terakhir” kataku sambil mencium bibirnya dengan sangat lembut.

Cukup lama kami berciuman seperti itu karena Zahra tidak protes karena kucium. Selesai mencium bibirnya, aku mencium keningnya seraya pamit pulang ke Zahra.

“yaudah aku pulang ya Zah, maafin aku, aku janji itu tadi yang terakhir, tapi kalo ada apa-apa jangan segan buat minta bantuan aku ya” kataku sambil mencium keningnya lagi.

Zahra diam saja sambil menahan tangisannya. Akhirnya aku keluar dari kosan Zahra dan langsung memacu motorku ke kosan.
=======########=======​

Kuliah pada hari ini dimulai pukul 10. Aku sekarang sedang bersiap-siap untuk mandi. Aku dikagetkan oleh Tama yang tbtb masuk ke kamarku

“Zaa, gile lu ye emang hahaha, kok lu bisa tau sih kalo si Wahyu gaakan nginep di kosan Tia, soalnya setelah gue tanya-tanya temen kosan Tia, katanya emang si Wahyu sering nginep di kosan Tia” tanyanya penasaran

“ya taulaah hahaha, kan gue yang ngasih tugas ke dia dan emang tugasnya agak banyak dan gue minta buat hari senin dikumpulin” jelasku

“tugas apaan?”

“wawancara” jawabku singkat

“oooooohhhh” katanya mengerti. “tapi kok lu tau kalo dia bakal ke mall dan ketemu lu?”

“sebenrnya gue gatau hahaha, gue nebak aja” jawabku sekenanya. “makanya gue minta lu buat ngawasin kosannya Tia kan.. dan sebenernya tadi malem adalah kesempatan satu-satunya buat ngelakuin rencana gue. Eeh tau-taunya dia beneran pergi makanya rencanya kita lancar. Kalo misal mereka tadi malem ga pergi, rencana kita gaakan jalan” jelasku

“oohh gitu, gue kira lu udah tau semuanya, kampret emang. HOKI lu hahaha” katanya seraya menjitak kepalaku.

“Aduuhhh sakit bego hahaa, ELO KALI YANG HOKI HAHAHA, pasti lu ngentotin Tia kan hahaha” kataku

“ya jelaslaah yakali engga hahaha, kemarin juga gue ajak Dimas buat jaga-jaga kalo wahyu ternyata nginep di kosan Tia”

“wedew, gila juga hahaha, yaudah sekarang mana barang yang gue minta?” tanyaku

“masih di Dimas hahaha, kasian dia baru pertama kali. Semalem aja dia paling cepet keluarnya, makanya gue kasih ke dia dulu buat latihan biar ga cepet-cepet amat keluarnya” jelasnya

“oohh oke dehh, oiya video itu jangan sampe bocor pokonya, kalo sampe bocor gue gatanggung” kataku cukup tegas.

“iyaa Za, tenang. Udah gue simpen kemarin sama dimas di flesdis” jelasnya

“oke deh, yaudah gue mandi dulu”. “oiya Tam gue mau minta tolong lagi nih, tolong awasin Wahyu yaa, gue curiga, dia ngirim foto gue sama Hani kemarin ke Zahra” lanjutku

“eh serius lu, mau ngapain dia sama Zahra?”

“ya mana gue tau, gue yakin wahyu tuh psikopat men makanya gue takut Zahra diapa-apain sama wahyu”

“halah gaya luu zaa hahaah, yaudah tenang aja gue jagain. Tapi nanti gue minta jatah yak ke Zahra hahaha”

“kalo dia mau ya ambil aja haha, gue abis berantem nih sama Zahra tadi pagi, gue bingung sama cewek haha”

“sabar broo makanya kalo main cewek tuh satu ajaaa, lu juga sihh langsung tiga hahaha” katanya meledekku

“tai lu aah hahaha, yaudah gue mandi dulu”

“okeee”

Setelah perbincangan dengan Tama, aku mandi dengan pikiran yang masih tidak enak tentang Zahra. Sejujurnya aku bingung apa maksud Zahra ngomong kayak gitu tadi, padahal kan kita emang gaada apa-apa, pacaran aja cuman pura-pura. Aku mandi cukup lama karena terlalu memikirkan semua kemungkinan bahwa Wahyu akan melakukan sesuatu ke Zahra. Selese mandi aku langsung memakai pakaian dan langsung menuju kampus untuk kuliah tanpa menjemput Zahra lagi.

Di kampus

Aku memakirkan motorku di salah satu sudut parkiran kampus karena aku tau aku akan pulang pada malam hari. Aku berjalan menuju kelas dan melihat Wahyu dengan Tia sedang asik sekali berbincang di depanku.

“oyy yu, oyy ti” sapaku singkat. “yu gimana tugas? Udah sampe mana?” lanjutku.

“aduuhh selow zaa selow aku kerjain kokk, gausah tanya-tanya terus tiap kita ketemu haha” jawabnya sambil kulihat ia tersenyum sinis sesaat.

“okedeh sorry yak haha, soalnya gue ada urusan sama dosen itu makanya pengen cepet-cepet selese” jawabku menjelaskan alasannya.

“iya zaa tadi malem udah aku edit rekamannya, tinggal bikin laporannya”

“okedeh sip, berarti besok bisa kelar dong?” kataku sedikit memaksa.

“waahh sulit, nanti malam aku ada urusan hehe” katanya yang membuatku curiga.

Aku sempat melihat reaksi Tia yang bingung saat wahyu mengatakan hal itu. Hal ini membuatku lebih curiga bahwa wahyu akan melakukan sesuatu nanti malam.

“ohh yaudah dehh, yang penting senin yak hahaha”

“iyaa zaa iyaaa” jawabnya sedikit jengkel.

Aku melanjutkan perjalanan ke ruang kelas dan masuk kedalam kelas. Aku menyapukan mataku untuk mencari Tama dan Dimas di kelas itu. Setelah kulihat mereka berdua aku langsung menuju mereka dan duduk di sebelah mereka. Aku sempat melihat Hani dan Winda sama-sama melambaikan tangannya kepadaku dan menyuruhku untuk duduk disebelahnya, namun aku menolak karena ada hal yang lebih penting daripada duduk di sebelah mereka. Setelah duduk, aku melihat Zahra masuk ke ruang kelas dan duduk didekat Winda dan Hani, lalu aku melihat wahyu masuk dan duduk persis dibelakang Zahra. Sepertinya wahyu kaget karena aku tidak duduk di sebelah Zahra terlihat dari raut wajahnya.

“Tam, tolong awasin Wahyu yaa, gue curiga nih, tadi dia bilang kalo ada urusan malem ini tapi si Tia gatau”. Kataku kepada Tama. “dan Dim tolong jagain Zahra yaa, kalo ada apa-apa sama Zahra lu kasih tau gue” lanjutku ke Dimas.

“oke za tenang ajaa” jawab mereka serempak.

“mana videonya gue pengen liat nih hahaha”

“nihh zaa enjoy hahaha”

Dosenpun masuk ke ruang kelas menandakan kuliah segera dimulai.
=======########=======

Siang itu cukup panas menyebabkan kuliah kurang kondusif karena banyak mahasiswanya yang mengipas-kipaskan diri. Hembusan angin dari 3 AC pun tidak memberikan efek nyata terhadap penurunan suhu di ruang kelas itu. Kuliah pun di cukupkan lebih cepat dari biasanya oleh dosen karena beliau menilai kami sudah tidak bisa menangkap apa-apa dari materi yang dipaparkan. Selesai kuliah, aku langsung menuju ke bagian belakang kampusku karena ada TM untuk penerimaan anggota baru salah satu organisasi tingkat fakultas yang ada di kampusku. Penerimaan akan dilaksanakan pada malam harinya di salah satu ruang kelas di kampusku. Aku melihat Tia mengikuti TM itu dan aku memutuskan untuk duduk disebelahnya.

“eh ti, kamu ikut ini juga?” sapaku ke Tia

“eh za, iya nihh hehehe. Kamu juga ya ternyata” jawabnya sambil tersenyum

“iyanih, aku jadi inget jaman-jaman ospek deh hahaha” kataku

“eh iya yaa, aku sering nyender nih disini dulu hehehe, malu aku kalo inget-inget” katanya sambil menunjuk pundakku.

“kok malu? Kenapa deh haha, sekarang kalo kamu mau juga gapapa kok” kataku sambil modus (haha).

“yak an kamu sama Zahra sekarang, beda lahh haha, dulu kan aku sama Zahra gantian hahaha, sekarang mah mana bisa gantian, udah buat Zahra semua jatahnya”

“gak juga ahh hahaha, kalo kamu mau juga gapapa kok sekarang, gaada Zahra ini sekarang hehehe” kataku sambil ngarep.

Hal yang kuharapkan terjadi, ia lalu menyenderkan kepalanya ke pundakku dan kulihat ada butir-butir air mata disitu.

“ehh kenapa Ti, kok nangis?”

“Wahyu zaaa, si wahyu yang akhir-akhir ini aku gatau apa yang ada dipikirannya, kayak ada seseorang yang ada dipikirannya tapi bukan aku huhuhu” katanya. “padahal aku udah kasih semuanya ke dia bahkan kegadisanku juga sudah kuberikan ke dia, tapi dia sekarang malah kayak gitu. Padahal kita gak berantem, gak kenapa-napa, tbtb kayak gitu dia huhuhu, ditambah lagi aku gatau nanti malem dia bakal ngapain huhuhu” lanjutnya menjelaskan

“masa sihh? Tapi tadi kalian seru-seru aja ngobrolnya. Maaf ya ti, mungkin si wahyu tuh kepikiran sama tugas yang aku kasih, soalnya emang banyak sih tugasnya” kataku seraya mengusap kepalanya.

“iya tadi sih seru karena emang kita ngobrolin baju yg aku beli semalem hehehe” katanya. “Bukan za, pasti bukan tugas, tatapannya ke aku tuh udah beda, gak kayak pas awal-awal dia ngedeketin aku, aku tau dia gabisa ngomong lancar ke perempuan, dan kuakui saat itu dia gak banget saat ngedeketin aku. Tapi dari pandangannya, aku luluh, pandangannya seolah bahwa dia bakal ngelakuin apa aja ke aku asal aku seneng” jelasnya sambil menggeser tubuhnya agar lebih nyaman menyender.

Aku tertegun karena perkataan Tia tentang Wahyu dan ini menguatkan kecurigaanku bahwa Wahyu akan melakukan sesuatu ke Zahra.

“kamu sama Zahra gimana za?”

“ahh gak gimana-mana. Aku habis berantem sama Zahra dan putus” kataku yang meng-analogi-kan bahwa aku putus dengan Zahra karena kejadian tadi pagi.

“LOH? Serius za? Kenapa bisa putus? Padahal aku sering liat kalian tuh mesra banget dimana-mana.” Katanya sambil mengangkat kepalanya dari pundakku.

“dia dapet laporan dari temennya kalo aku jalan sama Hani, padahal semalem itu aku sama Hani cuman kebetulan aja ketemu di mall dia lagi nyari jilbab, aku lagi nyari tas dan kami cuman pulang bareng udah gitu doang. Tp pas kujelasin kayak gitu dia makin marah dan bilang kalo mau putus sama aku. Aku gabisa apa-apa Ti hahaha dia udah marah banget yaudah lah, nanti kalo udah gak marah aku mau minta balikkan hahaha” aku menjelaskan.

“oohh iyaaa aku semalem liat kamu sama cewek hahah, ku kira itu Zahra loh soalnya kemarin gelap aku liatnya agak rabun” katanya. “yaudah za gapapa, aku juga pasti kalo liat wahyu boncengan sama cewek lain juga bakal marah. Tapi, kalo nanti si Zahra udah tenang, kamu pepet aja lagi pasti luluh kok hehehe” lanjutnya yang menandakan berakhrinya acara TM.

Aku kaget acaranya sudah selesai dan aku tidak tau apa-apa saja yang bakal dilakukan nanti malam (ini bego sih). Akhirnya aku meminta temen sekelasku untuk catetannya disalin olehku. Aku siap untuk malam ini (hahaha).

“dim Zahra dimana?” tanyaku pada dimas lewat pesan. Ia langsung membalas “lagi dijalan pulang ke kosannya, gue ikutin dia sambil jalan juga nih haha”

“oke makasih dim, jagain terus yaa. Gue bilang ke Tama buat nemenin lu jagain di kosan Zahra”

“tam ke kosan Zahra sekarang, jagain sampe malem yaa hehe. Sorry lohh hahaha” pesanku pada Tama.

“oke za, gue lagi ngobrol sama winda nih hahahaha” jawabnya cukup cepat

“JANGAN LU APA-APAIN” kataku di pesan karena kesal.

“iye iye hahaha sante broo, gue udah punya kokk, si body montok Mba Nayla” jawabnya yang membuatku kaget.
=======########=======​

“kampret si Tama sama Dimas, ngapain sih nongkrong disitu terus daritadi” gerutu Wahyu karena melihat Tama dan Dimas yang dekat dengan kosan Zahra.

Wahyu sedang duduk di sebuah warung makan berbeda dengan Tama dan Dimas yang ada di dekat kosan Zahra. Ia menunggu saja hingga malam, namun Tama dan Dimas tidak kunjung beranjak dari tempatnya.

“bang, ngapain dimari mulu. Kalo mesen makan sih gapapa bang, kalo cuman nongkrong doang mah mending abang pergi aja, ngurangin kursi aja. Biasanya bakal ada rombongan jam segini” kata mang-mang warung makan itu.

“iye bang, saya lagi nunggu orang tapi gadateng-dateng orangnya” kata wahyu mengeles.

“masa iya gadateng-dateng, gaakan dateng kali bang. Udah pulang aja sana. Biasanya rombongannya banyak dan ngabisin kursi” kata abangnya yang akhirnya membuat wahyu beranjak dari tempatnya dan pergi dari warung itu.

“Zah, tunggu saja ya aku akan segera datang ke kosanmu cepat atau lambat” ia mengirim pesan ke Zahra.

“Tia juga harus siap-siap yaa kalo Faza bakal dateng ke kosnya” jawab Zahra cukup tenang.

“GAK MUNGKIN FAZA MALEM INI KE KOSAN TIA” jawabnya cukup kesal.

“loh, emang mesti malem ini? Aku tau kok kalo Faza sekarang lagi ada acara, dan kamu tau ga? Tia juga ikut acara yang sama loh. Tuh hati-hati tuh, kamu kan udah liat Faza jalan sama Winda ama Hani, nah mungkin sekarang giliran Tia” jawabnya makin membuat panas hati Wahyu.

Wahyu cukup tertegun bahwa Zahra berani mengatakan hal itu. Ia langsung bergegas menuju kampus karena memang acara yang dimaksud berlangsung di kampus untuk menunggu sang kekasihnya.

“SIAAAAALLLLAAANNNNNNN, awas kalian berdua, kalian akan menyesal karena melakukan hal ini kepadaku” teriak wahyu sambil memacu kendaraannya menuju kampus.
=======########=======​

“makasih ya zaa, aku tau kok kamu pasti nyuruh Tama dan Dimas buat nunggu di luar kosanku” kata Zahra dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.

Zahra memang awalnya curiga karena Tama dan Dimas berada di sekitar kosannya dari ia pulang kuliah hingga malam dan tidak sekalipun beranjak dari tempatnya, tetapi setelah ia melihat Wahyu dari sudut jendelanya ia akhirnya mengerti maksud kehadiran mereka berdua.

Zahra merasa cukup aman karena kehadiran Tama dan Dimas yang ada diluar kosannya. Dia tau kalau Tama dan Dimas merupakan sahabat dari Faza, jd kalo ada apa-apa denganya maka ia bisa mengandalkan mereka berdua.

“duhh emang bego Zahra tuhh, ngapain si tadi pagi ngomong kayak gitu ke Faza huhuhu” Zahra ngomong sendiri. “aku harus minta maaf ke Faza, aku harus bisa bersaing sama Hani sama Winda buat ngasih waktunya ke Faza” lanjutnya.

Ia rebahan di kasur dan mengambil HP-nya dan berniat mengirim pesan ke Faza yang isinya ucapan terimakasih. Ia sudah menulis kata-katanya, dan hanya tinggal dipencet send maka pesan itu terkirim. Zahra sedikit ragu-ragu dan berniat untuk menghapus pesan itu, namun karena kecerobohannya HP tersebut jatuh mengenai wajah Zahra dan tanpa sengaja pesan itu terkirim. Zahra sadar akan hal itu lalu merasa malu sekali dan langsung mematikan HP-nya dan langsung pergi tidur.
=======########=======

Acara penerimaan anggota baru berlangsung cukup menyenangkan. Yang membuat aku senang adalah salah satu pembawa acaranya adalah Mba Nayla. Mba-mba yang dari awal aku sudah kagumi. Aku berpikir bahwa mungkin ini kesempatanku untuk lebih kenal dengan Mba Nayla. Aku sempat kepikiran dengan perkataan Tama yang katanya dia udah punya Mba Nayla, maka dari itu aku penasaran apakah benar si Tama dengannya dan apakah ia sudah pernah melakukan itu bersama Mba Nayla. Aku awalnya tidak tau dapet kelompok mana, karena semua informasi itu dipaparkan saat TM, sedangkan aku hanya mengobrol dengan Tia saat TM (ahaha). Aku sempat tanya ke panitia dan akhirnya aku tau di kelompok mana. Aku tidak satu kelompok lagi dengan Tia. Aku sempat kepikiran dengan Zahra yang aku khawatirkan akan diapa-apakan oleh Wahyu. Aku beberapa kali mengecek HP dan menghubungi Tama dan Dimas, tp mereka membalas bahwa tidak ada apa-apa disekitar kos Zahra dan Zahra memang tidak keluar kos semenjak ia pulang dari kuliahnya. Bahkan mereka sempat mengirim beberapa gambar mereka selfie di depan kosan Zahra yang aku tidak tau maksud mereka itu. Aku cukup tenang dan melihat Tia juga cukup menikmati acara yang diselenggarakan oleh panitia.

Acara ditutup dengan marah-marah panitia karena peserta ada beberapa yang tidak taat aturan. Awalnya, lampu ruangan dimatikan, lalu beberapa alumni dari organisasi itu masuk dan memarahi kami semua dengan alasan selama berlangsungnya acara, kami kurang kompak, kurang peduli satu sama lain, dan masih banyak kekurangannya. Setelahnya, ada pemanggilan peserta yang kurang disiplin dengan aturan. Aku menjadi salah satu oknum yang terlibat di pemanggilan itu. Aku di ‘panggil’ dengan alasan karena aku tidak memperhatikan saat TM, kurang inisiatif nanya ke teman lain malah nanya ke panitia, lalu sering membuka HP karena sudah jelas di tata tertib yang dibacakan saat TM ada peraturan tidak menggunakan HP dengan alasan apapun selama rangkaian acara. Aku yang memang melakukan semua hal itu, tidak bisa mengelak. Ada 10 orang yang di panggil. Kami di masukkan ke ruangan khusus untuk lebih di marah-marahin lebih keras. Kami diancam bahwa tidak akan dilantik, tp dengan perdebatan antara kami dengan beberapa panitia dan alumni disitu, kami akhirnya masih bisa melanjutkan untuk pelantikan.

Acara benar-benar ditutup dengan pelantikan anggota baru, pemilihan angket untuk panitia yang ter- ter- an dan foto-foto bareng antara panitia dan alumni beserta peserta. Aku langsung menhampiri Tia yang saat itu sedang diajak foto oleh salah satu panitia. Hal itu sontak membuat suasana menjadi sangat ribut karena semua orang meledek mereka berdua. Aku menawarkan diri untuk mengantar ke kosannya, namun ia menolak karena wahyu sudah menjemput dengan memberi bukti pesan dari wahyu bahwa ia sudah di depan. Aku sangat lega mendengarnya karena hal itu beratrti wahyu tidak melakukan hal yang membuatku khawatir dari kemarin. Aku lalu menghampiri Mba Nayla yang saat itu tidak jauh dariku.

“mba, mba kenal sama Ghatama Ofiq Sasetyo?” (ini nama ngasal ya) tanyaku karena penasaran oleh kata-kata Tama.

“ehh Faza yaa, iya kenal kok, kenapa?” tanyanya yang ternyata mengingat namaku.

“anu mba, saya jadi malu nih nanyanya hehhe, mba punya pacar mba?” tanyaku yang ragu dengan semua ini

“eehhh hahaha, udah Faza, kenapa nihh tanya-tanya? Mau ikut ngantri juga? hihihihi” katanya sambil tertawa lucu sekali.

“ehehehe, engga kok mba. Cukup satu aja saya mah, nanti saya mati kalo banyak-banyak” jawabku dengan terbata-bata karena gugup.

Kuakui, aku sangat gugup saat berbincang dengan Mba Nayla saat itu. Aku tak tau kenapa, padahal kalo dari wajah, menurutku Winda masih jauh diatas Mba Nayla.

“siapa mba kalo boleh tau? Hehe” tanyaku dengan nada gugup.

“hahaha kenapa sih, fix kamu pengen ngantri nih hahaha, jdnya survey dulu siapa yang bisa jadi pacarku hihihih” jawabnya yang lagi-lagi membuatku semakin gugup.

Padahal akupun biasanya mengeluarkan kata-kata iblis untuk merayu Zahra, Hani, maupun Winda, tapi kata-kata itu tidak bisa kukeluarkan untuk Mba Nayla.

“engggaa kok Mbaa hehehe, pengen tau aja Mba Nayla tuh suka orang yang kayak gimana” jawabku dengan terbata-bata.

“tuhkaan sama ajaa kamu lagi survey biar tau aku suka sama yang kayak gimana hihihih” tawanya dengan renyah sekali. “yaudah deh kasian kamu, mukamu udah merah banget tuh hahaha, pacarku adalah orang yang kamu sebut pertama kali itu” lanjutnya yang membuatku sedikit kaget. Namun rasa penasaranku terbayar sudah

“Mba kalo boleh tau kapan jadiannya? Hehe” tanyaku yang mulai tidak gugup.

“baru dua hari kemarin dek hihihi”

“oohh baru ya mba hehehe, yaudah mba, aku duluan deh yaa udah malem” kataku sambil berlalu dari pandangan Mba Nayla

“salam buat Winda ya” katanya yang membuatku kaget karena ia tau hubunganku dengan Winda, padahal yang ku tahu adalah semua orang bahkan kaka angkatan tau kalo aku dengan Zahra, namun Mba Nayla menyebut Winda.

Aku hanya melambaikan tangan saja ke Mba Nayla dan langsung menuju tempat parkir.

“Tam, masih di lokasi?” tanyaku lewat pesan. “masih nih. Udh kelar lu?” tanyanya. “udah, gue kesitu yaa”.

Aku sedikit mengecek beberapa pesan yang belum terbaca olehku, aku sedikit terkejut ada nama Zahra di daftar pesan yang belum kubaca. Aku membaca pesan dari Zahra dan tersenyum-senyum sendiri dan menjawabnya “sama-sama. Jangan marah lagi yaaa J.” Aku lalu pergi ke tempat Tama dan Dimas saat ini dan aku pergi dengan perasaan yang bahagia.

Sesampainya dilokasi.

“woee thanks ya bro kalian udah bantuin gue hehe. Tadi beneran si kupret itu gakesini dan Zahra masih di dalem kan?” tanyaku ke mereka berdua.

“iyee sante aja bro yang penting bagi-bagi hasil aja hahaha” kata dimas. “iya za, Zahra masih di dalem kok ga keluar-keluar daritadi, lu mau masuk?” kata Tama menimpali

“yee enak aja loo dim hahah, cari sendiri laah” “engga lah tam, masih marah dia sama gue kayaknya”

“cariin lah za, yg semacam Tia aja hahaha” kata Dimas.

“si Diana noh badannya mirip kayaknya sama Tia hahaha” kata Tama.

“tapi dia kan udah punya penjaganya, kalo gue masuk mah sama aja mati gue haha, mana penjaganya senior lagi. Tambah gaada harapan” kata Dimas seraya putus asa.

“hahaha kasian amat dah lu dim, yaudah kalian udah pada makan? Kalo belum ambil aja gih nanti gue traktir semuanya” kataku.

“weehh beneran nih zaa, sering-sering lah hahaha”

“iyeee baweell cepetan nanti gue berubah pikiran” kataku

Akhirnya kami makan di warung dekat kosan Zahra. Kami memutuskan untuk pulang ke kosan masing-masing setelahnya.

Tanpa diketahui oleh mereka bertiga. Ada sepasang mata perempuan yang memperhantikan mereka bertiga dari balik jendela kamarnya sejak ia bangun dari tidurnya. Sebuah senyuman terlukis di bibir perempuan itu. Setelah melihat mereka bertiga pergi dari tempatnya, perempuan tersebut juga pergi dari tempatnya dan melanjutkan tidurnya dan ia tidur dengan cukup tenang.

Bersambung…………….
Part 6

Hari senin atau 3 hari setelah penerimaan anggota baru lebih tepatnya

Hubunganku dengan Zahra membaik walaupun hanya sebatas di dunia maya ia masih menghindariku saat aku ingin mengajak ngobrol secara langsung karena alasan yang aku tidak ketahui dan aku sudah tidak menjemput dan mengantar Zahra seperti dulu dengan alasan yang juga aku tidak ketahui.

Pagi ini aku bangun dengan perasaan cukup gugup karena tugas yang aku berikan ke Wahyu hari ini harus ia kumpulkan. Beberapa hari kemarin ia tidak bisa dihubungi dan saat aku menghubungi Tia, katanya ia baik-baik saja malah mereka beberapa kali pergi ke suatu tempat wisata karena Wahyu nya yang ingin refreshing. Aku yang sedikit kesal karena tau hal itu akhirnya memutuskan untuk membiarkannya saja dan menagihnya saat kuliah nanti.

“Tam, beneran lu ye sama Mba Nayla hahaha, kaga nyangka gue lu bisa dapetin tuh cewe” sapaku ke Tama saat menunggu giliran untuk mandi.

“sama aja kayak lu, lu aja bisa dapetin Winda hahaha” katanya menjawab sekenanya.

“Tam, kan lu udah pernah nyobain Winda, gue juga mau lah nyobain Mba Nayla hahaha” sebenarnya ini becanda namun kubuat nada bicaraku seolah-olah ingin sekali.

*BUGG* perutku dipukul oleh Tama. “enak ajaa, belum gue apa-apain tuh. Awas lu kalo macem-macem”

“WADUHH SAKIT ANJRIIT, lah lu belum apa-apain? Kok bisa? Lu liat Winda sama Tia aja yang kecil nafsu apalagi yang gede?” tanyaku yang sedikit membuatnya emosi.

“ANJIR YE LU MULUT” katanya dengan siap-siap memukulku lagi.

“ahahaha selow selow becanda gue, tapi gue masih ga terima lu udah nyobain Winda tp gue belom nyobain Mba Nayla, atau seenggaknya pegang dadanya laah” kataku yang langsung mendapat pukulan telak di dagu dan aku langsung K.O seketika.

Skip Skip Skip

Winda menghampiri kosanku disaat aku sedang bersiap-siap mengeluarkan motorku.

“Za, berangkatnya naik motor ya?” katanya

“Iya win kenapa? Mau nebeng?”

“Gamau ahh, zaa jalan kaki aja yukk, lebih sehat lohhh” katanya mengajakku

“laaah ngapain, lebih cepet kalo pake motor”

“udah lah yuk gausah banyak omong, kita berangkat bareng tapi jalan kaki”

“-___-“

Akhirnya aku berjalan ke kampus bersama dengan Winda pagi itu. Kuakui si Winda ini memang hanya memiliki satu kelemahan, yaitu sifatnya yang egois dan suka memaksakan kehendak orang lain. Sifat itu akan muncul saat setelah menjadi teman dekatnya. Aku yang sudah terlanjur dekat dengannya karena kejadian di kosku, akhirnya terima-terima saja saat Winda melakukan itu.

“Za, gimana sma Zahra? Masih berantem? Tanyanya yang cukup mengagetkanku. Karena memang aku hanya menceritakan ke Tama perihal aku berantem dengan Zahra.

“heh, tau darimana aku berantem sama Zahra?”

“hahahah, taulahh. Dari sikapmu ke dia dan sikapnya dia ke kamu kalo dikelas. Beda. Dulu kalian kan selalu bareng, duduk sebelahan, ribut berdua dikelas, tapi akhir-akhir ini aku galiat itu di kelas” katanya dengan tatapan yang masih lurus kedepan”

“ah aku jadi malu nih kamu perhatiin hahaha” kataku sedikit menggodanya. “iya win, udah agak baikan sih, cuman Zahra masih gamau balik kayak dulu lagi, jdnya ya yaudah deh emang kayaknya udah engga sama Zahra” kataku melanjutkan.

“hehh sembarangan hahaha, ya kamu ga berusaha gitu biar dia mau balik kayak dulu?” katanya. “eh bentar-bentar deh, emang awalnya gimana kok Zahra bisa marah ke kamu? Atau kamu yang marah ke dia?” lanjutnya

*DEGG* perkataaan Winda yang sesaat membuat mulutku kelu. Aku berkesimpulan berarti Hani belum menceritakan kalo dia dan aku kemarin keluar untuk membeli beberapa barang.

“ya dia yang marah ke aku lah, mana bisa aku marah ke Zahra hahaha” kataku. “kemarin hari rabu atau kamis yaa haha, aku ketemu sama Hani di Venus katanya ia lagi nyari-nyari jilbab dan aku emang lagi nyari-nyari tas sendiri. Yaudah karena ga sengaja ketemu ya jalan-jalan aja muter-muter mall, eh ada temennya Zahra yang liat kita dan bilang ke Zahra kalo aku jalan sama Hani dan mesra banget katanya padahal ya ga ngapa-ngapain bahkan si Hani agak ngasih jarak ke aku, yaudah pas aku pulang, aku dapet chat dari Zahra yang bilang ‘dari mana aja kamu’, aku sadar lah yaa makanya langsung ke kosannya, ehh berantem deh hahaha” jelasku yang cukup panjang.

“eh Hani? dia sendirian ke sana?” tanyanya

*DEGG*

“eh dia emang suka sendiri ding hahaha” katanya yang membuatku lega.

Tanpa terasa kami sudah berada di gerbang kampusku dan aku melihat Zahra berada di depanku dan Winda yang berjalan sendirian.

“Za, itu Zahra, kamu gak sapa dia?” kata Winda sambil menunjuk nunjuk Zahra yang ada didepan.

“Gausah laah ahaha, masih marah kayaknya, nanti aku cakar, apalagi aku jalan sama kamu kayak gini, ga di cakar lagi aku, yang ada diterkam sekalian” kataku yang membuat Winda tertawa lepas sekali. Dadaku sempat deg-deg an sesaat karena melihat tawanya itu.

Kami langsung menuju ruang kelas dan aku duduk di samping Tama dan Dimas lagi karena aku tidak mungkin duduk di sebelah Winda apalagi Hani karena sudah ada Zahra disana. “Gapapalah yang penting dia seneng” kataku dalam hati.
=======########=======

Kuliah pagi ini aku tidak melihat Wahyu. Kucari dia dengan menghubungi Tia, namun Tia tak kunjung membalas. Hari ini adalah aku ada urusan dengan dosen yang memberi tugas wawancara itu, aku butuh tugas itu sehingga aku tidak bolak-balik menemuinya walaupun aslinya tugas itu dikumpulkan sesaat sebelum uas. Tapi mengingat minggu depan sudah UAS makanya aku berpikir tidak apa-apa kalo mengumpulkan satu minggu lebih cepat.

Hari sudah siang dan aku mulai putus asa mencari Wahyu. Akhirnya aku memutuskan pergi ke ruangan dosen itu tanpa membawa tugasnya. Di ruangan aku melihat ada Zahra disana, dan nampaknya dia sedang menunggu salah satu dosen yang satu ruangan dengan dosen yang aku cari. Aku duduk di sebelah Zahra.

“zah, ngapain?” kataku membuka obrolan.

Aku melihat wajahnya berubah menjadi merah saat ia melihatku masuk dan lebih-lebih lagi saat aku menyapanya.

“nunggu Pak Wiranto za hehe” jawabnya singkat.

“mau konsul ya?”

“iyaaa hehe, minggu depan udah UAS soalnya”

“iya gak terasa ya kita udah satu semester disini”

“kamu juga mau konsul ya za sama Bu Indri?”

“iya haha, dia nyuruh aku kalo bisa tiap bulan konsul biar lebih terarah katanya”

Yap, Pak Wiranto merupakan dosen Pembimbing Akademik Zahra, dan begitu juga Bu Indri adalah dosen Pembimbingku.

Semua obrolan tadi dilakukan tanpa kami melihat wajah satu sama lain karena sejujurnya aku canggung ngobrol seperti ini lagi setelah kejadian itu. Aku ingin mengakhiri ke canggungan ini dan memutuskan untuk menegok ke sebelahku, dan alangkah terkejutnya aku saat melihat wajah Zahra yang merah dan mata yang berkaca-kaca.

“Zah, kamu kenapa?” pertanyaan klise.

“Hehh gapapa kok zaa hehe” jawabnya yang tidak kalah klisenya. Ia lalu mengusap matanya.

“beneran gapapa? Kok nangis?”

“Iiiihhh gapapa kok beneran deh” wajahnya makin memerah.

Sama seperti dulu, aku langsung meraih kepala Zahra lalu menuntunnya ke pundakku. Aku mengira bahwa Zahra akan berontak karena ia masih marah denganku tp ternyata tidak. Aku lalu mengusap-usap lembut kepalanya tanpa berbicara apapun. Zahra tidak mengucapkan satu kata pun saat itu.

Akhirnya Pak Wiranto datang dan tidak lama setelahnya Bu Indri datang. Kami lalu melepaskan diri masing-masing dan masuk ke ruangan dosen itu.
=======########=======

Hari sudah cukup sore saat aku selesai berkonsultasi dengan Bu Indri. Aku melihat Zahra di depan ruangan dan mengira bahwa ia menungguku.

“Eh zah, masih disini? Nungguin aku yaa? Hahaha”

“DIH PEDE BANGET LO HAHAHA” jawabnya sedikit ketus namun bercanda.

“hahaha, yaudah yuk pulang” ajakku yang diiyakan oleh Zahra.

Aku tidak membawa motor hari ini karena tadi berangkat bersama Winda. Aku menceritakannya ke Zahra dan Zahra tidak marah, tidak seperti yang aku duga. Kami mengobrol ringan selama perjalanan. Perjalanan kami selesai dan kami berpisah di persimpangan karena Zahra tidak mau merepotkanku yang harus mengantarnya sampai depan kosannya.

Selagi berjalan menuju kosku, aku melihat Winda yang sedang membeli beberapa jajan di warung. Aku lalu menghampirinya dan menyapanya.

“Eh Faza, baru pulang? Hehe”

“iyaa, abis konsul” jawabku singkat.

“abis konsul apa abis balikan sama Zahra? Hahaha” ledeknya.

“engga kokk, belum hehe”

“buruan atuh Zaa, kasian si Zahra. Nanti disamber orang baru tau rasa kamu hahaha”

“kalo emang nanti disamber orang berarti ya Zahra emang bukan jodohku”

“IHHHH gaya banget udah ngomongin jodoh segala” katanya sambil melet kepadaku.

Aku yang gemes dengan tingkahnya, langsung menyubit pipinya dengan keras.

“aaaahhh sakit zaaa huhuhu, tega kamu. Pipi yang suci ini telah kau nodai” katanya sambil berpura-pura menangis.

“ihhh aku gemes banget sama kamu win hahaha”

Ia tidak membalas perkataanku dan sekilas aku liat mukanya sedikit memerah.

Setelah kami membeli beberapa camilan, kami lalu berjalan beriringan menuju kosan.

“win, malem ini kamu sibuk ga?” tanyaku di sela-sela perjalanan.

“sibuk za hahaha, mau nonton drakor hahaha” katanya yang cukup menyebalkan

“yeee beneran, sibuk ga?”

“engga kok engga, kenapa? Mau ngajak jalan?” tebaknya.

“iyaa, ke venus yuk?” ajakku singkat.

“yaaah jauh zaa, naik beberapa angkot.”

“ngapain naik angkot, naik motor ajaa”

“aku gabisa naik motor hahaha”

“lohh, bareng aja, ngapain naik motor sendiri-sendiri” kataku sedikit heran.

“aku gamau boncengan za hehe, maaf”

“kenapa emang win?” tanyaku ingin memastikan.

“malu sama jilbab” katanya yang cukup membuatku tertegun.

Suasana seketika menjadi canggung. Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi dan Winda juga sepertinya sudah tidak mau mengeluarkan kata-kata lagi.

“loh za kamu ga kekosanmu” katanya saat kami melewati kosanku.

“nganter kamu dulu laah haha, cowok macam apa aku yang duluan nyampe daripada cewek hahaha”

“ihh apaansih lebay banget deh hahaha”

Kami sampai di depan kosan Winda. Aku masih merasa canggung dengan keadaan ini. Karena salah satu dari kami tidak ada yang mengeluarkan kata-kata pamit, maka aku secara reflek mengusap kepalanya lembut sekali. Winda hanya senyum-senyum saja diperlakukan seperti itu.

“maaf ya zaa hehe, selama ga boncengan aku mau kok za hehehe” katanya yang masih aku usap kepalanya.

“eemmm kemana ya win, kosan kita agak jauh darimana-mana sih ya jd males kalo ga naik motor”

“itumah kamunya aja yg mager hahaha” katanya sambil tertawa renyah. “Ke ayam pas mantab (ini juga ngasal ya nama tempatnya) aja za, aku sama Hani udah pernah makan disitu dan enak” lanjutnya.

“jangan laah haha, aku gamau makan. Pengennya jalan-jalan aja gitu sama kamu” kataku sambil melepaskan usapanku dari kepala Winda.

“ihhh hahaha, apaan sih zaa” katanya sambil menyubit perutku pelan. “yaudah deh mau kemana berarti? dulu kamu kalo sama Zahra kemana biasanya?” lanjutnya.

“ya biasa ke venus sih hahaha”

“eeemmmm yaah maaf deh ya za huhu” katanya yang membuatku putus asa.

“yaudah deh gapapa win hahaha, aku duluan yaa” kataku sambil mencium kening dan meremas payudaranya dari luar pakaiannya.

“FAZA IHHHHHH” katanya sambil menyubitku cukup keras.

“hahahaha, ampun wiin” kataku langsung lari terpingkal-pingkal meninggalkan Winda.
=======########=======

Sebuah mobil jeep berwarna hitam berhenti di dekat sebuah kosan. Sang pengemudi sedang menunggu kehadiran seorang wanita yang beberapa waktu lalu membuatnya kesal. Sambil menunggu, ia sibuk bermain dengan HP-nya dan menjawab beberapa pesan.

“iya yang aku ketiduran hehe, ngantuk banget. Semalem abis begadang ngerjain tugas. Iya besok aku ketemu Faza kok dikelas hehe” ia lalu meng-klik tombol send, dan pesan tersebut terkirim.

Akhirnya wanita yang ia tunggu-tunggu datang. Ia turun dari mobil itu sambil memakai hoody agar tidak mencurigakan bagi sang wanita. Saat wanita tersebut membuka pintu kosnya, tubuhnya tiba-tiba disekap dari belakang dan hidungnya di tempeli kertas tissue oleh pria itu. Sang wanita yang mencium aroma menyengat dari tissue itu, tak lama tubuhnya lemas dan ia jatuh pingsan. Sang pria lalu menggendong tubuh wanita itu dan meletakannya di bagian belakang jeep itu. Sang pria lalu menutup pintu bagian belakang dan segera ia duduk di belakang setir dan memacu mobil itu ke suatu tempat.

Wanita itu masih pingsan saat sang pria sampai tujuannya. Ia berhenti di sebuah villa dan langsung menggendong tubuh wanita itu kedalam villa itu. Pemandangan yang bisa dilihat dari villa itu cukup indah karena bisa melihat hijaunya hutan-hutan yang masih belum tersentuh tangan manusia dihias dengan embun-embun yang selain menyejukkan tubuh juga menyejukkan hati. Ia meletekkan tubuh itu di ruang utama villa itu yang sebelumnya sudah di beri matras. Ia mengeluarkan HP-nya dan beberapa kali mengambil gambar wanita yang tidak sadarkan diri itu. Setalah puas mengambil gambar, ia lalu melepaskan semua pakaian wanita itu tanpa terkecuali pakaian dalamnya. Ia sekali lagi mengambil beberapa gambar wanita yang sudah telanjang itu.

“EDAAN, FAZA GATAU UNTUNG EMANG. DAPET YANG KAYAK GINI MALAH CARI YANG LAIN” katanya cukup keras sambil melepaskan celananya lalu mengocok penisnya pelan.

Cukup lama ia mengocok penisnya dan ia mendapatkan orgasmenya. Ia menyemprotkan spermanya di payudara wanita itu dan meratakannya dengan tangannya.

“GILAAA KENYEL BANGET. BANGSAT FAZA EMANG” gerutunya.

Ia lalu memainkan payudaranya dengan meremas-remas, menyentil-nyentil putingnya, memilin-milin putingnya bahkan sampai menggigit-gigit kecil putingnya. Penisnya menjadi tegang lagi pada akhirnya. Sengaja ia tidak mengocok penisnya lagi karena untuk menjaga stamina agar puas dengan permainan yang sebenernya nanti. Puas dengan payudaranya, pria tersebut lalu keluar dari villa itu dan menikmati indahnya pemandangan. Tak berapa lama, wanita tersebut merintih dan terbangun dari tidurnya. Pria tersebut sadar lalu segera menghampirinya dan melepas semua pakaiannya. Pria tersebut hanya melihat sang wanita yang belum sepenuhnya tersadar.

“selamat pagi Zahra” kata sang pria.

“eemm aeerrggggg” erang sang wanita yang lama-lama sadar ada seorang pria telanjang di depannya.

Setelah sadar wanita itu kaget karena ia mendapati dirinya telanjang juga. Ia berusaha berdiri namun dicegah oleh pria itu.

“eeiittt mau kemana kamu, kamu gaakan bisa kemana-mana sekarang” kata sang pria yang mendorong pundak Zahra dan Zahra terjatuh karenanya.

“KURANG AJAR” kata sang wanita yang akhirnya sepenuhnya sadar dan menyilangkan tangannya ke dadanya. “MAU APA LO YU” bentak Zahra ke pria itu yang tak lain adalah teman sekelasnya.

“mau itu zah” Katanya sambil menunjuk vaginanya.

Zahra lalu melihat sekeliling, namun sesuatu yang bisa membuatnya keluar dari keadaan ini tidak ia temukan. Zahra lalu sadar bahwa ia tidak bisa kabur dari situasi ini.

“LIAT KEMANA KAMU ZAH HAHAHA, KAMU GAAKAN BISA KABUR DAN GAADA SATUPUN YANG BISA NYELAMETIN KAMU SEKARANG” katanya sambil mendekati Zahra.

Wahyu semakin dekat dengan tubuh Zahra. Zahra tidak bisa apa-apa. Menurutnya percuma baginya untuk berteriak karena nanti akan buang-buang tenaga saja.

“AWAS YU. ABIS INI TIA BAKAL BERNASIB SAMA KAYAK GUE SEKARANG” katanya dengan putus asa karena Wahyu yang sudah ada di depan matanya.

“HAHAHAHA, GAAKAN KU BIARKAN FAZA NGELAKUIN APAPUN KE TIA. ABIS INI AKU AKAN SELALU DISEBELAH TIA” katanya sambil memegang pundak Zahra lalu merebahkannya.

Zahra sudah pasrah dengan apapun yang akan menimpanya.

Wahyu langsung bermain dengan payudara Zahra. Ia memperlakukan payudara itu sama persis seperti saat Zahra masih belum sadarkan diri. Puas dengan payudaranya, wahyu menuju leher Zahra dan membuat tubuh Zahra sedikit menggeliat kegelian. Cukup lama wahyu ada di posisi itu sambil tangannya meremas payudara dan mempermainkan puting Zahra. Semua rangsangan pada tubuhnya masih bisa ia tahan oleh Zahra karena memang ia cukup sering melakukannya dengan Faza dulu.

Wahyu yang belum mendengar Zahra mendesah, lalu menurunkan tangannya menuju vaginanya. Hal itu membuat tubuh Zahra sedikit terlonjak.

“eeemmmhhhh” desah Zahra kecil yang sudah mulai tidak kuat menerima rangsangan yang diberikan Wahyu.

Wahyu masih menciumi leher Zahra yang putih itu dan tangan kirinya memainkan payudaranya, sedangkan tangan yang lain mulai menggesek vaginanya.

“aaaaahhhh emmmmhhhh hhhhh aaaahhhh” desahan Zahra yang tidak karuan karena vaginanya kini diobok-obok oleh Wahyu.

Wahyu cukup lihai dalam mempermainkan tubuh seorang wanita.

Mendengar desahan Zahra, Wahyu girang dan menaikkan ritme kocokan terhadap vagina Zahra.

“aaaahhhhhhssss hsssssss aahhhhhh cukupppp haaaahhhhssss udaaahhhhhhssss” desah Zahra sambil menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

“baru juga mulai zah hahaha, masa udahan” kata wahyu sambil bermain mulutnya turun ke payudara Zahra dan menjilati putting Zahra.

“eeemmmmhhhh tungguuuu aaahhhhhhss aajaaa yuuu ahhhhhssss, Fazaaaaahhssss bakalan ngelakuin ini ssssshhhh ke Tiaaaaahhhh nanti” katanya yang terputus-putus karena desahannya.

Wahyu sedikit emosi karena daritadi Zahra menyinggung pacarnya itu. Ia mengocok vagina Zahra lebih cepat dari sebelumnya.

“aaaahhh udaaaahhh aaahhhsssss aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhssssss” desah Zahra seraya tubuhnya menegang yang menandakan bahwa ia mencapai orgasmenya.

Melihat Zahra orgasme, Wahyu menghentikan aktivitasnya dan menjilat cairan kenikmatan yang dikeluarkan oleh Zahra. Wahyu lalu tersenyum licik sementara Zahra terengah-engah karena baru saja mencapai klimaksnya.

“siap-siap ya Zah hahaha” kata Wahyu sambil mengarahkan penisnya yang sudah tegang ke vagina Zahra.

“eenggghh” desah Wahyu sambil medorong penisnya ke dalam vagina Zahra.

“aaaarrrrghhhh” desah Zahra karena merasakan ada benda keras yang masuk secara paksa ke dalam vaginanya.

Wahyu langsung menggenjot vagina Zahra dengan kecepatan sedang namun konstan. Hal ini membuat payudara Zahra melonjak-lonjak seiring sodokan Wahyu.

“aaahhh aaaahhh aahhhhh” desah Wahyu sambil memegangi payudara Zahra.

Zahra masih bisa menahan dirinya untuk tidak mendesah. Selagi wahyu menikmati tubuhnya, Zahra masih memikirkan cara bagaimana dia bisa lolos dari si kunyuk ini dan segera kabur dari sini. Tapi semakin memikirkan cara itu, semakin terasa rangsangan yang diberikan Wahyu terhadap dirinya.

“aaaaahhhhh” tanpa tersadar Zahra mendesah. Ia langsung menutup mulutnya takut Wahyu sadar bahwa ia mendesah akibat perlakuannya.

Wahyu mulai bosan dengan posisinya saat ini dan memutuskan untuk mencabut penisnya dan mencoba membalikkan tubuh Zahra. Namun, karena tubuh Zahra yang cukup berat bagi Wahyu, ia tidak bisa membalikkan tubuh Zahra karena Zahra menolak untuk diperlakukan seperti itu. Hal ini dimanfaatkan oleh Zahra untuk kabur. Ia menendang perut Wahyu sekuat tenaga hingga terjungkal kebelakang lalu ia lari ke luar villa itu.

Wahyu dengan cekatan bangun dari tidurannya akibat ditendang oleh Zahra. Ia lalu mengejar Zahra yang sudah mencapai luar kosan yang didepannya terdapat pemandangan yang indah.

*BRUK* *SREEKK* Wahyu berhasil menangkap tubuh Zahra dan tubuhnya terjatuh di rerumputan yang tertata rapi.

“mau kemana zaaah hahaha, kan aku udah bilang kalo kamu gaakan bisa keluar dari sini” kata Wahyu sambil memposisikan tubuh Zahra untuk gaya doggy.

“ugggghhh LEPASIN GUEE!!” kata Zahra yang sudah mulai kehabisan tenaga.

“aaaaaagggghhhhhhh” erang Zahra yang merasakan ada benda keras masuk ke vaginanya lewat belakang.

Wahyu kembali menggenjot vagina Zahra dan dengan kecepatan yang cukup tinggi. Payudara Zahra yang bergelantungan dengan indah itu tidak luput dari remasannya. Puas dengan payudaranya, Wahyu menarik kedua tangan Zahra, sehingga membuat tubuh Zahra sedikit terangkat.

“zah liat deh, pemandangannya bagus kan” kata wahyu sambil masih menggenjot tubuh Zahra.

“aaaarrrrgghhhh haaaasssshhhh haaaaassshhh” desah Zahra yang kini ia sudah tidak bisa tahan. Ia sudah pasrah saja dengan keadaan ini dan hanya berharap ada seseorang yang menolongnya.

Wahyu mempercepat gerakannya karena ia sudah mendekati klimaks.

Zahra sudah tidak bisa mengendalikan tubuhnya lagi. Desahan yang keluar dari mulutnya sudah mulai kacau yang menandakan ia menikmati persetubuhan itu. Tubuh Zahra lalu mengejang dan melengkung menandakan ia mendapat orgasmenya yang kedua. Melihat Zahra orgasme tidak membuat Wahyu mengehentikan gerakannya, malah makin mempercepat gerakannya.

“aaaaaahhhhhhhhsss udaaaaaaaaahhhhsss geeeliiiiiiii aaaaahhhhhh cukuupppp haaaaassss”

Merasa ia mencapai klimaks, Wahyu lalu mencabut penisnya dari vagina Zahra lalu mengocoknya diluar. Hal itu membuat Zahra ambruk. Wahyu terus mengocok penisnya lalu menyemprot spermanya di rambut Zahra.

“aaaaahhhhhh aaahhhh aahhhhhh” desah Wahyu karena mencapai klimaks. “enak banget zaahh hahaha, kapan-kapan lagi yaa” lanjutnya sambil masuk ke dalam villa.

Zahra yang tidak bisa berbuat apa-apa, hanya nangis sesenggukan sambil bangun dari ambruknya dan melihat pemandangan senja yang sangat indah itu.

“Nih pake” kata Wahyu sambil melemparkan pakaian ke Zahra. “mau ikut aku pulang apa pulang sendiri?” tanya Wahyu kepada Zahra.

Zahra hanya diam saja sambil memakain pakaiannya. Ia hanya menatap kosong pemandangan yang tersaji di depan matanya.

Wahyu lalu menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari villa itu dan menyalakan mesinnya. Mendengar suara mobil yang cukup keras itu, Zahra sadar dari lamunannya dan menuju mobil itu. Ia mau tidak mau ikut pulang dengan Wahyu karena lokasi sekarang tidak memungkinkan dirinya pulang sendirian. Ia masuk mobil itu di bagian belakang karena merasa tidak sudi duduk disebelahnya. Melihat hal itu, Wahyu hanya diam saja karena hasratnya baru saja tersalurkan dan sudah puas menikmati tubuh pacar temennya yang sudah membuatnya kesal akhir-akhir ini. Ia mengantar Zahra sampai ke depan kosannya. Zahra turun tanpa mengucapkan apa-apa dan membanting pintu dengan sangat keras.

“wooohh masih punya tenaga banyak ternyata kamu zah” kata Wahyu memuji Zahra, namun Zahra melengos saja dan langsung masuk ke kosannya.

Wahyu lalu memacu kendaraannya menjauhi kosan Zahra.
=======########=======

Malam harinya.

Aku baru bangun karena tertidur pada sore hari. Aku cukup capek pada hari itu. Aku lalu mengecek HP dan melihat hanya ada nama Tia didaftar pesan yang belum kubaca. Aku hanya membacanya saja tanpa membalas pesan itu. Aku lalu mengirim Wahyu pesan untuk membawa tugasnya besok dan menyerahkan kepadaku saat kuliah.

*TOK TOK* pintu kamarku di ketok oleh seseorang.

“woy za, ini ada Winda nih.” Teriak tama dari luar kamarku.

Aku dengan lemas bangun dari tidurku dan membuka pintu. Kulihat ada Tama dan disebelahnya ada Winda yang cantik sekali menggunakan kaos lengan panjang dan menggunakan celana training longgar serta jilbab langsungan.

“udah ya win gue tinggal” kata Tama kepada Winda. Aku masih mengumpulkan nyawaku yang tadi tersebar saat aku tertidur.

“iya Tam makasih udah bangunin si Faza hahaha, salam ya buat Mba Nayla” katanya sambil menyubitku pelan. Mataku langsung melek saat itu. Bukan karena dicubit oleh Winda tapi karena mendengar nama Mba Nayla disebut.

“mau kemana lo Tam?” kataku dengan suara serak.

“biasa laah, emang lu doang yang bisa pacaran hahaha, yaudah gue duluan ya za, win” katanya sambil berlalu.

“win mau ngapain? Aku belum mandi haha, masuk dulu yaa” kataku saat Tama menghilang dari tatapan kami.

“huhh baru bangun, pasti engga shlat deh” katanya ketus sambil masuk ke kamarku.

“iyaa, capek aku hari ini” kataku sambil menutup pintu kamar. “mau ngapain sih?”lanjutku.

“pengen main ajaa hahaha bosen di kosan, si Hani lagi sibuk dia makanya aku kesini”

“hani ngapain emang?” tanyaku penasaran.

“lagi nyari narasumber sama setya hahaha, lagian dia bukannya nyari dari kemarin”

“oohhh” jawabku singkat. “ehh sama setya??” kataku yang baru sadar.

“iyaa, kan mereka satu kelompok, kamu kenapa deh za hahaha, kaget amat”

“Hani udah sembuh apa? Dia kemarin cerita ke aku kalo masih agak takut karena kasus foto itu”

“gatau sih za tapi sikapnya udah biasa aja. Gak kayak pas pertama masuk setelah kasus itu, katanya ada orang yang bikin dia ga takut lagi” jelasnya.

“Hah? Siapa?” kataku pura-pura penasaran.

“gatau zaaa, dia gak mau cerita. Katanya biar nanti kejutan aja. Aku aja sampai sekarang belum tau siapa yang udah gituan sama Hani sama nyebar fotonya” jawabnya dengan nada agak kesal dengan sahabatnya itu. “dia gamau cerita tuh, sebel aku. Kan siapa tau aku bisa bantu dia ya” lanjutnya.

Hal itu membuat aku terkejut, karena ku kira Winda sudah tau semuanya. Aku memutuskan untuk menyelesaikan obrolan ini karena khawatir aku keceplosan dan Winda akhirnya tau semuanya.

“yaudah kamu tunggu disini, aku mau mandi dulu” kataku sambil membawa peralatan mandi.

“yaudah sana cepetaaaannn”

Aku mandi dengan perasaan sedikit bingung. Benar yang dikatakan Tama. Aku sekarang bingung memilih diantara mereka bertiga. Aku belum menemukan cara bagaimana memilih salah satu tanpa menyakiti yang lain. “Coba aku setia sama Zahra ya kemarin” sesalku karena aku yang tidak diberi kepastian juga oleh Zahra, makanya aku berani untuk mencari yang lain. Dan satu lagi masalah dengan Wahyu. Aku masih khawatir dengan Wahyu yang akan melakukan sesuatu terhadap Zahra.

Selesai mandi aku baru sadar aku tidak membawa baju ganti dan dikamar sekarang masih ada Winda. Aku berjalan ke kamar hanya diselimuti oleh handuk. Aku masuk ke kamar dan melihat Winda memainkan laptopku di kasurku.

“Zaa, film mu banyak ya ternyata” katanya sambil berbalik arah mengarahku. “kyaaaahhhhh, fazaaa please jangan lagi, aku gamau huhuhuhu” lanjutnya sambil menutupi matanya dengan tangan.

“apasih win ahaha, aku pengen pake baju, udah sana balik badan. Jangan liat aku dulu”

“hahaha” Winda hanya tertawa dan berbalik badan melanjutkan melihat-lihat laptopku.

“tuhkan sudah kuduga pasti kamu nyimpen film ini, dasaarr cowokk huhhh” lanjutnya sembari memanyunkan bibirnya lucu sekali.

“film apa?” kataku sambil memakai celana jeansku.

“JA*D*R*” kata winda sambil melotot kearahku.

“hahahaha, emang kamu tau itu film apa?” kataku yang mengujinya.

“GAK MAU TAU” jawabnya singkat.

“lah kalo gatau kenapa marah-marah haha”

“TAU AH. UDAH SANA SHLAT DULU!”

“iya iyaaa” Aku lalu pergi ke ruangan khusus untuk melaksanakan ibadahku.

Aku pun melaksanakan ibadahku. Setelah selesai aku masuk ke kamar lagi dan mendapati Winda sedang menonton film James Bond dengan serius

“win, mau kemana nih?” tanyaku sambil menutup laptopku.

“ihhhhhh itu lagi tembak-tembakaann” katanya sambil menggembungkan pipinya lucu sekali

“lagian ditanya ga jawab, huh” kataku sambil mengambil jaket yang ada di lemariku.

“uuuuuu ngambek ceritanya hihihihi”

“apasih, ini kita mau kemana sekarang??” tanyaku sambil memakai jaket jeansku

“rapi banget za hahaha, aku cuman pengen main doang kok ke kosanmu gak mau kemana-mana”

“lah ngapain, kangen sama ini ya?” kataku sambil menunjuk sesuatu yang ada selangkanganku.

“IHHHHH MESUMMM” katanya sambil memalingkan kepalanya dan menyalakan laptopku lagi.

“trus mau ngapain di kosan ku? Katanya malu sama jilbab, tp main ke kamar cowok hahaha” ledekku.

“ya kan beda zaaaa ihhh”

“bedanya?”

“kalo boncengan kan diliat banyak orang, kalo disini yang liat cuma kamu”

“hah? Gimana maksudnya? aku gangerti deh win haha”

“YAUDAH!!”

Aku lalu melepas jaket ku dan melepas celana jeansku dan memakai celana pendekku karena ternyata tidak pergi kemana-mana. Aku ikut menonton film yang diputar Winda. Kami berdua terlarut oleh adegan aksi yang ada di dalam film. Sekali-kali film itu menampilkan adegan ciuman antara pemeran utama dan pemeran wanitanya dengan cukup panas, dan tiap kali adegan ciuman itu muncul, aku mendengar dengusan nafas Winda yang memburu. Aku yang mendengarnya tersenyum dan tidak melakukan apa-apa. Tanpa terasa film itu selesai juga.

“win, ngapain kek yuk”

“kamu kapan ganti celana jadi pendek za?”

“gapenting kali win hahaha”

“kamu ada kartu remi ga za? Atau uno gitu?” tanyanya sambil menyapukan pandangannya keseluruh ruangan.

“remi lagi dipinjem dimas, ada uno nih” kataku sambil mengambil kartu uno yang ada di tasku dan melemparnya ke Winda.

Winda lalu mengacak kartu itu dan membagikannya.

“bentar-bentar biasanya tiap daerah peraturannya beda-beda nih, disamain dulu biar enak mainnya” kataku.

Winda lalu menjelaskan peraturan yang biasanya ia mainkan. Tidak jauh berbeda dengan biasa aku mainkan ternyata. Yang membedakan adalah dalam permainan tidak boleh menyebutkan angka, jika menyebutkan angka, maka orang yang menyebut harus mengambil kartu sejumlah dengan angka yang disebutkan. Aku setuju saja dengan peraturan itu. Setelah peraturan disepakati, kami mulai bermain.
=======########=======​

Di sebuah kamar. Seorang wanita belum bisa berhenti menangis karena kejadian yang menimpanaya tadi siang. Sudah banyak kertas tisu yang berserakan di kamarnya sekarang. Wanita itu hanya bisa meringkuk sambil menangis dan sedang menunggu kehadiran seseorang yang belum lama tadi ia hubungi.

*TOK *TOK suara ketukan pintu depan kosannya. Wanita itu tidak bisa bangkit dari posisinya saat ini karena rasa sedihnya yang amat besar.

*TOK *TOK *TOK sekali lagi pintu itu diketuk dan wanita itu mendengar ada seseorang yang sudah membuka pintu itu dan tak lama tamu itu mengetuk pintu kamar wanita itu.

“masuk ajaa, ga aku kunci” kata wanita itu dengan suara parau.

Tamu itu masuk dan terkejut dengan keadaan wanita itu.

“Zaahh kamu kenapa heeiii” kata tamu itu sambil berlari kecil kearah wanita itu.

Tamu itu langsung memeluk wanita.

“udahh udahh jangan nangis lagi, kamu kenapa?” kata tamu itu dan berusaha membuat wanita itu tenang.

Wanita itu masih belum bisa mengatakan apa-apa dan hanya menangis di pelukan tamu itu. Mereka masih saling berpelukan untuk waktu yang cukup lama.

“kamu nginep disini kan han?” kata wanita itu.

“iyaa zaah, aku udah jaga-jaga tadi bawa ganti” kata tamu itu. “kalo kamu belum siap cerita yaudah gapapa jangan dipaksain zah” lanjutnya.

“aku abis di…..” kata Zahra tertahan dan menangis lagi.

“udaaahhh cup cup, nanti ajaa ceritanya, sekarang kamu tenang dulu aja” kata Hani sambil mengelus kepala Zahra.

“Wahyu haaan, dia jahat banget huhuhu”

Hani yang belum mau memancing Zahra untuk bercerita hanya mengelus rambut Zahra saja dan hanya mendengar apa saja yang Zahra ceritakan.

“tadi siang, aku di perkosa sama Wahyu” katanya sambil melajutnkan tangisnya.

Hani terkejut dengan pernyataan itu, segala pertanyaan ia tahan karena melihat kondisi Zahra yang masih tidak seimbang.

Akhirnya Zahra menceritakan semuanya dari awal. Dari wahyu mengirimkan foto Hani bersama Faza di Mall hingga ia dibawa ke suatu villa oleh Wahyu.

“udah cerita ke Faza?” kata Hani.

“aku malu sama Faza haaan, aku kemarin abis marah-marah sama dia huhuh” katanya sambil menangis sesenggukan.

“maafin aku ya zah, aku juga salah kemarin ngajak faza ke mall”

“engga haan, gapapa kok. Kan kamunya juga yang lagi butuh temen, dan kebetulan faza dateng jdnya yaudah” “gapapa serius haaan huhuhu” lanjut Zahra masih menangis.

“tapi mending kamu cerita dulu ke faza, seengaknya dia tau kamu abis diapa-apain sama wahyu”

“tapi aku malu”

“udaaaahhh ngapain malu sama pacar sendiri, mau abis marah-marah kek dia kan masih pacar kamu, dia harus tau kalo pacarnya kenapa-kenapa” kata Hani sambil mengambil HP Zahra yang ada di mejanya. “nih, telefon sana” lanjutnya.

Zahra mengambil HP itu dan mencari kontak Faza lalu menelponnya.

Beberapa kali ia telefon nomer itu namun tidak ada balasan. Zahra sudah mulai menduga bahwa Faza sekarang sedang ‘bersenang-senang’ dengan Winda. Ia ingin sekali bercerita mengenai Faza dan Winda, namun niat itu ia urungkan karena melihat Winda adalah teman dekat Hani dan ia belum bisa membayangkan reaksi Hani apabila tau fakta itu.

“gimana zah? Ga diangkat ya?”

“tidur kali ya dia”

“masa tidur sih masih juga jam segini” kata Hani heran. “gimana kalo kita ke kosannya?” lanjutnya.

“ehh, gausah han, aku belum mau keluar” kata Zahra mencegah karena dugaannya cukup kuat tentang Faza.

Zahra dan Hani terlibat perdebatan cukup lama untuk mengunjungi Faza. Hani bersikeras harus ke kosannya sedangkan Zahra bersikeras tidak mau keluar saat itu. Perdebatan dimenangkan oleh Zahra. Hani berniat mendatangkan Faza ke kosan Zahra apabila tidak bisa membawa Zahra ke kosan Faza. Ide itu dicegah lagi oleh Zahra. Akhirnya Hani menyerah dan mengambil HP-nya dan mengirim pesan ke Faza “KAMU KEMANA, PACARMU LAGI BUTUH KAMU, KAMU MALAH GAADA KABAR!” ia lalu meng-klik tombol send lalu Hani menuju Zahra yang masih di kasurnya.

“Zah, aku mau minta maaf lagi”

“minta maaf kenapa han?” kata Zahra yang sudah tidak menangis lagi.

“emmm zah jangan marah ke faza atau gimana ya abis ini” kata Hani ragu-ragu.

“iyaaa kenapa sih?”

“eemmm sebenernya kemarin abis dari mall itu aku ngajak faza nginep di kosanku. Emang awalnya dia nolak sih cuman aku paksa, akhirnya ia mau. Tapi sumpah kami ga ngapa-ngapain zah malem itu”

Zahra tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya memandangi wajah Hani yang terlihat bersalah itu.

“zaah, jangan marahin faza yaa. Aku yang salah kemarin” kata Hani melanjutkan.

“gapapa kok han, emang si Faza nya aja gabisa jaga matanya, liat cewek cantik dikit aja langsung belok hahaha”

“kalian pacaran ga sih sebenrnya haha, soalnya kemarin si faza bilang kalian ga pacaran” kata Hani sambil merebahkan diri dan disusul oleh Zahra.

“gimana ya han hahaha, aku bingung jelasinnya. Aku bakal jelasin dari awal deh biar gabingung”

Zahra menjelaskan semuanya dari awal, dari pertemuan saat ospek, seks pertama mereka hingga Faza merenggut keperawanan Hani, namun ia tidak menceritakan perihal Winda karena alasan tadi. Hani mulai paham hubungan antara Faza dan Zahra. Hani juga menyayangkan sifat Faza yang mata keranjang, namun semua itu sudah terjadi dan kini mereka hanya mentertawakan dirinya masing-masing karena sudah terjebak di laki-laki yang sama.

“jangan-jangan si winda juga udah di apa-apain sama faza ya zah hahaha?” kata Hani yang sontak mengjutkan Zahra.

“emmmm gatau sih, soalnya dia gacerita sama aku. Dia tuh anehnya kalo ngeliat cewek bening pasti cerita ke aku deh hahaha” kata Zahra berbohong

“soalnya dia bilang mau merkosa si winda coba kemarin, langsung aku tampar laah dia. Seenaknya aja dia hahaha, winda bisa lebih parah dari aku kemarin kalo sampe diperkosa” kata Hani sambil bersiap-siap untuk tidur.

“tunggu aja nanti juga dia bakal cerita kalo mau ngapa-ngapain cewek lain. Cupu dia tuh gabisa apa-apa kalo gaada kita hahaha” kata Zahra yang juga bersiap-siap untuk tidur.

“hahaha mata keranjang tapi cupu ya, yaudah tidur aja yuk”

“yuk”
=======########=======

“UNO!” teriak winda saat kartu di tangannya tinggal satu.

“duh bakal kalah lagi deh ini aku” gerutuku.

Aku yang bermain dengan peraturan baru yaitu tidak boleh menyebutkan angka, bermain dengan cukup payah, beberapa kali aku kceplosan menyebut angka karena Winda yang pura-pura tidak fokus selama jalannya permainan, dan sebagai gantinya aku harus mengambil kartu sebanyak angka yang aku sebutkan.

“hahahaha, payah ah kamu, main gini doang gabisa” ledek Winda kepadaku.

“curang lagian kamu” kataku sambil mengeluarkan kartu.

“loh curang gimana sih, salah sendiri kamunya kepancing hahaha”. “UNO GAMES!” lanjutnya sambil melemparkan kartu terakhirnya itu.

“duhhh kalah lagi kann” gerutuku sambil merapikan kartu dan siap mengacaknya. “win pake hukuman yuk biar makin seru”kataku sambil mengacak kartu.

“duh perasaanku gaenak nih kalo ada hukuman-hukumannya, pasti kearah sana deh, dasarrrrr” katanya yang sambil menjewer telingaku.

“Addduhhhhhhh” aku meringis. “ya kan biar makin menantang hahaha, biar yang menang sedikit lebih puas juga”

“yaudah deh yaudah ada hukumannya, kamu kan juga baru bisa menang sekali doang hahaha” kata Winda yang beranjak sebentar dan mengambil minum. “hukumannya apa za?” katanya sambil menguk minumannya.

“eemmmm, biar adil, yang kalah nurutin satu permintaan yang menang. Gitu aja ya?” kataku sambil membagikan kartu.

“oke deh” katanya singkat sambil duduk lagi.

Kami bermain lagi dengan peraturan yang berbeda. Aku mengusulkan peraturan itu memang dengan alasan agar aku tau maksud Winda malam ini main ke kamar kosku. Aku hanya ingin memastikan saja.

Game pertama dimenangkan oleh Winda. Aku yang kalah hanya menunggu ia mengucapkan permintaannya sambil merapikan kartu dan mengacaknya.

“emmm, apa ya za, aku bingung haha” katanya. “ini aja deh. Aku mau kamu besok ngajak jalan lagi Zahra baikan sama Zahra dan udah kayak dulu lagi sama Zahra. Okee?” katanya yang membuatku sedikit tertegun.

“duhhh win, sekarang aku kan lagi sama kamu, jangan bahas cewek lain laaah. Lagi pula itu 3 permintaan langsung gaboleh doong” protesku.

“yaudah dehh, ngajak jalan aja. Lagi pula aku bakalan menang lagi nanti hahaha” katanya meledekku

Aku kembali membagikan kartu dan bermain untuk ronde kedua. Ronde kedua kembali dimenangkan oleh Winda dan hukumannya adalah melanjutkan permintaan yang tadi. Kami bermain hingga ronde 4 dan tidak satupun aku menang dan Winda memberiku hukuman tidak jauh-jauh dari ia menyuruhku untuk kembali bersama Zahra.

“jangan nyesel ya kamu nanti kalo aku beneran baikan sama Zahra hahaha” kataku sambil mengacak kartu untuk ronde ke 5.

“lohh ngapain nyesel haha, aku seneng aja liat kamu sama Zahra kayak dulu. Kayak udah nemu tulang rusuk yang ilang tuh kamu hahaha” ledeknya.

“masa sih hahaha, kayaknya biasa aja deh” kataku sambil membagikan kartu.

Kami kembali bermain dan akhirnya saat-saat yang aku tunggu tiba. Aku menang dalam ronde ini.

“yeeesss hahaha” kataku puas.

“duhhh perasaanku gaenak” kata Winda sambil menyilangkan tangannya di dadanya.

“hahahaha, aku gaakan minta itu kok win” kataku sambil mendekati Winda.

*cup* ciumku ke kening Winda. Winda terlihat terkejut dan mukanya sedikit merah setelah aku mencium keningnya.

“alhamdllah kamu gak minta yang aneh-aneh hahaha” katanya yang membuatku tersenyum.

Winda kembali mengacak kartu itu dan membagikannya. Selama permainan Winda terlihat sekali tidak fokus dalam bermain dan sering mengeluarkan kartu yang tidak cocok dengan angka maupun warnanya. Aku kembali menang.

“aku mau kamu nemenin aku tidur malem ini hahaha” kataku.

“tuhkann udah mulai deh yang aneh-anehh” protesnya. “cuman nemenin doang kan?” lanjutnya.

“gatau deh liat aja nanti hahaha”

“duh nginep disini lagi deh” katanya sambil mengacak kartu dan membagikannya.

Sekali lagi aku menang pada game ini. Wajah Winda terlihat sangat kesal karena kalah berturut-turut.

“udah ini yang terakhir deh. Udah malem aku ngantuk” katanya

“okedeh, berarti ini hukuman terakhir buat kamu yaa” kataku. “eemmm apa yaa” lanjutku sambil berdiri melihat Winda

Aku menarik Winda untuk berdiri dan mencium bibirnya. Winda kaget namun pasrah saja dengan perlakuanku. Aku lalu menggendong Winda ke kasurku dan menindihnya sambil terus berciuman.

“win ini yang terakhir. Aku mau kita melakukan itu lagi tanpa ada gangguan lagi” kataku sambil melepaskan ciumanku.

“harus banget itu ya za?” katanya dengan wajah yang sedikit sedih.

“eitss peraturan” kataku sambil mencium bibirnya lagi.

Dalam momen itu, aku melihat Winda seperti tidak mau melakukannya namun tidak memberiku perlawanan yang berarti. Ia hanya sesekali mendorongku pelan dan kadang menarik rambutku agar berhenti menciumnya.

Setelah puas dengan bibirnya aku langsung melepas jilbabnya dan mencium lehernya. Ia sedikit kelonjotan karenanya. Aku lalu melepas kaosnya dan BH-nya. Aku kembali bermain-main dengan payudaranya yang mungil itu. Ia makin kelonjotan dan kulihat ia menutup mulutnya dengan tangannya untuk menahan desahannya. Tanganku mulai masuk ke dalam celananya dan menyusup kedalam celana dalamnya. Jariku mulai mencari-cari klitorisnya dan menggesek-geseknya. Tak lama setelahnya, tubuh Winda mengejang yang menandakan ia telah mendapatkan orgasme pertamanya.

Aku lalu melepaskan semua pakaianku dan melepas semua pakaian yang tersisa di tubuh Winda. Aku kembali mencium bibir Winda dan mendapati air matanya meleleh dari matanya membuat ciuman kami tambah basah. Aku berhenti menciumnya setelah beberapa saat, dan mengelus kepalanya serta mengusap air matanya. Setelah Winda lebih tenang, aku mempersiapkan penisku untuk masuk ke dalam vagina Winda. Aku mengurutnya sebentar lalu memasukkan kepala penisku terlebih dahulu. Aku melihat Winda menahan kesakitan. 

Aku kembali menciumnya dan mendorong penisku hingga masuk seluruhnya. Tubuh Winda sedikit terlonjak saat penisku masuk seluruhnya. Aku mendengar Winda merintih di tengah-tengah ciuman kami. Aku masih belum menggerakan penisku karena memberi kesempatan vaginanya beradaptasi dengan penisku lagi. Aku mengelus kepalanya lagi sambil kami berciuman. Setelah merasa Winda sudah tidak meringis lagi, kulepas ciumanku dan mulai menggerakan penisku. Awalnya kugerakan dengan sangat pelan dan membuat Winda kembali meringis. Aku hanya memegangi kepala Winda dan menatapnya matanya.

Cukup lama ritme pelan itu aku lakukan dan Winda sudah mulai tidak meringis lagi. Aku lalu menaikkan ritme sodokanku sambil memegang kedua tangan Winda. Rintihan Winda sudah menjadi desahan-desahan yang tertahan karena takut ada yang mendengar. Aku masih menggenjot Winda dengan kecepatan sedang dan desahan Winda makin kencang. Aku juga takut ada yang mendengar, akhirnya memutuskan untuk mencium bibirnya lagi. Sebentar saja ada di posisi itu dan aku merasa Winda akan mencapai orgasmenya lagi. Dan benar saja, tubuh Winda mengejang dan bibirku sedikit digigit oleh Winda yang membuat bibirku berdarah. 

Aku berhenti menggenjotnya dan dia meminta maaf karena membuat bibirku berdarah. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan genjotanku. Kurang lebih 15 menit aku menggenjotnya pasca ia orgasme, dan aku merasa ingin mencapai klimaksnya. Aku yang takut akan telat mengeluarkan penis saat sperma keluar, akhirnya memutuskan untuk mencabut penis dari vaginanya dan mengocoknya diatas perut Winda. Winda yang melihatnya langsung bangun dari tidurnya dan meraih penisku. Ia lalu mengocoknya dan memasukannya kedalam mulutnya. Dan sebentar saja dia melakukan hal itu, aku meraih orgasmeku dan sekali lagi spermaku ia telan semua. Aku langsung ambruk disebelahnya. Winda lalu bangkit dari kasurku dan mengambil minum. Ia juga mengambilkan minum untukku. Aku bangkit dan segera meminum air yang diberikan oleh Winda.

Aku lalu segera memakai pakaianku lagi dan aku melihat Winda juga melakukan hal yang sama. Kami lalu memutuskan untuk tidur dengan posisi yang sama seperti pertama kami tidur bersama, namun yang membedakan adalah sekarang kami memakai pakaian yang lengkap.



Malam itu, disaat semua aktivitas seharusnya berhenti, disaat orang-orang sudah memejamkan mata, disaat beberapa orang sedang menyelami dunia mimpinya, ada satu orang yang masih sibuk memperhatikan layar laptop.

“gilaaa, Tiii, gue pengen ngentotin lu lagi daaaaahh” kata seorang pria sambil mengocok penisnya.

Sudah cukup lama ia melakukan itu, dan saat ia ingin mencapai klimaks, ia tahan sebentar, lalu mengocoknya kembali.

“kapaan lagi ya Tiii hahaha, gue bisa rasain tubuh legit lu lagi”

Kegiatannya diganggu oleh seseorang yang menelfonnya. Ia sempat membiarkan telfon itu, namun sang penelfon tidak mau menyerah dan terus menelfonnya. Orang akhirnya kesal karena merasa ‘kentang’ dan ia segera menuju ke HP-nya dan mendapati nama Tama di HP-nya itu.

“Halo kenapa Tam?”

“huuuhh alhmdllah, untung lu masih bangun Dim” kata seseorang diseberang telefon.

“kenapa Tam?” kata Dimas.

“ban gue bocor nih, gue di alun-alun”

“lah buset lu ngapain ke alun-alun tengah malem gini?”

“ceritanya panjang sob, lu bisa jemput gue kan sekarang?”

“okee bentaarr”

Dimas bersiap-siap untuk menjemput temannya itu dan akhirnya meninggalkan kegiatan yang sebenarnya sebentar lagi akan mencapai klimaks. Ia mengeluarkan motornya dan berangkat menuju alun-alun untuk menjemput Tama.

Sesampainya di alun-alun, Dimas memutari alun-alun itu dan belum mendapati dimana Tama berada. Ia sangat kesal, bukan merasa dibohongi, namun karena kegiatannya tadi terganggu. Ia memutari sekali lagi dan akhirnya menemukan Tama yang baru saja keluar dari warung bandrek yang ada di sekitar alun-alun.

“weeh lu gua cariin sampe muter-muter ternyata disini” kata Dimas.

“iyaa sob sorry, gue abis izin sama yg punya warung kalo gue nitip motor disini dan diambil besok pagi”

“oohh, yaudah cepet naik”. Kata Dimas. “lu ngapain sih malem-malem ke alun-alun, mana sendirian lagi” lanjutnya setelah Tama naik motornya.

“hahaha, iya tadi gue abis ngikutin wahyu, lu tau sejak kapan ia punya jeep item?” kata Tama.

“hah? Wahyu bawa jeep item? Setau gue mah dia bawa motor, dan dikosan gapernah liat gue dia bawa mobil.” Kata dimas sambil menjalankan motornya.

“emang lu satu kosan sama Wahyu?”

“iye bego hahaha, kamarnya dipojokkan”

“ooh kamar itu ada penghuninya, kirain gaada. Lagian sepi banget”

“iya dia emang selalu ngunci kamar dan gapernah gabung sama kita-kita, padahal kan satu kos.” Kata Dimas sambil memberhentikan motornya karena ada lampu merah. “kok lu bisa ngikutin wahyu ampe alun-alun tam?” lanjutnya.

“gue tadi sama Nayla makan di ‘pas mantab’ dan pas udah selese dan lagi ngeluarin motor gue dari parkiran, gue liat dia sama Tia dateng pake mobil jeep itu. Gue kaget dia bawa jeep sekarang, mana modelnya kayak yg biasa nyulik orang kalo di sinetron-sinetron. Nah gue penasaran kan, akhirnya gue buru-buru nganter Nayla ke kosnya dan langsung balik ke ‘pas mantab’ gue tunggu aja dia sampe selese dan gue ikutin pas dia nganter Tia ke kosnya. Dari kosan Tia gue kira dia bakal balik ke kosnya, ehh ternyata ke daerah alun-alun. Gue ikutin terus tuh mobilnya dan akhirnya berhenti di rumah gitu dan gue ngeliat wahyu sempet ngobrol sama seseorang dan akhirnya balik naik GOJE*. Pas gue pengen ke rumah itu, eh ban gue nginjek paku, yaudah bocor deh.” Tama menjelaskan dengan cukup panjang.

“wah dapet juga lu Mba Nayla hahaha” kata Dimas sambil menjalankan motornya kembali karena lampu hijau sudah menyala. “ngapain ya dia?” lanjutnya.

“iyee hahaha, perjuangan banget itu Nayla” kata Tama. “gatau gue juga” katanya melanjutkan.

Mereka tidak melanjutkan obrolan hingga Dimas mengantar Tama hingga kosannya.

“Tam kok gue kepikiran soal kemarin si Faza nyuruh kita ngawasin Zahra ya?”

“ehh iyaa yak, gue kan juga sebelumnya disuruh ngawasin wahyu sama si Faza kupret itu..”

“JANGAN-JANGAN” kata mereka bersamaan.

“gue harus buru-buru ngasih tau Faza nih kalo kayak gini” kata Tama sambil masuk ke kosannya dan mengetuk pintu kamar Faza dan diikuti Dimas.

*TOK* *TOK* *TOK*. Cukup lama Tama mengetuk dan memanggil nama Faza namun orang yang diharapkan tidak kunjung bangun. Ia pun memutuskan untuk menceritakan hal itu pada pagi harinya dan Dimas segera pamit untuk kembali ke kosannya.
=======########=======
PAGI SUBUH

Zahra bangun dari tidurnya dan mendapati Hani masih tertidur sambil memeluk gulingnya. Ia lalu membangunkan Hani untuk segera melaksanakan ibadahnya.

“Zah, aku pulang yaa hehehe” kata Hani saat selesai melaksanakan ibadahnya.

“ehh jangan dulu doong, berangkat bareng aja ke kampus” kata Zahra mencegah.

“gak mau, kamu harus berangkat sama Faza pagi ini hahahah”

“iiihhh gamauuu, gamau secepet ituu”

“laah mau kapan Zah hahaha, atau Faza berangkat sama aku aja gimana? Hahaha” goda Hani.

“YAUDAH SANA” kata Zahra kesal.

“uuuuuuu hahahaha cemburu niiih” ledek Hani.

Zahra menghiraukan perkataan Hani dan segera membereskan peralatan ibadahnya. Zahra lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi (ya iyalahnya masa untuk beli baju -_-). Hani juga ikut membereskan peralatan ibadahnya dan menunggu Zahra selesai mandi.

Selagi menunggu Zahra selesai mandi, Hani bermain dengan HP-nya dan belum mendapati pesannya dibalas oleh Faza. “ahh pasti belum bangun deh ini orang” gerutunya. Ia beberapa kali menelfon Faza namun tidak diangkat dan akhirnya ia menyerah dan sudah mendapati Zahra selesai mandi. Ia melihat tubuh Zahra dengan kagum karena kemolekan tubuhnya.

“Liatin apa kamu Han hahaha” ledek Zahra sambil memakai pakaian dalamnya.

“ehh engga hehehe, badan kamu bagus Zah” kata Hani sambil memalingkan pandangannya.

“aah bagusan juga badan kamu kok Han, ramping. Gampang dipeluk hahah” kata Zahra sambil memakai pakaian dan jilbabnya.

“iyaa gampang dipeluk sih cuman gaenak. Keras. Gaada empuk-empuknya” kata Hani sambil menyubit-nyubit lengannya sendiri.

“hahahaha” ketawa Zahra pecah dan membuat Hani sedikit terkejut karena ia baru pertama melihat Zahra yang tertawa selepas itu. “yaudah yuk han kita ke kosan kamu dulu, trus ke kampus bareng” kata Zahra yang sudah siap.

“oke bentar aku pakai jilbab dulu”

Mereka berdua berjalan menuju kosan Hani dan menunggu hingga waktu kuliah di kosan Hani.
=======########=======

“FAZA kita kesiangan!!” teriak Winda saat mendapati jam dinding sudah mencapai pukul 05.15 pagi.

Winda lalu menggerak-gerakkan tubuh Faza agar bangun dan segera melaksanakan ibadahnya. Sulit sekali membangunkan Faza, dan Winda akhirnya menyerah dan melaksanakan ibadah sendirian. Ia mengendap-endap saat menuju kamar mandi yang ada diluar kamar Faza, takut ada seseorang yang melihatnya. Ia selamat sampai kamar mandi dan mengambil air wdhu dan kembali ke dalam kamar Faza untuk melaksanakan ibadah.

Setelah beribadah Winda kembali berusaha membangunkan Faza dan akhirnya usahanya membuahkan hasil.

“HHMM HOAAAMM”

“HEH buruan bangun, udah siang ituu, cepet shllat!!” teriak Winda kepadaku.

“iyaaa iyaaa 5 menit lagi” kataku sambil menutup mata lagi.

“apanya yg 5 menit. Cepeettaaann bangunnn” kata Winda sambil mendorong-dorong tubuh Faza.

“hhhmmmm ahhh masih ngantukkk” kataku sambil menutup mata.

“hiiihhh bangun cepeett udah siaanggg”

Omelan Winda makin menjengkelkan dan aku sudah tidak bisa tidur lagi karenanya. Aku segera pergi ke kamar mandi dan mencuci muka kemudian mengambil air wdhu dan melaksanakan ibadah diruangan khusus yang ada di kosku.

Setelah selesai, aku kembali ke kamar dan melihat Winda sedang merapikan diri karena ingin segera pulang.

“mau dianterin lagi win haha?” tanyaku.

“kalo ga ngegendong aku mau” katanya cukup ketus.

“uuuu gitu aja marah, yaudah yuk aku anterin” kataku langsung menuju keluar kosan dan diikutin oleh Winda yang mengendap-endap.

Selama perjalanan singkat ke kosan Winda, kami sama sekali tidak mengeluarkan satu katapun dan itu bertahan hingga mencapai pagar kosan Winda.

“za, inget perjanjian” kata Winda.

“eh? Perjanjian apa?”

“tuhkaan lupa ihhh”

“ehh yang mana sihh?”

“yang semalem, kamu baikan sama Zahra, jalan sama Zahra lagi. Pokoknya balik kayak dulu lagi kamu sama Zahra” katanya cukup tegas. “dan aku harap kejadian semalem kita yang terakhir ngelakuin itu” lanjutnya.

“oohh iya iyaaa, tp kamu jangan nyesel kalo beneran aku sama Zahra dan kita udah gabisa deket aku lagi hahaha”

“gapapa, lebih baik gitu” katanya sambil membalikkan badan dan langsung menuju ke dalam kosannya.

Aku yang heran dengan perubahan sikap Winda terhadapku, hanya diam saja dan langsung kembali ke kosanku.

Sekembalinya aku ke kosanku, aku mendapati Tama yang sudah ada di depan kamarku.

“woeee pagi-pagi udah pada bangun aja hahha” kataku kepada mereka berdua.

“ada hal yang harus gue omongin ke elo za” kata Tama dengan tatapan serius.

“wah ada apa nih?” kataku penasaran.

“lo belum mandi kan? udah sana mandi dulu, biar nanti bisa langsung berangkat ke kampus” kata Tama.

“yaelaah ngapain sih? Ada apaan siih?” kataku makin penasaran.

“udah buruan, sana mandi” kata Tama cukup tegas.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan akhirnya memutuskan untuk mandi pada pagi hari itu. Air masih sangat terasa dingin sekali dan aku mandi dengan sedikit tergesa-gesa karena tidak sabar mendapatkan berita dari Tama.

Setelah selesai mandi, Tama sudah berada di dalam kamarku. Aku lalu memakai pakaianku dan Tama segera menceritakan kejadian tadi malam. Mendengar cerita dari Tama aku sempat kaget dan tidak menyangka bahwa Wahyu masih berniat melakukan hal itu. Kukira setelah kegagalannya tempo hari, ia sudah tidak berniat melakukannya lagi.

“trus gimana nih za?” kata Tama.

“gue mau ke kosan Zahra sekarang. Mau liat dia, gue khawatir” kataku sembari bersiap-siap memakai jaket dan mencari kunci motor. “videonya kirim ke Wahyu sekarang, biar dia gak berani macem-macem” lanjutku.

“ehh beneran za? Gila aja langsung dikirim. Gue ga setuju bro” ujar Tama. “mending nunggu dia kebukti ngapa-ngapain baru kira kirim dan kalo bisa sebar biar satu kampus tau” lanjutnya.

“kalo kayak gitu, kita keliatan selangkah dibelakang doong. Awalnya kan bikin video itu buat nyegah Wahyu ngapa-ngapain biar kita selangkah didepan” ujarku dengan raut muka yang tajam. “dan kalo lu sebar sekampus, malah Tia yang bakalan kena getahnya. Si Wahyu mah gaada urusannya, gue gasetuju kalo Tia jd kebawa-bawa” lanjutku.

“yaudah terserah elo dah bro. gue siapin komputer gue dan sekarang langsung gue kirim ke Wahyu”

“muka lu sama dimas udah diburemin kan?” tanyaku ke Tama.

“udeh selow, gue gaakan ngirim pake email gue juga. Yakali bego juga kalo gitu. Gue ada email cadangan. Jadi tenang aja”

“okedeh thanks yak. Gue duluan” kataku sambil mengeluarkan motorku keluar dan langsung menuju kosan Zahra.

Sesampainya di kosan Zahra, aku memakirkan motorku di tempat biasa aku memakirkan motorku apabila aku main ke kosan Zahra, dan mengetuk pintu depan.

“Eh nak Faza, mau jemput Zahra?” kata Ibu Nia ibu kos Zahra.

“iya bu hehe Zahra masih ada di dalam ya bu?”

“tadi pagi saya liat dia udah berangkat nak. Belum lama ini berangkatnya. Sama temennya yang kurus cantik itu” ujar Bu Nia.

“eh siapa bu?” kataku penasaran.

“kurang tau nak, saya baru liat juga. Anaknya kurus banget nak”

“hani mungkin ya bu?” tanyaku memastikan.

“mungkin nak, ibu juga kurang tau hehe”

“ohh yaudah deh bu makasih ya bu. Faza pamit dulu”

Aku langsung menuju motorku dan mamacu motorku langsung ke kampus.
=======########=======​

Kuliah akhir-akhir ini aku sudah tidak merasakan ‘feel’-nya, karena minggu depan sudah ujian akhir dan materi kuliah sudah dipenghujung serta cara penyampaian materi oleh dosen sudah dirasa tidak semenarik sebelum-sebelumnya.

Masih terlalu pagi saat aku datang ke ruang kelas karena aku datang masih 15 menit sebelum kuliah berlangsung. Aku mendapati kelas yang masih kosong dan aku memutuskan untuk duduk di baris ke 4 dan di dekat jendela. Aku bisa melihat kantin dan tempat parkir di tempat ini. Sekitar 5 menit aku hanya memandangi kantin dan tempat parkir itu, akhirnya aku mendapati orang-orang sudah mulai berdatangan. Ada yang jalan kaki dan ada yang menggunakan sepeda motor. Bosan melihat pemandangan itu, aku beralih dengan bermain HP. Aku membuka forum semprot untuk sekedar melihat-lihat thread terbaru untuk memakan waktu.

Waktu menujukan pukul 7 tepat dan teman-temanku sudah mulai berdatangan. Aku melihat Winda datang bersama Hani dan Zahra, lalu disusul oleh Dimas dan ia duduk disebelahku. Kemudian aku melihat beberapa teman-teman ku yang mungkin nanti aku masukkan ke cerita ini (hahaha), aku kemudian menyimpan HP-ku. Dosen sudah datang dan mulai mempersiapkan peralatannya, dan aku belum melihat Zahra dan Hani. 5 menit setelah dosen memuali penjelasan, Tama datang dan disusul oleh Wahyu. Tama memberi tanda ‘sip’ kepadaku dan menempati kursi persis debelakangku, sedangkan Wahyu duduk persis dibelakang Zahra. Aku terus memperhatikan Wahyu, dan sesekali mata kami bertemu. Tiap mata kami bertemu, ia selalu memberikan senyum yang sangat menjijikan dan aku tidak sabar ingin berbicara dengan dia setelah kuliah selesai.

Have sent bro” bisik Tama kepadaku.

“sip tinggal nunggu dia ngecek HP-nya. Gue harap sih dia engga buka HP-nya sampe gue dapet tugas yang gue kasih ke Wahyu” ujarku.

Kuliah berlangsung sangat membosankan. Aku sering memalingkan pandangan ke luar jendela dan melihat suasana kantin yang mulai ramai oleh mahasiswa. Aku sesekali mengobrol dengan Dimas yang bilang bahwa ia ingin menikmati Tia lagi. Aku bertanya padanya apakah ia hanya ingin menikmati tubuhnya saja atau ingin menjadikan ia pacarnya karena setelah kejadian ini ada kemungkinan Wahyu dan Tia akan putus. Dimas berkata bahwa yang penting ia bisa menikmati tubuh Tia. Hal itu berarti Dimas hanya bernafsu saja dengan Tia. Aku sedikit memberi masukkan kepada Dimas, daripada hanya menikmati saja, lebih baik jadikan Tia sebagai pacar. Karena jika sudah mendapatkan hatinya, maka akan mudah untuk proses-proses selanjutnya dan aku berjanji akan membantu Dimas dalam mendapatkan Tia.

Akhirnya kuliah berakhir dan aku langsung menghampiri Wahyu.

“yu, laporan sama rekaman bawa kan?”

“iyaa za, bentar” katanya sambil mengambil barang yang ada di tasnya. “nih, udah semuanya, udah aku edit. Silahkan kalo mau denger lagi, dan laporannya juga udah selesai. Monggo kalo mau dicek dulu”

“ohh okedeh, gausah deh. Makasih yaa yu” ujarku sambil memberinya form penilaian. “nih yu tulis nilai buatku biar sekalian aku ngasih ke Bu Indri” lanjutku.

Wahyu menuliskan nilai untukku dan langsung mengembalikan form penilaian itu.

“za, nilai 85 yak hahaha” ujar Wahyu.

“iyee tenang” kataku sambil menggabungkan form nilaiku dan nilainya. Aku kemudian memasukan form penilaian didalam laporan itu

“yaudah aku duluan yaa mau ngumpulin ke Bu Indri” kataku sambil berlalu dari hadapan Wahyu.

“MAKASIH YA ZA” katanya dengan cukup keras. Aku sempat menoleh kearahnya dan melihat senyuman itu lagi. Senyuman yang membuatku bulu kudukku berdiri. Senyuman yang seketika membuat firasat yang buruk.

Aku lalu segera meninggalkannya dan menuju ke ruangan Bu Indri dengan tergesa-gesa. Aku tidak mendapati Bu Indri di ruangannya, namun ruangannya tidak dikunci sehingga aku bisa masuk dan meletakkan tugasku di meja kerjanya.

Aku lalu pergi ke kantin karena jeda waktu untuk kuliah berikutnya masih cukup lama. Aku mendapati Hani, Winda, dan Zahra sedang makan, dan melihat Tama dan Dimas duduk persis di belakang mereka bertiga yang sedang menunggu pesanan. Aku menuju Tama dan Dimas.

“woeh, gimana tadi Wahyu?” kata Tama.

“serem bro, dia senyum-senyum terus. Gue takut jangan-jangan dia homo hahaha”

“maksudnya senyum-senyum terus?” samber Dimas.

“ya gitu dim, jijik gue”

Aku melihat Hani dan Winda seperti menunjuk Zahra seraya memberi kode untuk segera menemuinya.

“za, itu Hani sama Winda ngapain sih daritadi hahaha” kata Tama.

“hahaha, gatau gue juga. Gue kesana dulu ya.”

good luck” ujar Tama.

Aku menuju meja mereka bertiga dan karena yang kosong hanya disamping Zahra, maka dari itu aku duduk di samping Zahra. Aku masih merasa canggung karena Zahra tidak merespon apa-apa setelah kehadiranku di sampingnya. Hani dan Winda yang melihat memutuskan unttuk segera pergi dan menuju warung dimana ia membeli makanan di kantin itu.

“Zah” aku membuka obrolan.

Ia masih sibuk mengunyah makanannya dan aku hanya memperhatikan dia.

“malem ini kamu ada acara ga?” kataku sedikit terbata-bata.

Ia menyelesaikan makannya dan meminum minumannya. Aku masih hanya memperhatikan dia melakukan itu dan menunggu ia merespon pertanyaanku.

“ZA, WAHYU PERGI TUH” teriak Tama yang mengagetkan aku dan Zahra dan kami berdua secara reflek memalingkan pandangan ke arah yang ditunjuk Tama

“GUE SAMA DIMAS MAU NGIKUTIN DIA, NANTI GUE KABARIN DIMANANYA, dim pinjem kunci motor” katanya sambil buru-buru menuju parkiran dan Dimas menyerahkan kunci motornya lalu menuju warung ia memesan makanan dan bilang bahwa pesenannya disimpan dulu karena ada urusan mendadak dan ia langsung menyusul Tama. Aku sekilas melihat raut muka terkejut Hani saat melihat Tama dan Dimas bergegas menyusul Wahyu.

“za jadi kamu udah tau ya?” ujar Zahra yang membuatku bingung.

“ehh, maksudnya?”

Zahra lalu diam dan aku melihat matanya mulai berkaca-kaca. Aku lalu secara reflek memegang dagunya dan mengarahkan wajahnya ke arahku. Aku melihat matanya melihat kearah lain yang bukan kearah mataku.

“zah, maksudnya? Wahyu ngapain kamu?” kataku memastikan.

Zahra masih belum bisa berkata apa-apa dan matanya semakin berair. Aku lalu mencari tissue di tas Zahra karena aku tau ia pasti selalu menyimpan tissue di tasnya. Aku lalu mengusapkan tissue ke matanya.

“maafin aku za, aku gabisa jaga diri aku huhuhu” tangis Zahra pecah.

Firasat buruk tbtb menggerayangiku.

“zah? Wahyu udah.....” kataku yang tak sanggup melanjutkan kata-kata.

Tangis Zahra makin pecah dan membuat Hani dan Winda kembali ke tempat kami. Aku masih belum percaya bahwa wahyu sudah melakukan itu terhadap Zahra.

“Zah maafin aku, aku ga jagain kamu. Aku janji bakalan ngebales perbuatan Wahyu buat kamu” kataku sambil mencium keningnya.

Aku lalu berdiri dan membuka HP-ku dan mendapati pesan dari Dimas. “kosan Tia” isi pesan singkat itu. Aku lalu memberi tahu Hani dan Winda untuk menemani Zahra. Winda bingung dengan apa yang terjadi. Hani lalu memberi kode bahwa nanti akan diceritakan oleh Zahra. Aku lalu berdiri dan langsung menuju motorku untuk pergi ke lokasi yang diberitahu oleh Dimas

“FAZA GAUSAH ANEH ANEH!!” teriak Zahra yang membuat langkahku terhenti. “aku gapapa Za, kamu gausah kesana dan nemenin aku disini” lanjutnya.

“gabisa Zah. Aku harus kesana dan ngasih pelajaran ke Wahyu” kataku dan langsung melanjutkan langkahku.

“KALO KAMU TETEP KESANA, AKU GAAKAN MAU NGOMONG SAMA KAMU LAGI” teriaknya lagi dan lagi-lagi membuat langkahku terhenti.

“gapapa Zah kalo kamu gamau ngomong sama aku lagi abis ini. Itu lebih baik daripada aku ngebiarin si ANJI*NG ITU masih bisa ketawa-ketawa setelah ngapa-ngapain kamu” kataku yang langsung bergegas menuju motorku karena aku tidak mau ada gangguan lagi.

Aku lalu meyalakan motorku dan memacunya ke lokasi yang disebut oleh Dimas. Aku sempat melihat Zahra sedang menagis di pelukan Winda dan melihat Hani memandangiku dengan tatapan yang sedikit sedih saat aku melewati kantin. Aku sudah tidak peduli lagi dengan hal itu karena fokusku sudah tertuju pada si kampret itu.
=======########=======​

“MAKASIH YA ZA” ujar seorang laki-laki yang tidak lain dan tidak bukan adalah Wahyu. Senyum terlukiskan di bibirnya karena merasa puas sudah berhasil menyetubuhi kekasih dari lawan bicaranya itu.

Setelah lawan bicaranya itu berlalu dari pandangannya, ia lalu membuka HP-nya dan membuka galleri-nya.

“HAHAHAHA, MAKAN TUH ZA BEKAS KU” katanya sambil melihat-lihat gambar hasil jepretannya saat menyetubuhi Zahra tempo hari. “ini enaknya judul threadnya apa ya” Wahyu berbicara sendiri

Wahyu masih melihat gambar-gambar Zahra yang tidak menggunakan sehelai benang pun sampai ada notifikasi baru dari emailnya bahwa ia mendapatkan email baru.

“ini apanih ngirim-ngirim email” katanya seraya membuka emailnya tersebut.

Ia lalu terkejut dengan isi pesan itu yang hanya berisikan video. Ia memutuskan untuk mengunduh video itu.

Cukup lama ia mengunduh video tersebut karena ukurannya yang cukup besar.

Proses pengunduhan pun selesai dan ia langsung membuka video itu. Alangkah lebih terkejutnya Wahyu saat mendapati kekasihnya sedang disetubuhi oleh dua orang yang tidak dikenal. Ekspresi wajah sang kekasih terlihat sangat menikmati perlakuan yang didapatkannya.

“SIALAAAAAN KAU TIA” katanya sambil menggeggam dengan keras HP-nya itu.

Ia lalu bergegas keluar dari ruangan kelas itu dan langsung menuju tempat parkir untuk mengambil motornya dan langsung menuju kosan kekasihnya itu.

Sesampainya ia dikosan kekasihnya itu, ia langsung masuk kedalam kosannya karena pintu depannya tidak dikunci.

*TOK*TOK*TOK*TOK*TOK*

“TIA BUKA PINTUNYA” teriak Wahyu cukup keras.

Pintu kamarpun dibuka oleh pemiliknya dan sang kekasih terkejut oleh ekspresi Wahyu yang sangat marah. Wahyu langsung mendorong sang kekasih masuk ke dalam kamar, dan ia lalu menutup pintu kamar itu.

“wahyu ada apaa?” tanya sang kekasih yang bingung atas perilaku Wahyu.

Wahyu tidak mengatakan apa-apa dan *PLAK* pipi sang kekasih ditamparnya dengan cukup keras.

“INI SIAPA??” kata Wahyu sambil memperlihatkan video yang dikirim oleh orang yang tak dikenal.

Alangkah terkejutnya Tia bahwa ternyata pemerkosaan atas dirinya direkam dan sekarang rekaman itu ada di kekasihnya. Tia tidak bisa berkata apa-apa dan matanya berkaca-kaca.

“HEH, GAUSAH NANGIS DASAR JABLAY” katanya yang cukup menohok kekasihnya.

*PLAK*

Tia menampar Wahyu cukup keras sambil mengeluarkan air matanya. Wahyu yang tidak terima telah ditampar oleh kekasihnya itu, langsung mendorong kekasihnya itu ke kasur dan merebahkannya.

“DASAR JABLAY” kata Wahyu sambil merobek kaos yang dipakai oleh Tia.

“WAHYU JANGAN!! AKU INI PACARMU!!” ujar Tia sambil mencegah Wahyu melakukan lebih jauh.

Mereka berdua dikagetkan oleh pintu kamar yang tiba-tiba derbuka oleh tiga orang yaitu Tama, Dimas dan aku. Tama langsung menarik tubuh Wahyu menjauhi Tia. Wahyu sempat memukul Tama cukup kuat yang membuat aku membantu Tama untuk menarik Wahyu.

“NGAPAIN KALIAN, GAUSAH IKUT CAMPUR!!” kata Wahyu sambil berontak.

Aku melihat Dimas memakaikan jaketnya kepada Tia yang pakaiannya dirobek oleh Wahyu.

“diluar aja ya yu” ujarku.

Wahyu sempat ingin memukulku namun tanganku lebih cepat untuk menangkap tangannya dan ia segera menarik tangannya dari genggamanku dan langsung menuju ke luar. Aku, Tama dan Dimas mengikutinya dari belakang.

Kami sampai di luar kosan Tia

“KALIAN GAUSAH IKUT CAMPUR, INI URUSANKU SAMA JABLAY ITU” katanya sambil menunjuk kosan kekasihnya.

“EH LO TUH NGATAIN PACARLU JABLAY TAPI LO JUGA MERKOSA CEWEK” ujarku. “LOGIKA LO DIMANA?” lanjutku.

Raut muka Wahyu seketika berubah dari marah menjadi kaget sekaget-kagetnya.

“yu, maksudnya apa? Kamu merkosa siapa yu?” ujar Tia yang keluar dari kosnya.

“eh engga kok, aku gak ngerti apa yang mereka omongin. Sekarang kamu tinggal jawab siapa yang ada di video itu?” tanya Wahyu kepada Tia.

“HAHAHAHA ada ya orang kayak elo lu, udah jelas ketauan. Masih mau ngeles yu?” ujar Dimas. “Tia kalo gak percaya coba cek HP-nya deh, siapa tau ada foto-fotonya” lanjutnya.

“yu beneran kamu merkosa cewek? Kenapa yu? Aku masih kurang? Selama ini aku masih kurang udah ngelakuin semua buat kamu?” kata Tia terbata-bata karena air matanya makin membanjiri wajahnya.

Aku lalu beranjak menuju dekat motor Wahyu untuk berjaga-jaga jikalau Wahyu berhasil keluar dari kepungan kami. Sementara itu Wahyu masih diam tak bisa berkata apa-apa dan Tia tangisannya makin pecah.

“GARA-GARA KAMU AKU DIPERKOSA. KAMU GATAU KAN YU??” ujar Tia ditengah-tengah ke-diam-an itu. “KEMARIN PAS AKU MINTA KAMU NEMENIN AKU, KAMU MALAH MENTINGIN URUSANMU ITU” lanjutnya sambil masih menangis.

Wahyu semakin terkejut dengan pernyataan Tia. Ia benar-benar tidak bisa berkata apapun dan tidak bisa berbuat apapun.

“AAAAAHHHHHHHHHH” teriak Wahyu secara tiba-tiba dan ia langsung menyerang Tama dan Dimas yang mengepungnya. Karena kaget, Tama dan Dimas menerima serangan itu dan jatuh terjerambab. Wahyu lalu berlari ke arahku yang berada di dekat motornya. Ia sudah bersiap-siap dengan pukulannya dan akan memukulku saat ia mencapaiku. Namun, sekali lagi aku bisa menghindar dari pukulannya dan aku menendang Wahyu sehingga tubuh Wahyu menubruk motornya dan membuat ia beserta motornya jatuh. Wahyu terlihat kesakitan akibat menabrak motornya hingga jatuh. Aku lalu mendekatinya.

“yu, kenapa elo merkosa Zahra?”

“itu gara-gara kamu Za”

“apa salah gue?”

*BUGH* aku memukul wajahnya.

“APA SALAH GUE” ujarku. “KALO GUE YANG SALAH, NGAPAIN BAWA-BAWA ZAHRA?”

Wahyu masih tidak mengeluarkan kata-kata.

“WOY JAWAB!!”

*BEGH*

Wahyu berhasil mendaratkan satu pukulan yang cukup keras tepat di wajahku. Aku sempat terhuyung karena mendapat pukulan itu. Wahyu mencoba berlari untuk kabur, namun Tama yang sudah bangun dari jatuhnya dengan sigap lari mengejar Wahyu. Mudah saja bagi Tama mengejar Wahyu karena memang ia adalah salah satu pemain sepakbola fakultasku sehingga cukup cepat dalam berlari. Tama lalu menendang kaki Wahyu yang sedang berlari dan mengakibatkan Wahyu jatuh tersungkur dan bagian pelipisnya berdarah karena mencium permukaan aspal jalan.

“URGH SIALAAAANNNN” umpat Wahyu sambil memegangi pelipisnya yang berdarah.

Tama lalu menahan tubuh Wahyu sehingga ia tidak bisa bergerak lagi. “Za, ini orang enaknya diapain” teriaknya kepadaku yang sedang mendekati mereka.

Aku lalu merogoh semua kantung yang ada di pakaiannya dan mendapatkan HP-nya. Aku lalu membuka-buka galeri-nya dan mendapati foto-foto Zahra yang saat itu tidak menggunakan sehelai benangpun. Aku lalu memperlihatkan foto itu kepada Tia, yang setelahnya foto tersebut aku hapus dari HP-nya. Tak lupa juga aku menghapus video Tia yang sedang dalam kondisi tidak senonoh untuk berjaga-jaga apabila Wahyu melakukan hal yang tidak wajar lagi.

Tia sangat terkejut karena wanita yang ada di gambar itu adalah Zahra. Tia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi dan ia hanya bisa menangis. Ia lalu mendekati Tama dan Wahyu.

Aku memerintahkan Tama untuk melepaskan Wahyu dan segera meninggalkan mereka. Aku lalu melemparkan HP wahyu kearahnya yang kemudian tidak dapat ia tangkap HP tersebut dan membuat HP-nya itu jatuh ke jalan dan casing-nya terlepas dari HP-nya

“yu kita putus” bisik Tia kepada Wahyu.

Tia lalu segera masuk kedalam kosnya meninggalkan Wahyu yang masih meringis kesakitan. Tak lama setelahnya, ia memungut HP-nya yang berserakan di jalan lalu segera menuju motornya.

“Dim, kalo mau sekarang bisa tuh Tia lu deketin. Tapi jangan maksa banget, dia pasti masih shock” kataku kepada Dimas.

“besok ajalah Za, gak enak gue haha, dia juga pasti lagi nangis itu”

“nah makanya itu Dim, saat dia lagi nangis itu lu masuk” Tama menyambar obrolan kami.

“udeeeh sanaaa. Cowok bukan? Hahaha” ujarku yang diikuti oleh Tama.

Tama lalu melemparkan kunci motornya.

“Nih, kita balik duluan. Jangan di entotin dulu ya dim hahahaha”

Aku dan Tama lalu menuju motorku. Kami melewati Wahyu yang sepertinya sudah bersiap ingin meninggalkan tempat itu. “yu kami duluan” kataku. Ia tidak berkata apa-apa dan langsung menyalakan motornya lalu berlalu dari hadapan kami.
=======########=======
.

Malam hari setelah kejadian itu. Aku hanya memandangi langit-langit kamarku. Masih terbayang perkataan Zahra bahwa ia tidak akan berbicara denganku lagi. Aku tidak bisa berpikir apapun dan hanya bisa memikirkan Zahra atau bahasa sekarang namanya GALAU (hahaha). Aku menimbang-nimbang apakah aku harus ke kosnya sekarang juga atau tidak. Ditengah kegalauan ku, pintu kamarku diketuk oleh seseorang.

“Za, buka pintunya” kata seseorang diseberang pintu. Aku mengenali suara tersebut.

*CKLEK*

“Ngapain win?”

“emmm keluar yuk za?”

“kemana?”

“temenin makan”

“dimana?”

“baso pak ujuh, di gang itu” katanya seraya menunjuk entah kemana.

“emang enak makan baso malem-malem?”

“eh emang gaenak ya?”

“lah ya gatau aku haha, yaudah bentar aku siap-siap” kataku sambil mencari celana jeans dan jaket ku.

“yuk win” ajakku.

“udah siap-siapnya gitu doang? Hahaha”

“laaah orang cuman jalan bentar, ya ngapain pake pomade segala haha”

“yaudah yuukk”

Aku lalu menutup pintu dan menguncinya.

Diperjalanan menuju tempat makan, kami hanya berbicara kepada diri kami masing-masing. Aku yg saat itu masih kepikiran tentang Zahra, nyatanya sedang berjalan beriringan dengan wanita lain. Baru kali ini aku membayangkan dan mengharapkan Zahralah yang ada disampingku ini. Sebelum-sebelumnya apabila aku menghabiskan waktu bersama salah satu dari Hani, Winda maupun Zahra, aku tidak pernah membayangkan orang lain.

“Za, kamu galau ya?” kata Winda tiba-tiba.

“ehh apaaan sih hahah, engga kokk”

“hahaha gausah boong Za, keliatan kok. Matamu kosong”

“iya gapapa mataku kosong yang penting hatinya engga”

*HOEK* Winda tiba-tiba muntah dijalan (ini bercanda hahaha)

“halaaah apaan deh za haaha”

Tanpa terasa perjalanan yang cukup singkat itu selesai sudah. Kami sudah sampai di warung baso yang dimaksud dan segera memesan makanan.

Selama menunggu pesanan, aku dan Winda terjebak di situasi yang canggung karena aku yang pikirannya sedang melayang entah kemana, sedangkan Winda seperti ingin menyampaikan sesuatu namun ia tidak mau memulainya. Aku yg sadar dengan situasi ini akhirnya memutuskan untuk mencubit pipinya yang sedikit tembem itu dan membuat ia jengkel. Suasana sedikit mencair akibatnya, dan ia marah-marah karena pipinya ku cubit agak keras. Ia berusaha membalasnya namun, tanganku lebih kuat untuk menahan tangannya sehingga kami malah berpegangan tangan dan tidak ada yang mau melepasnya.

Pesanan pun datang, kami melepaskan pegangan tangan tersebut dan segera melahap makanan yang sudah disediakan. Cukup cepat kami melahap makanan tersebut karena kami makan tidak diselingi dengan obrolan yang bertele-tele. Hanya ia menyuruhku untuk mengambilkan kecap atau aku menyuruhnya mengambilkan sambal.

Selesai makan, kami aku membayarkan makanannya, walaupun sempat ditolak oleh Winda namun aku tetap memaksanya. Kami lalu kembali ke kos kami masing-masing. Selama perjalanan pulang, situasi canggung datang lagi dan kami hanya diam saja.

“Za, lewat tuh kosanmu hahaha” kata Winda sesaat setelah mendapati kami melewati kosanku.

“nganter kamu dulu” jawabku singkat.

Kami berjalan sedikit lagi dan sampailah di depan kosan Winda.

“za makasih hehe”

“makasih buat apa?”

“tadi makannya hehe”

“yaampuun santai kali hahaha, lain kali kamu yg bayarin hahaha”

“kayaknya udah gaada lain kali deh za hahaha” jawabnya yang membuatku sedikit terkejut. “iya tadi aku, Hani sama Zahra ke kosannya si Hani pas kamu pergi dan udah denger cerita Zahra kalo dia abis di emm kamu tau lah yaa. Aku juga sedih Za, kok bisa ya si Wahyu. Orang cupu kayak dia bisa kayak gitu” lanjutnya.

“iyaa. Aku juga kaget Win, aku juga ngerasa ini salahku juga. Aku ngerasa kalo awalnya dia kesel sama aku kali ya gara-gara aku ngasih tugas banyak banget waktu itu. Waktu itu aku emang gedek sama dia karena tugas semua yg ngerjain aku, ya akhirnya aku ngasih sisanya. Tapi setelah dipikir-pikir masa iya sih cuman gara-gara gitu doang, dia merkosa orang. Aneh” kataku heran.

“nah itu Za, trus tbtb Hani cerita kalo ia pernah ketemu Wahyu di Venus dan ia ngerasa kalo Wahyu agak gimana gitu waktu itu”

*DEG*

“trus ya za, si Hani cerita lagi kalo dia dikirimin video dia lagi emmm aduh gimana ya ngomongnya. Jijik haha. Ya pokoknya ngirim video ke Hani pas foto dia gapake jilbab kesebar. Nah aku sama Zahra ya kaget lah” lanjut Winda.

*DEG*DEG*DEG*

Tiba-tiba keheningan muncul dengan tiba-tiba.

“za, kamu boong ya sama aku” katanya yang sontak membuatku terkejut.

“hah? Boong apa?” kataku sedikit terbata-bata.

“kamu kan yang nyebar fotonya Hani? Kamu kan yg waktu itu bales chat-ku pake HP-nya Hani? Kamu kan yang ngajak Hani ke Venus? Kamu kan yang bikin Hani sembuh? Semua itu kamu kan?”

Aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan itu. Aku hanya diam dan menunduk.

“maaf win, aku…….” Aku tak bisa melanjutkan kata-kata.

Winda lalu mengelus kepalaku dan seraya berkata “gapapa kok Za hehe, jangan lagi-lagi yaa. Kasian kamu. Pusing kan? hahaha. Pilih salah satu aja hahaha aku bakal dukung yang mana aja”. Ia lalu mencium keningku. “lagipula tadi mereka juga udah tau kelakuanmu sama aku hahaha, tadi aku juga cerita kalo kita juga udah gituan hehe” lanjutnya.

Aku tertegun dan makin tak bisa mengeluarkan kata-kata. Aku lalu mencium bibir Winda dengan lembut. Cukup lama kami berciuman. Kami sempat melepaskan ciuman kami, dan aku melihat Winda tersenyum manis sekali dan menciumnya sekali lagi. Kami lalu melepaskan ciuman kami. Aku seperti biasa meremas payudaranya itu dan tak ada reaksi penolakan dan protes dari dia. Sekali lagi kami berciuman namun singkat dan akhirnya aku pamit menuju kosanku.

Sesampainya di kamarku, aku membuka HP-ku dan mengetik sebuah pesan untuk seseorang. Isi pesan itu adalah “besok aku ke kosanmu yaa hehe” lalu aku mengirim pesan itu, dan sudah ada pemberitahuan bahwa pesan itu terkirim. Tak lama setelah itu aku mendapat balasan yang berisi “iya za heheh, aku tunggu =)”. Pesan itu sukses membuatku tersenyum dan aku lalu memutuskan untuk pergi tidur karena tidak sabar untuk esok hari.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar