Kamis, 26 April 2018

Cerita Dewasa - Kisah Si Badan Babi (part 2)


Aku yang masih menunggu Winda untuk bangun dari tidurnya, bermain hp dan mengirim beberapa foto Winda ke Zahra. Zahra yang kaget atas foto yang kukirim akhirnya meledek “Katanya ga tega liat mukanya pas kesakitan? Tuhh buktinya diembat juga hahaha” ledeknya.

“dia tadi pingsan didepan kosanku hihihi, daripada di embat orang lain, mending langsung kubawa pulang aja” jawabku iseng

“bohong banget hahahah, eh btw foto Hani yang di grup itu kamu yang ngirim kan?” tanyanya yang sepertinya hanya memastikan.

“iya ahahaha, parah ya aku nyebar-nyebar foto orang sembarangan”
“iya emang kamu parah hahaha, itu rencana mau diapain aja si Winda?”

“ya biasa laaaah kayak yang aku lakuin ke kamu dan Hani :3 hahahah” kusedikit menyelipkan beberapa emoticon untuk membuat chat lebih seru.
“ah gaseru doooongg, yang lain cobaa, ajak satu temenmu kekk biar 3some” jawabnya yang membuatku kaget karena Zahra tau beberapa istilah di dalam dunia hitam ini.

“gak mau aaahhh, kasian si Winda hahaha, biarin ngerasain punyaku dulu, nanti kalo jam terbangnya udah tinggi baru deh 3some 4some bahkan 5some hahahaha”

“yaampuunn kamu tuh yaaa hahaha, yaudah deh Za aku tidur dulu, salam buat Winda nanti hahaha” pamitnya dan langsung kujawab “selamat tidur ya bidadari cantikku :3” dan pesanku tidak ia balas lagi

Tepat setelah selesai chatting dengan Zahra, Winda merintih menandakan kesadarannya sudah mulai datang. Aku langsung bersiap-siap dengan melepas semua pakaianku sehingga penisku langsung terbebas dari belenggunya. Winda yang akhirnya membuka mata sempat bingung karena bangun bukan di kamarnya, melainkan di kamar yang belum pernah ia datangi. Aku yang melihat Winda bangun dari tidurnya langsung menerjang Winda dan langsung mencium bibirnya.

“eeeemffhhhh emmmmfhhhh” desahan Winda yang membuatku makin bernafsu.

Tanganku langsung menuju payudaranya, menyingkap BH-nya dan meremas-remas dengan lembut sambil mencari-cari letak putingnya. Setelah mendapatkan putingnya, kupelintir, ku cubit-cubit dan ku tarik-tarik kecil puting itu sampai badan Winda menegang. Aku langsung melepaskan ciumanku di bibirnya dan langsung menuju payudaranya untuk nyusu di payudara Winda. Bibirku memainkan payudara kirinya, tangan tangan kiri bermain dengan payudara kanannya dan tangan kanan turun kebawah dan siap untuk bermain dengan vaginanya.

“uuhhhhhhhhhhhhhhhh Fazaaaaaaaaa aaarrrrrrrggghhhhhhhh” desahnya setelah tanganku mencapai vaginanya yang masih dibalut celana dalam. Kumainkan jariku di vaginanya dan langsung mengocok vaginanya yang sudah becek itu. Tak berapa lama tubuh Winda menegang menandakan ia mendapatkan orgasmenya yang pertama.

Winda yang masih lemas akibat orgasmenya, langsung kubalikkan badannya untuk melepas sisa pakaiannya. BH dan celana dalam dengan mudah kulepas dari badannya, dan aku mengangkat sedikit pantat Winda untuk melakukan gaya bercinta favoritku. Aku langsung memposisikan penis di depan bibir vaginanya dan seraya mengucapkan “Winda, siap-siap yaa”. Winda tidak menggubris perkataanku dan langsung saja kudorong dengan kencang penisku menembus vaginanya dan selaput daranya. Kulihat ada bercak darah yang keluar dari vaginanya dan merembes melewati penisku “dapet perawan lagi nih hahaha” gumamku

“aaarrgghhhgg hhhhhhhhhhhhhmmmm” desahnya yang kutahan dengan cara menekan kepalanya ke kasurku. Aku takut tetangga kos ku mendengar jeritan winda dan akhirnya memutuskan untuk bergabung.

Aku mainkan payudaranya yang menggantung dengan indahnya sambil menunggu vaginanya yang berdaptasi dengan penisku. Setelah beberapa saat, kugenjot penisku dengan kecepatan sedang selama 10 menit dan Winda mendapatkan orgasmenya yang kedua.

Kucabut penisku dan langsung membalikkan tubuhnya. Kulihat mata Winda yang penuh dengan air mata dan saat mata kita bertemu ia hanya memandangiku yang seolah berkata “kamu kok tega za?”

Aku yang tidak tega melihat tatapan itu langsung menuju bibirnya dan menciumnya dengan sangat lembut dan payudaranya tidak lepas dari tangan nakalku. Setelah sekiranya Winda sudah cukup beristirahat aku langsung menancapkan lagi penisku di vaginanya dan menggenjotnya selama 5 menit dan selama itu aku terus memandanginya dan iapun memandangiku sambil menahan desahannya. Aku yang bosan dengan posisi itu langsung mengangkat tubuh Winda tanpa melepas penisku dan akhirnya menjadi gaya WOT.

Aku terus memegang pinggangnya seraya menggenjotnya dengan kecepatan sedang dan Winda tidak bisa menahan desahannya

“aaaaahhhh ahhhhhhhh ahhhhhh” desahnya yang makin menjadi.

Sekitar 10 menit aku bercinta dengan posisi itu, aku dikagetkan oleh ketukan pintu kamarku. Aku yang saat ini sedang nikmat-nikmatnya dan tidak sempat berpikir apa-apa langsung melepas penisku dari vagina Winda dan langsung menutup tubuh Winda dengan selimutku dan mencari celana pendekku. Aku langsung membuka pintu kamar.

“woeee broo, ada apa nih malem-malem?” tanyaku kepada Tama teman sekelasku dengan nada yang sedikit kesal karena diganggu.

“kamarlu berisik banget dah za? Nonton bokep lu? Pelanin laah volumenya” katanya sambil mengintip-intip isi kamarku

Aku yang menyadari gelagatnya langsung menutupi pandangannya. “iya iya sorry, headset nya gasadar belum gua pasang hahaha”

“coba sini gua liat” katanya seraya memaksa masuk ke kamarku.

Dan Tama berhasil masuk ke kamarku dan tidak mendapati video bokep yang sedang aku tonton. “mana nihh bokepnya, laptop lu mati gitu, gua curiga nih” katanya sambil menyapu pandangannya keseluruh kamarku.

Dia menyadari ada gundukan selimut di kasurku dan langsung saja menuju gundukan itu, aku tidak berhasil mencegahnya karena gerakan tangannya yang dengan cepat langsung menepis tanganku yang ingin mencegahnya. Akhirnya Tama membuka gundukan selimut itu dan langsung mendapati Winda yang sudah tanpa busana.

“gilee gileee Winda brooooo, lu lagi ngentot sama Winda? Gak ngajak-ngajak lu parah. Temen macam apa lu hahahah” katanya seraya mendekap tubuh Winda dan menjilati seluruh tubuh bagian atas Winda.

Payudara Winda yang mungil menjadi santapan paling favoritnya. Aku yang tidak bisa apa-apa akhirnya hanya menutup pintu dan menguncinya kembali.

Rintihan Winda kembali terdengar karena Tama memainkan payudaranya cukup kasar dan salah tangannya sudah turun ke daerah vaginanya dan langsung mengocoknya.

“aaaaarrrrgggghhhh tam ampuuunnnnn taaaaaammmmaaaa aaaarrrrgghhhhh” rintihan Winda karena diperlakukan kasar oleh Tama.

“Tam, selow ajeee, nanti tetangga yang lain denger juga” kataku dan ia tidak menggubris permintaanku

Setelah puas mengocok dan menetek Winda, ia langsung melepas semua pakaiannya dan langsung menyodok penisnya ke vagina Winda dengan sangat kasar. Kecepatannya langsung tinggi dan aku melihat tubuh Winda terlonjak-lonjak seirama dengan sodokan Tama. Payudaranya ikut berguncang seiring sodokoan Tama. Hal itu membuat juniorku kembali bangun karena gemas melihat payudara mungil itu.

“aarrrggghhhhhh arrrghhhhhh sakiiiitttt Taaaammmm uuuuuurrrgggghhhh” rintih Winda yang kesakitan akibat perlakuan Tama.

“enak banget memeklo win hahahaha sempit dan legit” kata tama memuji vagina Winda.

Cukup lama Tama menggenjot tubuh Winda dengan kasar dengan posisi seks standar. Bibir dan payudara Winda tidak luput terkena serangan Tama.

“aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh” erang Tama sambil mencabut penisnya dari vagina Winda. Nampaknya Tama sengaja menunda orgasmenya

Winda yang saat itu telah merasakan sedikit kenikmatan yang diberikan Tama, terkejut ketika Tama mencabut penisnya. “uuuuuuuuhhhhhhhh hhhmmmmmm” desah Winda yang tertahan.

Tama langsung membalikkan tubuh Winda untuk ganti gaya menjadi gaya doggy. Aku yang mulai curiga dengan gerik-gerik Tama langsung menuju Winda dan langsung mencium bibir Winda.

Ternyata benar dugaanku. Tama bukannya memasukkan penisnya ke vagina Winda, melainkan ke lubang duburnya.

Penis Tama cukup perkasa dalam menembus langsung dubur Winda dan penisnya langsung ambles semua kedalam dubur Winda.

“EEEEEEEMMMMMFFFFFHHHHHHHHH” teriak Winda yang tertahan oleh ciumanku.

Tama langsung menggenjot dubur Winda namun dengan kecepatan yang cukup pelan, karena sempitnya lubang dubur yang belum pernah dimasuki oleh benda apapun.

Tangan winda langsung mencekram erat sekali tanganku untuk menahan rasa sakitnya.

“EEEMMMMFFFHHHH EEEEEEMMMFFFHHHH EEEEEMMMMMMFFFF” erangan Winda sabil meneteskan air mata

Ciuman antara aku dan Winda menjadi sangat basah, bukan karena pertukaran air ludah yang kami lakukan melainkan air mata Winda yang keluar banyak sekali. Aku yang belum bisa melakukan apa-apa hanya mencium Winda dan sedikit memberi rangsangan di bagian putingnya dengan tujuan sedikit mengurangi rasa sakit yang diderita oleh Winda. Hanya sebentar saja Tama menggenjot Winda dan Tama nampaknya mendapatkan orgamenya dan menyemprotkan spermanya di dalam dubur Winda.

“aaaaaaaahhhhhhhhhhhhh” desah Tama setelah mendapat orgasmenya. Tama lalu mencabut penisnya dari dubur Winda dan ambruk di samping tubuh Winda yang sama-sama ambruk.

“Gilaaaaaaaaaaa gua bisa ngentotin juara satu Qiroat se Kabupaten” teriak Tama dengan bangganya.

“kapan-kapan kalo lu mau ngentotin Winda ajak-ajak gua lah Za, jangan sendirian hahaha, rezeki tuh harus dibagi-bagi”

“yakali Tam gua bagi-bagi barang bagus sembarangan hahahaha, ini kebetulan aja lu datang. T*ik emang lu hahaha” candaku

Winda sepertinya tertidur karena sudah kecapean. Aku bisa mendengar suara nafanya saat tidur.

“Btw, kok lu bisa sih ngentotin Winda Za?, perasaan lu deket sama Zahra deh. Parah lu tukang selingkuh, gatau untung udah dapet Zahra juga hahahaha”

“Winda yang mau sama gue hahaha, gua kaga sama Zahra, Zahra gamau sama gue, katanya gue jelek, jdnya cocok jd tukang ojeg sama security nya dia doang” kataku dengan nada yang kubuat seolah sedih”

“T*ik laah lu zaaa, mana mau Winda mau sama elu hahaha. Serius lu? Kasian amat dah lu”

“serius gue hahaha, kasian ya gue Tam. Cariin gue cewek dong haha, lu kan banyak kenalan cewek”

“ngapain lu nyari-nyari sih, ini di depan lu udah ada, pepet aja terus nanti juga mau sama lu walaupun lu udah perawanin dia hahah”

Aku langsung tak bisa berkata apa-apa lagi karena memang sudah malas meladeni Tama

Tama beranjak dari kasurku, memakai pakaiannya lagi dan langsung membuka hp-nya. Ia langsung membalik tubuh Winda dan mengambil beberapa foto yang aku tak tahu tujuannya apa.

Alangkah terkejutnya aku, ternyata Winda hanya pura-pura tidur karena saat badannya dibalik, ia masih mengerang dan aku melihat matanya ditutup dengan tidak alami olehnya dan seketika itu aku langsung menyesali segala perkataanku saat mengobrol dengan Tama.

“yaudah Za, gua duluan yaa. Lain kali kalo lu ngentot di sini, suaranya dipelanin malah kalo bisa gaada suara sama sekali. Lu masih untung yang denger cuman gua, kalo yang lain sampe denger, kasian ceweknya nanti” katanya seraya meninggalkanku.

Aku langsung menutup pintu dan menguncinya.

Melihat Winda, seperti biasa aku mencari handuk untuk membasuh badannya yang berkeringat dan tisu untuk membasuh vaginanya dari sisa-sisa pertempuran tadi. Hal ini dikarenakan aku tidak tega melihat badan perempuan telanjang yang tergolek lemah akibat sebuah pertempuran. Aku mengambil pakaiannya yang sudah kusimpan sebelum permainanku bersama Winda. Selagi membasuh tubuh beserta vagina Winda. Winda mengerang “hhhhhhhmmmmmmmmmmm.”

Aku yang belum sempat merasakan orgasme dan terlalu tega untuk menggarap winda lagi, memutuskan untuk masturbasi saja.

Belum lama aku masturbasi, Winda bangun dan sempat kaget saat melihatku sedang melakukan hal itu. Karena posisiku persis di depannya, Winda dengan lemas bangun dari tidurnya dan langsung memegang penisku dan mengocoknya dengan pelan meniru gerakanku.

Sebagai pemula, kocokannya cukup buruk karena ia mengocok tetapi jembutku ikut tertarik sehingga membuatku meringis. Akhirnya kuajarkan cara mengocok dengan benar dan dia belajar cukup cepat dan rasanya sangat luar biasa.

“aaaahhhhhh haasssshhh” desahku.

“kasian ya kamu Za hahaha, belum nyampe ya tadi eh si Tama masuk” kata Winda seraya meningkatkan ritme kocokannya

“haasssshhhh Wiiinnn pelaan-pelaaaannnn sshhhhhh enak bangeeeeettt” desahku sambil kelonjotan.

Ini merupakan pengalaman pertamaku diberi hand job oleh perempuan lain. Padahal selama ini, Zahrapun belum pernah memberikan hand job kepadaku.

Puas dengan mengocok penisku, Winda menundukkan kepalanya dan mulai mengulum penisku

Awalnya Winda hanya memasukkan memasukkan dan mengeluarkan penisku tapi setelah aku beri kode untuk sambil dijilatnya, iapun langsung menjilat penisku sambil memasukkan dan mengeluarkannya dari mulutnya

“slurrrrpp slurrrpp” kira-kira seperti itulah bunyinya saat Winda mengulum penisku

Aku sempat sekilas berpikir darimana Winda tau gerakan-gerakan nyepong, tp pikiran itu hanya terlintas begitu saja tanpa aku pikirkan lebih dalam karena aku merasakan kenikmatan yang tiada tara

“aaaaauuuhhhhhhhh wiiiiiiinnnnn enaaakkk banggetttttttt” desahku

Winda masih sibuk bermain dengan penisku dan juniorku nampaknya sudah mulai menunjukan akan mengeluarkan isinya.

“aaaaaaaaahhhhhhhhhh sssssshhhhhhh” desahku yang sudah mecapai klimaks dan menyemprotkan spermaku di dalam mulut Winda

Aku memang sengaja tidak memberi tau Winda bahwa aku ingin mengeluarkannya.

“eeemmmmmmmmm” erang Winda sambil berusaha menelan semua sperma yang ada dimulutnya.

Melihatnya seperti itu, aku langsung mengambil tisu dan langsung membasuh mulut Winda.

Winda yang sepertinya sudah berhasil menelan semua spermaku, langsung menyambar bibirku dan menciumku. Aku yang tidak menduga bahwa Winda melakukan itu, hanya mengikuti gerakan lidahnya saja di dalam mulutku. Disini aku kembali terkejut darimana Winda belajar berciuman.

Selesai ciuman, kami masih berpelukan untuk waktu yang cukup lama sampai Winda tertidur dipelukanku. Aku yang tidak tega membangunkannya akhirnya memutuskan untuk merebahkan diri dengan pelan takut bahwa Winda terbangun. Kamipun tidur sambil berpelukan dan telanjang tentu saja di kamarku.

Keesokan Harinya

Winda yang terbangun lebih dahulu, langsung memakai pakaiannya dan langsung membangunkanku. Ia ingin pulang ke kosannya untuk mandi karena akan ada kelas pada pagi itu.

“Zaaaa, banguunnnn zaaaaaa” katanya sambil menggoyang goyangkan badanku agar aku segera bangun.

“hhhhhhhhhmmmmmmm” erangku sambil membangkitkan diri dari kasur. Aku yang masih telanjang membuat Winda cekikikan

“Masih berdiri tuh Za” katanya sambil menunjuk penisku

“Haassyaaahhhh, awas-awas” kataku sambil mengibas-kibaskan tanganku ke mukanya agar dia tidak melihat penisku yang tegang. Aku langsung menyiapkan peralatan untuk mandi tetapi dicegah oleh Winda.

“mau ngapain kamu? Anterin aku dulu ke kosan”

“yaelaah wiinn deket itu, gelinding juga nyampe”

“gamauu, pokoknya anterin!!”

Aku dengan malas mengambil beberapa pakaian sekenanya untuk mengantar Winda ke kosannya.

Pagi ini untungnya yang punya jadwal pagi hanya aku dan Tama sehingga saat aku keluar dari kamar, aku hanya bertemu dengan Tama yang sedang siap-siap mandi dan dia hanya menyapa dan tersenyum kepada Winda.

Aku pun mengantar Winda ke kosannya dan melihat cara jalan Winda yang sepertinya masih kesakitan.

“Win, masih sakit yaaa”

“ehhh iya Za haha, gapapa kokk tinggal deket doang itu”

Akupun melihat keadaan sekitar dan sepertinya masih sedikit orang yang lewat, dan aku langsung menggendong Winda dan karena tubuh Winda tidak terlalu berat bagiku, aku bisa dengan sedikit berlari menuju kosannya

“kyaaaahhhh, Zaaaa ngapainnn hahaha, turuuunniinnnnnnnn” protesnya karena sudah kugendong

Aku tidak menghiraukan protesnya dan langsung menurunkan Winda saat sudah di depan gerbang kosnya.

“Dasar NAKAL!” kata Winda sambil mencubit perutku. “kalo ada yang liat gimana” lanjutnya

“aauuwww sakkitt wiinn, gabakal kokk, tadi aku udah liat-liat makanya berani hahaha.”

“TETEP AJA ZAA, awas kamu kalo lain kali kayak gitu lagi” katanya cukup jengkel

“emang kita mau ngapain lagi win? Kok bisa aku tbtb gendong kamu lagi hahahaha”

“hihhhhhhh dasaarrr cowoooo, yaudah makasih yaa udah nganterin aku dan GENDONG aku” katanya sambil matanya berkaca-kaca

Aku yang menyadari hal itu langsung mengusap matanya, mencium matanya dan bibirnya dengan lembut. Ciuman itu kulakukan dengan cepat karena takut dilihat orang.

“iya sama-sama gadiskuu, jangan nangis doongg” kataku sambil meremas payudaranya

*PLAKK* “Hihhhhhhhhhhh masih sempet aja yaa kamu” protesnya sambil menepis tanganku dan menamparku dengan cukup keras.

Winda yang kesal, langsung masuk ke kosannya dan meninggalkanku. Aku hanya cekikikan melihat tingkahnya dan langsung kembali ke kosku.

Tanpa mereka sadari ada sebuah kamera yang merekam semua aksi selama perjalanan Faza ke kos Winda hingga Winda masuk ke kosnya.
Seperti biasa, kuliah pagi itu sangat membosankan. Aku tidak tau kenapa, padahal materi yang diberikan dosen cukup menarik apabila dipelajari lebih lanjut, tapi saat dosen itu yang menjelaskan, materi itu menjadi hal yang membosankan.

Pagi itu aku duduk disebelah Zahra karena seperti biasa pagi tadi ia minta dijemput olehku. Saking bosannya aku sempat bermain-main dengan payudara Zahra yang masih dibungkus oleh bajunya karena memang posisi kami yang berada di pojok dan itu memudahkanku untuk bergerak tanpa terlihat oleh siapapun dan faktor Zahra juga yang sudah bisa menahan desahannya saat kumainkan payudaranya.
Bosan bermain dengan payudara Zahra, aku melihat sekitar dan aku kali ini memandangi punggung-punggung teman sekelasku (yang perempuan tentu saja) dan beberapa ada yang BH-nya nyeplak dan itu membuat rasa ingin mencopot sekalian saja BH-nya. Aku melihat Winda dari belakang, seperti biasa dia berpakaian tertutup depan-belakang jadi aku tidak tau apakah BH Winda nyeplak. Aku tidak melihat Hani pagi itu

“Zah, si Hani kemana ya? Gak keliatan” tanyaku lirih

“Tak tahu lah Za emang aku emaknya hahaha, ngambek kali fotonya kamu sebar” jawabnya lirih juga

“padahal ia lebih manis gak pake jilbab loh”

“husshhh ngomong sembarangan, dia nyoba buat bikin cowok-cowok yang modelnya kayak kamu biar jaga pandangannya” katanya yang cukup menohokku

“kamu engga mau bikin aku jaga pandangan Zah hahaha” kataku yang telinganya langsung disentil dengan keras oleh Zahra. “aaaahhhhhssss sakkkiiitttt tauuuu” kataku dan langsung membalas perbuatan Zahra dengan meremas payudaranya dengan cukup kasar

“aaaaooohhhhh” desah Zahra yang cukup keras dan membuat semua orang di kelas melirik ke arah kami berdua

“SSSSSHHHHHH!!” kata mereka serempak

Skip skip skip

Setelah selesai kuliah, aku berencana untuk me wawancarai narasumber yang sudah kudapatkan bersama Wahyu untuk tugas wawancara. Namun, Wahyu langsung menghilang begitu saja setelah selesai kuliah. Aku yang cukup kesal dengannya, akhirnya mengirimkan Wahyu pesan yang berisi alamat narasumber dan langsung menuju lokasi tersebut.
Di suatu ruang kelas di kampus

“eeeerrrrggggghhhhh haassssssssshhhhhh sssssshhhhhhh” desahan seorang wanita yang sedang digenjot oleh seorang pria dari belakang sambil berdiri

Kondisi kemeja si wanita yang masih melekat di tubuhnya sudah cukup kusut karena mendapat perlakuan oleh si Pria. Jilbabnya masih menempel di kepalanya namun kondisinya sudah hampir lepas dan roknya sudah disingkap untuk jalan masuk penis ke vaginanya.

“plokkk plokk plokkk” suara gesekan alat kelamin yang cukup keras.

“haasssssshhhhhh cepetttinnn lagii yuuuu haaasssssshhhhhh” desah sang wanita yang tidak sabar ingin mencapai orgasmenya

“uuurrrrghhhhhh haaasssshhh aarrrrgghhh” desah pria sambil meningkatkan tempo genjotannya.

“waaahhhyuuuuu uurrrrrghhhhhhh haaassshhhhh” erangan sang wanita yang mencapai orgasmenya.

Sang pria yang belum mendapat orgasmenya masih terus menggenjot tubuh sang wanita walaupun sang wanita sudah mencapai orgasme

“wahyuuuu hsssssssssshhhh udaaaaahhhhssssssss geeliiiiiiiiii aaahhsssssss” desahannya sambil melepaskan diri dari tubuh sang pria.

Sang wanita berhasil lepas dari cengkraman pria dan kelonjotan akibat orgasmenyaa

“hadeeuuu Tiiiii aku belum sampe nihhhh” protes sang pria

“iyaaa sabarrr, geli bangett tadi sshhhh nanti aku teriak kenceng dan kita ketauan gimana” katanya yang masih menahan sisa-sisa orgasmenya.

Akhirnya sang pria mengocok penisnya sendiri untuk menuntaskan hasratnya.

“udududu sayang-sayang kasian banget sihh udududu” kata sang wanita sambil jongkok dan memegang penis sang pria

Sang wanita langsung mengocok penis pria itu dan mengulumnya dengan sangat lihai.

Sang pria merasakan kenikmatan dan selang beberapa lama iapun mencapai klimaksnya dan menyemprotkan spermanya di mulut sang wanita.

Sang wanita yang kaget karena mendapat sperma dalam jumlah besar di mulutnya, langsung melepaskan mulutnya dari penisnya dan menelan semua spermanya.

“Kalo mau keluar tuh bilang bilaanggg hhhhhh” katanya sang wanita yang kesal

“iya iya maaafff, abisan enak banget sih sayang” katanya yang langsung menyambar bibir sang wanita.

Setelah selesai, sang pria mengecek hp-nya karena tadi sempat ada bunyi notification bahwa ada pesan masuk.

“oh iyaaaa, aku ada janji dengan Faza. aduhhh dia pasti marah deh” katanya seraya merapikan pakaiannya

Sang pria juga ikut membantu sang wanita merapikan pakaiannya serta jilbab yang hampir terlepas dari kepalanya. Sang pria lalu melihat sekeliling untuk memastikan apakah ada yang tertinggal atau tidak. Lalu ia pamit ke sang wanita.

“Sayang, aku duluan ya, udah ditunggu Faza nih, nanti dia bakal marah”

“iyaaa hati-hati yaaa, makasih buat yang ini hihihi” katanya sambil mengecup kening sang pria

“yaaa sampai ketemu nanti malam hehehe”

Sang pria pun meninggalkan wanita itu dan bergegas menuju lokasi yang diberikan oleh si pengirim pesan.
=======########=======​

Aku baru saja selesai me-wawancarai seorang tokoh masyarakat dan cukup puas saat mendengar ulang wawancara tadi yang ku rekam. Setelahnya aku bersiap-siap dan membereskan alat-alat yang kugunakan dan langsung pamit kepada tokoh masyarakat tersebut. Setibanya aku diluar rumah sang narasumber aku melihat Wahyu yang baru saja sampai.

“Kemane aja brow, telat lau” kataku kesal

“waah maaf maaf Zaa, ada urusan mendadak tadi”

“yaudeh udah terlanjur, nih rekamannya. Lu edit rekamannya, soalnya tadi ada beberapa pertanyaan yang kayaknya kurang pas dan tadi ada beberapa gangguan jdnya agak kepotong-potong”

“sama lu sekalian bikin laporannya yaa hahaha” lanjutku

“banyak banget Za, gak siap aku kalo sebanyak itu, mana deadline-nya tinggal beberapa hari lagi kan” jawabnya sambil mengeluh

“yeeee pake protess lagi, narasumber udah gue yang nyari, gue juga yang nge-wawancara-in. trus nanti lu ngapain kalo cuman ngedit doang?”

“Mau gua kasih nilai 60 di penilaian teman kelompok?” gertakku

“ehh jangan-jangann, nanti apa jadinya nilaiku kalo tugas ini aja dapet nilai jelek, yaudah gue deh yang ngerjaim sisanya” jawabnya agak gugup

“naaah gitu dooongg, udah yaaakk gua duluan yak yuu, ada urusan nih”

“oke Zaa, ati-ati”

“oiya yu satu lagi, kalo bisa senin besok udah kelar yak biar cepet kelar”

“wadduuhhh, okedeh Zaa, tapi nanti kasih gue nilai 100 ya hahaha”

“maksimal 85 dodool hahaha, yaudah yu duluan” kataku sambil berlalu dari pandangan wahyu

“KAMPREETTTTT si Faza emang, gua pake juga nih Zahra baru tau rasa dia” umpatnya dalam hati.

Wahyu akhirnya kembali ke kosannya dengan perasaan kesal karena banyak tugas yang harus diselesaikan.
=======########=======

Aku sampai di depan kosan Hani. Aku kesini karena ingin meminta maaf karena kelakuanku yang sudah menyebar foto-foto yang seharusnya tidak dilihat oleh orang banyak.

“tok tok tok” ketukku di pintu depan kosan Hani.

Pintu dibuka oleh seorang wanita paruh baya yang kuduga adalah ibu kosnya

“nyari siapa ya mas?” tanyanya

“ada Hani bu?” tanyaku tanpa ragu

“oh Hani saya panggilin dulu ya mas, mas duduk aja dulu”

“iya bu terimakasih”

Setelah cukup lama menunggu Hani yang tak kunjung keluar juga, aku memutuskan untuk keluar sekedar mencari minuman dingin. Sekembalinya aku dari membeli minuman, aku melihat Hani yang tidak menggunakan jilbabnya berdiri di depan pintu depan kosannya dan aku melihat matanya yang berkaca-kaca saat melihatku sambil menutup mulutnya.





Sore itu, cuaca berawan dengan semilir angin menemani tiap orang yang sedang melakukan aktivitas pada sore hari itu. Sore itu bisa dikatakan sore yang cukup menenangkan hati bagi orang yang ingin beristirahat setelah melakukan aktivitas yang padat pada pagi dan siang harinya. Suara daun yang bergesekan satu dengan yang lain karena ditiup angin menambah kesan sendu pada sore hari itu.

Pada sore hari itu, sore yang tenang itu, sedikit terganggu oleh sepasang insan yang hanya bertatap-tatapan saling menunggu satu sama lain untuk memulai.

“Han” Aku membuka percakapan.

“…..”

Ia diam saja.

Kemudian, aku mendekat ke arah Hani dan ia mundur masuk ke dalam kosannya. Hani tidak berkata apapun saat kudekati dan masih menatapku dengan pandangan yang tidak dapat kugambarkan.

“Hani, aku minta maaf” kataku dengan terbata-bata. Aku jarang sekali meminta maaf ke orang lain, karena biasanya aku yang dimintai maaf.

“Zaa” katanya dengan kelu. “gue malu Zaaaaa, gue malu karena pake jilbab, gue malu karena pake jilbab tapi mereka semua udah liat semua” tangis Hani akhirnya pecah juga.

Aku yang melihatnya seperti itu, langsung mencoba untuk memegang kepalanya dan mengusap lembut kepalanya.

“JANGAN LO SENTUH GUE LAGI” bentaknya sambil nangis seraya menepis tanganku. “ini semua gara-gara elo Zaa, gak puas apa lo udah pegang-pegang dan netek di tetek gue, ga puas lo udah pegang-pegang dan jilat memek gue, bahkan elo gak puas udah merawanin gue??” umpatnya kepadaku yang tidak bisa kubalas.

“jawab Zaaaa, jawaaabb, elo gak puas udah ngelakuin semuanya ke gue? Sampe-sampe lo harus banget nyebarin foto gue di kelas. JAWAB GUE ZAAA!!” kemarahan Hani makin memuncak.

Aku masih belum mendapatkan kata-kata untuk membalas semua perkataan Hani, yang bisa aku lakukan hanya mendekatinya dan memeluknya dengan sangat erat.

“LEPASIN ZA, LEPASIN, ABIS INI PASTI ELO MAU NGELAKUIN ITU LAGI KAN” teriak Hani sambil berusaha melepas pelukanku.

“Engga Han, enggaa, gua gabakal ngelakuin itu lagi sekarang” jawabku sambil melepaskan pelukanku. “Haan, aku minta maaf, aku errrrghhh iseng pada waktu itu dan ingin tau reaksi temen-temen dikelas melihat kamu yang…..” perkataanku dipotong oleh Hani

“ISENG KATAMU?!!, KAYAK GITU DISEBUT ISENG??!!” Bentak Hani yang air matanya makin membanjiri wajahnya. “asal kamu tau Za, akibat KEISENGANMU itu, Wahyu tbtb mengirimiku video. “KAMU TAU VIDEO APA? VIDEO IA SEDANG MENGOCOK PENISNYA SAMPAI IA MENGELUARKAN SPERMANYA”

Aku kaget saat itu. Yang aku tau, Wahyu adalah anak yang baik dan tidak pernah kulihat dia tidak melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Apalagi ia terkenal cowok yang cupu dikelas yang bahkan untuk berbicara ke perempuan saja susah. Aku tak mengira bahwa Wahyu bisa melakukan hal tersebut. Aku langsung berkesimpulan bahwa Wahyu adalah psikopat dan PK (penjahat kelamin) saat itu.

Aku yang masih belum percaya oleh fakta itu, dikagetkan oleh Hani

“itu Zaa, itu yang bikin gue malu. Itu baru wahyu, belum cowok kelas yang lain, gue gatau cowok lain ngelakuin hal yang sama kayak wahyu apa engga” katanya dengan tangisan yang cukup deras.

Aku langsung memeluk Hani dan mengusap dengan lembut kepalanya.

“aku takut kalo aku masuk kelas, bakal di liatin dengan tatapan yang eerrrrggghhhh, aku jijik membayangkannya” “gimana Za perasaan lo kalo jadi gue” lanjutnya. Tangisannya semakin menjadi.

“Gue bakal ngelindungin lo dari cowok-cowok yang berani macem-macem ke elo” kataku mencoba menenangkan Hani.

“Gaperlu gue sama kata-kata lo itu Za, BASI” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku. “gue seminggu ini belom mau masuk dulu, gue masih malu sama anak-anak kelas” lanjutnya sambil berlalu menuju kamarnya dan meninggalkanku.

“Haniii” panggilku ku seraya mengejar Hani yang menuju kamar.

Hani yang tidak menggubrisku langsung masuk ke kamar dan membanting pintu tepat saat aku di depan pintu kamarnya.

“Haaaann, Haaaaannn, bukaaa” pintaku sambil mengetuk pintu kamar Hani.

Tak mendapat jawaban, langsung saja ku putar gagang pintu dan aku terkejut ternyata tidak terkunci. Aku langsung masuk ke kamar Hani. Aku melihat Hani yang meringkuk di kasurnya dan masih kudengar ia nangis sesenggukkan.

“Haann, kamu kenapa?” kataku yang seraya mendekati tubuh Hani dan berusaha untuk membangunkannya.

“Ngapain kamu Zaaa huhuhu, ngapain kamu masuukk” katanya sambil menangis dan bangun dari ringkukannya.

“kamu jangan kayak gini haaaan”. Aku merasa bahwa Hani bukan malu bertemu dengan orang-orang melainkan takut untuk bertemu orang lain.

“Haaaaaannn, maaaafffff, maaffffiiinn akuu. Aku bakal ngelakuin apa aja buat kamu asal kamu ga kayak gini” kataku sambil memeluk tubuhnya lagi, karena memang aku hanya bisa memeluknya untuk menenangkannya.

Hani yang menangis benar-benar membuatku merasa bersalah atas apa yang kulakukan. Memang hanya isenglah yang mendasariku untuk melakukan hal itu. Hani terus-terusan menangis di pelukanku dan aku mencium keningnya untuk menenangkannya.

“Zaaaa, aku takut zaaa”. Katanya di tengah-tengah tangisannya. “aku takuuttt” lanjutnya.

Aku belum begitu memikirkan kata-katanya itu.

Aku melepas sebentar pelukanku dan mencari tisu untuk membasuh air matanya. Setelah mendapatkan tisu, ku usap matanya dengan lembut untuk sekedar mengurangi wajahnya dari air matanya. Banyak sekali tisu yang habis untuk mengusap air mata Hani. Cukup lama Hani menangis dan selama itu juga aku berusaha menenangkannya.

Akhirnya tangisan Hani berhenti dan saat itu ia masih ada di pelukanku, ia masih erat sekali memelukku dan aku juga merasa cukup nyaman bepelukkan dengannya (ini baru modus, kalo yang tadi-tadi beneran tulus hahaha).

“Za, Zahra gapapa kamu sama aku kayak gini” katanya yang sekarang sudah memakai ‘aku-kamu’.

“gapapa laaah hahaha, Zahra bukan siapa-siapa aku kok” jawabku enteng karena memang begitu.

“loh kokk?? Bukannya kalian pacaran? Dan udah sering gituan juga kan?” katanya bertubi-tubi.

“iya memang kami sering melakukan itu, tau darimana kamu haha. Aku pernah mengajak ia berpacaran cuman aku ditolak, aku bukan tipenya katanya hahaha”

“Zahra kemarin cerita saat kamu nyebar gambarku ke grup kelas. Tapi kok bisa sih bukan pacaran tp sering gituan” tanyanya heran.

“udah Haaan, jangan dibahas mulu doong. Entahlah, tanya Zahra kalo itu hahaha” jawabku sambil mengusap lembut kepalanya.

“lah kamu sih kok mau?”

“yaa gimana ya Han, enak sih hahaha”.

Seketika itu juga Hani langsung melepas pelukanku dan langsung menyilangkan tangannya di dadanya.

“dasaarr, semua cowok sama ajaa. Kalo udah masalah cewek pasti gajauh-jauh dari itu” katanya yang men-judge bahwa semua cowok sama aja.

“enak ajaa, beda laah. Aku gamau disamain sama orang gatau malu kayak Wahyu. Mana ada orang waras ngirim videonya lagi coli ke perempuan. Perempuan macam kamu pula hadeuhh. Gahabis pikir aku sama dia”

“misal nih za posisimu lagi dikamar, sendirian, dan lagi gaada kerjaan apa apa, tbtb kamu dapet nih chat yg isinya misal siapa ya emmm Winda deh. Chat itu isinya Winda yang lagi gapake jilbab dan cuman pake BH doang. Kira-kira kamu bakal ngapain?” tanyanya dengan cukup berat bagiku. Sejujurnya karena aku pernah liat Winda yang bahkan telanjang, untuk sekedar melihat ia dengan BH ya tidak masalah buat juniorku.

“emmm, ya coli pasti sih han” jawabku dengan lemas

“TUHKAN BENER, BERARTI SEMUA COWOK SAMA AJA HAHAHA, KAMU UDAH GABISA NGINDAR LAGI ZA” katanya yang sudah kuduga bahwa ia pasti mengatakan itu.

“senggaknya aku masih waras, ga ngirim video coli-ku ke Winda” belaku.

“HALAH SAMA AJAA” jawab ia yang tidak mau kalah

“ehh ngomong-ngomong Winda udah kesini?” tanyaku yang langsung mengganti topik pembicaraan

“iya tadi siang, abis kuliah. Dan sebenernya pas dia pulang, 5 menit kemudian kamu datang”

“oiya kamu udah baca chat dia terakhir di hpmu belum?” tanyaku untuk memastikan dan mencegah pernyataan yg merugikanku.

“eh yang mana?” katanya sambil mencari HP-nya dan langsung mencari kontak Winda di aplikasinya itu.

“tuhkaaan, kamu jahat banget emang. Hiiiihhhhhhhhh” katanya sambil mencubit perutku dengan kencang. “Winda emang udah tau kalo aku udah ga perawan sih, td siang baru kucerita ke dia, tp ternyata dia udah tau duluan ya huhuuh” lanjutnya

“kamu cerita apa aja ke dia han?”

“Kok kamu kepo sih za hahaha” “eh kamu jd mau perkosa si Winda?”

“belum kesampean haha” jawabku singkat dengan sedikit terbata-bata karena telah berbohong.

“jangan ya Za please, dia bisa lebih stress daripada aku, aku dengan keadaan yang kayak gini gaakan bisa nemenin dia disaat-saat yang kayak gitu” katanya yang membuatku tertegun. Hani belum tau ternyata, bahwa si Winda sudah ku perawani dan bahkan bukan hanya denganku, tapi juga dengan Tama.

“iya Han, nanti kalo kamu udah sembuh bisa ya? Hahaha” kataku yang langsung mendapat tamparan di pipi.

“aaaaaahhhhh sakiiiittttt” rintihku.

“Han, nanti malem keluar yuk, kemana gitu nyari-nyari baju atau tas juga gapapa”. Aku mengajaknya karena ingin membuktikan dugaanku bahwa Hani bukan malu bertemu orang, tapi takut untuk bertemu orang lain

“eh jangaan dong zaa, rame kan pasti itu” katanya yang sedikit memperkuat dugaanku

“trus mau kemana kamu maunya?”

“emmmm makan aja yuk di deket-deket sini ajaa, jangan di tempat rame ya za, aku takut hehe” katanya yang semakin memperkuat dugaanku

“takut kenapa Haan, ada aku kaan. Tenang aja laaah” kataku dengan sangat sok.

“takutt zaaa” katanya yang lalu diam sejenak memikirkan sesuatu. “yaudah deh, tp janji kamu jangan pernah ninggalin aku”

“ya masa aku ninggalin sih Haan, yang bener aja hahaha. Yaudah ke Mall ya aku mau beli tas hehe, kamu juga kalo mau nyari-nyari jilbab juga boleh” kataku dengan senang karena Hani akhirnya mau.

“iya zaaa, nanti aku cari-cari juga dehh, kebetulan aku udah mulai bosen sama jilbab-jilbabku yang lama. Aku mau mandi dulu, mau ikut ga? Ajaknya yang membuatku terkejut

“serius nih haan hahaha, absen dulu deh, aku mau pulang aja buat siap-siap buat nanti jagain kamu” katakku yang menolak ajakannya

“halaah, yang beneerr nihh. Nanti nyesel loohh hahaha” katanya seraya mengambil handuk dan siap-siap masuk ke kamar mandi.

“eemmmm yaudah deh kalo kamu maksa” akhirnya aku luluh juga setelah melihat mukanya yang sangat menggoda itu telah masuk ke kamar mandi. Dan aku langsung melepas semua pakaianku dan menuju kamar mandi

“hahahaha dasaaarrr, sok sok an gamau kamu ya za” katanya yang sambil melepas semua pakaiannya dan menutup pintu kamar mandi saat aku sudah berada di dalam kamar mandi.

Dalam momen mandi bersama Hani pada sore hari itu, aku melihat Hani yang sudah ceria lagi. Kami bergantian menyabuni tubuh masing-masing. Saat giliranku menyabun punggung Hani, tentu saja kuambil kesempatan untuk sedikit meremas payudaranya, dan ia sedikit terkejut atas perlakuanku dan tanpa sengaja memegang penisku. Ia yang penasaran bagaimana rasanya memegang penis, langsung saja ku ajari bagaimana memegangnya dan mengocoknya dengan pelan. Rasanya sungguh nikmat dikocok oleh tangan lembut Hani, dan aku menyuruh untuk memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Ia awalnya tidak yakin karena merasa jijik tapi kuyakinkan bahwa kalo jijik, cuci dulu dengan sabun lalu memasukannya ke dalam mulut. Hani menurut saja saat kuberitahu seperti itu. Hani mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan mengeluarkan dengan cepat. Rasanya aneh katanya.
Kuyakinkan lagi memang itulah rasanya (hahaha), dan kukatakan bahwa kelak ia juga akan melakukannya dengan suaminya. Ia tetap tidak mau melakukannya dan memilih mengocok penisku saja. Aku pasrah saja. Setelah beberapa lama aku mencapai klimaks dan langsung menyemprotkan spermaku di wajahnya yang memang jaraknya paling dekat dengan penisku. Aku yang telah mengeluarkan semua spermaku dengan isengnya langsung meratakan sperma ke seluruh wajahnya. Ia protes karena menurutnya itu sangat jorok dan langsung cuci muka.
Aku tidak mau kalah dengan Hani yang sudah membuatku mencapai klimaks, aku langsung menuju punggung Hani dan meremas payudaranya dari belakang, tidak lupa juga kuciumi lehernya yang putih dan itu dan salah satu tanganku turun ke vaginanya dan mulai menyodok-nyodok jariku ke dalam vaginanya. Cukup lama bertahan dengan posisi itu. Aku sempat ingin memasukkan penisku ke vagina Hani namun ia mencegahnya dengan alasan yang aku tidak tau juga. Akhirnya setelah sekian lama Hani mendapatkan orgasmenya dan kami langsung membersihkan tubuh satu sama lain dan selesailah momen aku mandi bersama Hani.

Setelah selesai mandi, aku memakai pakaianku lagi karena aku tidak membawa pakaian ganti.

“Haaan, aku duluan yaa” kataku ke Hani yang sedang memakai CD-nya.

“ehh bentar zaaa, aku mau ikut sekalian ke kosanmu, biar nanti langsung berangkat. Kamu gausah bolak-balik jadinya” katanya

“ohhh okeedeeehhh” kataku sambil melihat ia menggunakan BH-nya

“liatin apa kamu za hahah, mata tuh dijaga, jangan liat sembarangan hahaha” katanya mengejekku

“sembarangan gimana, kan ada di depan mataku, ya engga sembarangan laaah. Kamu juga yang ngasih hahaha” balasku

Setelah beberapa saat.

“udahh haaan, gausah dandan hahaha” kataku.

“ini tuh enggak dandan zaa, cuman pake lipstick kok, biar ga pucet bibirku hheheh” jawabnya.

Setelah Hani siap, kami langsung menuju kosanku untuk berganti pakaian. Aku sedikit lega karena Hani tidak bertemu dengan Winda yang kosannya dekat dengan kosanku.

“Loh kosanmu deket sama Winda ya Za? Baru tau aku” katanya sambil melihat kosan Winda.

“iya Han itu kan kosannya” kataku menunjuk kosan Winda. “yaudah Han, aku masuk dulu ya, kamu mau diluar aja atau mau masuk?” lanjutku.

“diluar aja deh Za hehe”

Aku sempat mengobrol sebentar dengan Tama yang sepertinya kaget karena aku membawa Hani. Setelah aku berganti pakaian dan mengambil beberapa uang tunai, aku sempat berpamitan dengan Tama dan kami langsung meluncur menuju mall yang sudah kami sepakati sebelumnya.
=======########=======​

“Zah, liat nih kelakuan pacarmu” kata seorang pria yang mengirimi Zahra sebuah pesan yang berisi video saat Faza sedang menggendong Winda sampai Faza mendapat tamparan dari Winda akibat tindakannya.

Membutuhkan waktu beberapa lama dan akhirnya pesan itu dibalas oleh Zahra.

“terus kenapa bro kalo dia kayak gitu? Emang ada urusannya dengan situ? Gaada kan? Yaudah jangan campuri urusan orang lah yaa” jawabnya dengan padat dan jelas.

Pria itu cukup tertohok dengan balasan Zahra. “okedeh Zah, ati-ati sama Faza, kayaknya dia tidur sama cewek lain deh, biar adil kamu juga tidur dong sama cowok lain hahaha, aku siap loh” katanya.

“yakin siap? Kalo liat pacarmu di tidurin sama Faza siap ga?” jawab Zahra yang cukup mengagetkan sang pria.

“waaaah berani juga ya kamu. Liat saja nanti kalo Faza sampai menyentuhkan jarinya ke pacarku, kamu siap-siap aja merasakan kenikmatan dari senjataku” balasnya dan mengirim gambar penisnya ke Zahra.

Zahra yang jijik dengan gambar yang ia kirim, langsung menutup dan menghapus pesan itu.

“Za, aku punya cerita tentang Tia nih, kamu bisa ke kosku malem ini?” ia mengirim pesan ke Faza

Pesannya pun tak kunjung dibalas oleh Faza dan ia memutuskan untuk tidur.
=======########=======​

Aku dan Hani sampai ke Mall dan melihat mall tersebut ramai sekali (ya iyalah namanya juga mall, kalo sepi mah namanya gang ya hahaha) *lupakan tulisan barusan* lalu mencari tempat parkir dan masuk ke mall tersebut. Raut wajah Hani yang sepanjang perjalanan biasa saja dan cenderung cerewet, berubah menjadi kaku dan menjadi pendiam. Hal ini langsung diketahui oleh ku dan aku langsung menggandeng tangannya seraya memeluknya dari samping sambil jalan mengelilingi mall.

“Han, mau langsung nyari jilbab atau makan dulu?” tanyaku.

“eeeehhh iya za iyaa aku nyari jilbab” jawabnya yang tidak nyambung dengan pertanyaannya.

“Haaann, kamu gapapa?” tanyaku sedikit khawatir. “tenang haan ada akuu” lanjutku

“aku gapapa kok zaa hehe seriusan gapapa, hayu lanjut nyari baju buat kamu, katanya kamu nyari baju kan?”

“tuhkan kamu inimah kenapa-kenapa namanya. Yaudah deh, kita cari makan dulu biar kamu tenang sebentar”

“ehhh kenapaa, hayu cari baju dulu biar cepet pulang” katanya dengan raut wajah yang sedikit ketakutan.

“engga engga. Kita makan dulu aja biar pas muter-muter enak, dan aku bukan nyari baju Han, tapi nyari tas dan kamu katanya tadi mau nyari jilbab kan?” kataku yang sedikit memaksa Hani. Memang tujuanku mengajak Hani ke mall ini adalah membuat Hani bertemu dengan banyak orang pasca kejadian fotonya yang tersebar. Sepertinya ia mengalami shock berkepanjangan yang nantinya apabila ia tidak diginikan akan berbahaya bagi dirinya.

“Please zaa, kita buruan pulang yukk” katanya seraya mempererat genggamannya.

“Engga haaan, kita makan dulu abis itu kita nyari jilbab buat kamu, abis itu kalo kamu mau pulang ya kita pulang” kataku dengan menggandeng Hani dan mencari-cari tempat makan di mall itu.

Hani akhirnya nurut saja dan menggenggam tanganku erat sekali. Aku yang sadar, terkadang memeluk dan mencium keningnya agar sedikit tenang dan Hani tidak protes saat ku begitukan.

Kita akhirnya mendapatkan tempat makan, dan memesan makanan sesuai selera. Aku yang awalnya ingin memposisikan duduk di depan Hani karena memang saat dengan Zahra, kita selalu memilih posisi depan-depanan saat makan, tetapi Hani mencegahku sehingga posisi kami bersebelahan. Hani benar-benar takut di tempat keramaian seperti ini. Bahkan saat ia ingin ke toilet, ia meminta untuk aku ikutan masuk ke kamar mandi cewek dan menunggunya di dalam. Tapi aku maklum karena ini semua adalah salahku dan aku harus bertanggung jawab untuk membuat Hani menjadi normal kembali.

Setelah selesai makan, kami langsung menuju pusat busana muslim di mall itu, dan akhirnya ia sedikit bisa lepas dari gandenganku saat memilih-milih jilbab yang ingin ia beli dan memintai ku beberapa saran jilbab mana yang cocok dengannya.

“za, cocok mana biru bunga-bunga yang ini apa yang ini?” tanyanya dengan wajah yang sudah berubah, dan aku senang melihatnya.

“yang ini Han, waranya lebih lucu hahaha, cocok sama kamu”

“kalo yang merah ini sama yang ini, bagusan yang mana?” tanyanya lagi dengan ceria. “yang ini Han” jawabku singkat seraya menunjuk salah satu jilbab yang dipilihnya.

Hani akhirnya bisa melepas gandengannya denganku dan aku cukup senang karenanya. Hal itu terjadi saat ia ingin membayar jilbab yang sudah dipilihnya di kasir yang jaraknya cukup jauh dari posisinya saat ini. Aku yang melihatnya sudah cukup ceria, dan hanya mengikuti dari belakang menuju ke kasir.

“eh Faza ada disini ternyata” seorang pria menyapaku.

“eh wahyu, kesini juga lu malem ini hahaha” jawabku sekenanya. “sama siapa yu kesini?” lanjutku

“itu sama Tia, dia lagi nyari gamis” katanya sambil menunjuk Tia yang lokasinya tak jauh dari posisi kami sekarang

“oooohhh sama Tia” kataku yang cukup terkejut karena Tia bersama Wahyu. Aku penasaran hubungan apa antara Wahyu dan Tia. “pacaran lu sama Tia?” tanyaku langsung to the point dengan singkat, padat dan jelas.

“hehehe iya za, omong-omong kamu sama siapa kesini” tanyanya.

Pertanyaan itu yang paling tidak ingin ku dengar keluar dari mulutnya. “sama Zahra yu, tp dia lagi ke kamar mandi” jawabku bohong aku tak mau statusku sebagai pacar Zahra yang disematkan oleh teman-teman sekelas hancur. Walaupun memang ada beberapa orang yang sudah tau kalo aku tidak berpacaran dengan Zahra, namun biar orang-orang tertentu sajalah yang mengetahuinya. Zahrapun berpikiran seperti itu saat kami sepakat untuk pura-pura berpacaran.

“ooohhh” katanya sambil menyapu pandangannya ke sekitarku seperti tidak percaya dengan omonganku. “ehhh ada Hani tuh Za. Wah dia ngapain ya pake jilbab toh kita semua udh liat dia tanpa jilbab” katanya yang membuatku sedikit jengkel

“eehhh mana mana si Hani” kataku pura-pura kaget melihat Hani. Aku lega karena antrian cukup panjang yang memberiku waktu untuk berurusan dengan si kunyuk ini dan mencegah Hani bertemu dengannya. “Jika sampai Hani bertemu dengannya, maka Hani tidak akan sembuh karena ia memberi tambahan trauma ke Hani” pikirku

“itu ituu, lagi ngantri, abis beli jilbab kayaknya deh itu. Sama siapa dia ya kesini hahha” katanya yang membuatku sedikit curiga dengan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Beruntung aku melihat Tia sedang melambaikan tangan kearahku dan tentu saja aku langsung saja memberi tahu wahyu bahwa Tia memanggilnya.

“Yu, jangan lupa tugas kita dikerjain. Senen dikumpulin, gue mau ada urusan sama dosen itu”

“iya zaa tenang, tadi udah sempet edit kok sedikit, nyicil-nyicil yaa” katanya seraya jalan menjauhiku dan menuju Tia.

“Tia, hahahaha. Perempuan yang awalnya menjadi perempuan kedua yang merasakan keganasan juniorku nyatanya sudah diambil orang lain dan sepertinya mereka sudah melakukan itu” gumamku.

Aku yang masih merasa beruntung karena walaupun tidak mendapatkannya, namun sebagai gantinya aku merasakan Hani dan Winda. Selagi asik bengong, aku dikagetkan oleh Hani yang sudah selesai membayar jilbabnya.

“Han abis ini mau kemana?” tanyaku

“loh katanya kamu mau nyari tas? Gajadi tah?”

“kapan-kapan deh yaa, tas mah bisa kapan aja nyarinya hahaha, dan kayaknya tadi sekilas juga jelek-jelek modelnya huhu” kataku karena masih khawatir apabila saat mencari tas malah bertemu dengan wahyu dan menggagalkan tujuanku membawa Hani kesini.

“oalaaaah, beneran nih gajadi? Trus mau kapan lagi nyarinya?”

“iyaa gak sekarang dehh, gatau juga mau kapan haha, nanti aja lah, tas-tas ku juga masih bagus” kataku seraya menggandeng tangannya. “yuk pulang, atau mau beli apa lagi?” lanjutku

“Za, aku mau beli baju hehe, stok bajuku berkurang karena kamu kemarin kan ngerusak satu huhu” katanya sambil memasang muka sedih.

“ehh iyayaa, maaf dehh. Aku beliin ya buat ngeganti?” kataku.

“eehhh bukan, maksudku bukan itu. Gausah dibeliin za haha, aku bisa beli sendiri kok”

“yee mau dibeliin gamau, ya udah deh” jawabku langsung menggandeng tangan Hani.

“halaah, kalo niat beliin mah gausah sok-sok tanya hahahaha” katanya sambil kami berjalan mencari-cari baju.

Setelah dapat kami langsung menuju ke kasir dan aku yang membayar bajunya. Awalnya memang Hani menolaknya, tp aku tetap memaksa dan ia mau juga pada akhirnya.

“mau kemana lagi nih” kataku

“eskrim yuk za hehehe” ajaknya

“okedeh yukk” jawabku sambil berjalan menuju tempat eskrim.

Tanpa Faza sadari, Wahyu tetap mengawasinya semenjak ia pergi karena Tia memanggilnya, dan ia beberapa mengambil beberapa foto menggunakan HP-nya untuk nanti dikirim ke seseorang.

“hahaha dasar playboy cap kampak, pake boong lagi. Kalo Zahra tau dia jalan sama Hani, setelah kemarin sama Winda kayak gitu gimana ya kira-kira?” gumamnya sendiri dan ia langsung mengirim foto itu ke Zahra.

Kesibukan wahyu, diganggu oleh panggilan Tia yang sudah selese membayar belanjaannya.

“Yuk yang pulang” ajak Tia kepada Wahyu

“yuk” jawabnya singkat

Di parkiran mall

Aku dan Hani berjalan mencari sepeda motorku yang aku lupa parkir di sebelah mana (geblek emang).

“Han, eskrimnya enak yah ahaha, tau gini tadi aku beli dua kayak kamu” kataku sedikit menyesal sambil menyapukan pandanganku untuk mencari motorku

“muehehehe, iya dooonggg, soalnya aku pernah sama Winda kesini waktu itu dan emang nyesel karena belinya cuman satu, makanya sekarang aku belinya dua” katanya. “Zaa, itu tuhhh helmnya mirip sama punyamu” katanya sambil menunjuk sepeda motor disebelah sana.

“yeeh pantesan langsung beli dua gitu, eh iya ituuu” akhirnya kami menemukan motorku.

Sesampainya di motorku, aku langsung pakaikan helm ke Hani (tak lupa juga aku pakai helm), aku menaiki motorku dan menyalakannya.

Sesaat setelah aku menyalakan motorku, Wahyu datang bersama Tia sambil menunggang motor

“woe zaa, haan kita duluan yaaa” kata Wahyu sambil berlalu

*DEGG* kejadian ini sangat tidak kuharapkan dan aku sekilas melihat senyuman licik di bibirnya. Aku langsung melihat Hani dan kejadian yang aku takutkan tidak terjadi karena raut wajah Hani tidak berubah sama sekali saat melihat Wahyu.

“kamu kenapa za ngeliatinnya gitu amat? Aku secantik itu apa? Hahaha” katanya sedikit meledekku

“iya han, kamu cantik banget malem ini” jawabku sedikit gombal.

“hasyaaahh bisa aja kamu ya” katanya sambil sedikit menyubit hidungku.

Aku langsung mengeluarkan motorku dan mempersilahkan Hani untuk naik. Dan kami pulang menuju kosan Hani. Selama perjalanan, tidak semenarik saat berangkat mungkin karena Hani yang sudah capek dan mengantuk. Aku hanya merasakan pelukan Hani saja dari belakang dan tidak mendengar apapun dari mulutnya.

Sesampainya di kosan Hani

“Za mau nginep disini ga? Hehe” katanya sambil turun dari motorku

“heh? Emang boleh Han sama ibu kosmu?” tanyaku yang kaget atas ajakannya

“Ibu kosnya lagi enggak dirumah kok za, tadi siang pas kamu ke sini dia kan lagi siap-siap buat pergi”

“eh tapi nanti gimana sama tetangga kosmu?”

“jam segini mah mereka udah pada tidur pasti hahaha, anak sosial yang ngekos disini mah anaknya baik-baik, tidurnya pada cepet semua haha, aku doang yang dari sains ngekos disini” “ya mau ya zaaa, please please please, besok pagi-pagi banget kamu pulangnya biar ga keliatan sama anak kos. Aku bangunin dehh” katanya yang sedikit memaksa.

“okedeh Han hehe” aku tidak mengharapkan apa-apa karena memang aku cukup capek hari ini.

Aku memasukkan motorku ke tempat parkir kos itu dan langsung masuk secara was-was kedalam kamar Hani. Hani cekikan melihat tingkahku.

“ngapain si zaaa hahaha, lucu banget” katanya sambil cekikikan.

“sshhhhh nanti pada bangun” kataku yang langsung merebahkan diri di kasurnya. “ada karpet Han atau selimut gitu?”

“buat apa za?” katanya sambil melepaskan bajunya dan mengganti dengan baju yang baru saja kami beli

“buat tatakan aku tidur di lantai” kataku

“Faza, bagus ga?” tanyanya sembari memakai baju barunya
Hidden Content:
Anda harus like agar dapat melihat konten ini.
“waah pilihanku emang bagus deh hahaha” jawabku yang terkesima dengan Hani

“yeee enak ajaaa, aku kok yang milih weeekkk” katanya sambil memeletkan lidahnya ke aku. “beneran cocok kan za? Hehe” lanjutnya lagi.

“iyaaa cocooookkkk” kataku.

“Faza, kalo gini gimana menurut kamu?” katanya sambil menunjukan dirinya yang memakai jilbab merah barunya.
Hidden Content:
Anda harus like agar dapat melihat konten ini.
Aku tak bisa berkata apa-apa karena memang saat itu Hani cantik sekali. Sebenernya aku tidak peduli ia menggunakan jilbab apapun, semuanya cocok dengan dia.

“cantik han hahaha” jawabku singkat

“hihhh beneraaaannn, mukaku bulet banget pake jilbab ini huhu” katanya kecewa

“yaelaah haaan, gapapa kaliii malah bagus keliatan gendut, kamu tuh kurus banget tau ga?” kataku sambil bangkit dari kasur dan menuju ke Hani

“tapi kan……” katanya yang tertahan karena aku mencubit pipinya karena gemas

“aauuuuww sakit zaa” katanya sambil memegangi pipinya. “NAKAL” bentaknya

“hahaha, abisan mau kamu gendut kek, mau kurus kek, masih cantikk” kataku. “tapi jangan kekurusan juga, gaenak diliat” lanjutku

Dia hanya menngembungkan pipinya dan mengganti jilbabnya dengan jilbab biru barunya.

“kalo ini gimana za?” katanya sambil memutar-mutarkan badannya untuk mengibaskan jilbabnya yang cukup lebar itu.
Hidden Content:
Anda harus like agar dapat melihat konten ini.
“CANTIK” kataku sambil memberi dua jempol ke arahnya.

“ahhh minta pendapat ke kamu gaada gunanya huhu, semuanya dibilang cantik” protesnya

“lah emang beneran kokk. Lagian salah kamu juga minta pendapat ke cowok, pasti cowok mah bilang kamu cantik, cowok manapun, yang normal pasti bilang kamu cantik” kataku sambil bergombal ria.

“bohong laaaaaahhh emmmmmhhhhh” katanya yang tertahan karena aku segera menyergap bibirnya.

“udah yuk Han tidur, udah malem nih aku capek hahaha”

“iya za heheh, maaf yaa malah minta kamu liatin aku lagi nyoba-nyoba jilbab baru” katanya sambil melepaskan jilbabnya

“iyaa Haaan gapapa kokk, wajar haha, udah yuk tidur” ajakku. “eh ada tiker ga Han? Drtd ga dijawab aku nanya huhu”

“ngapain pake tiker, udah gapapa kamu tidur bareng ajaa” katanya sambil berganti pakaian menjadi pakaian santai untuk tidur

“gapapa nih? Aku ngorok lohh, nanti kamu gabisa tidur”

“gak papa” jawabnya singkat sekali

Kami pun tidur bersebelahan dan saling bertatapan. Awalnya rasanya canggung sekali. Walaupun aku pernah tidur dengan Winda, namun itu karena kami kecapean karena bertempur dan kasus dengan Hani kali ini berbeda dengan Winda. Aku hanya diam dan memandanginya dan ia hanya tersenyum.

“kenapa han senyum-senyum, aku seganteng itu apa hahaha” kataku dengan pedenya

“najong ihh hahaha” jawabnya mengelak

“abisan senyum-senyum gitu kan serem liatnya” kataku yang tidak ia balas.

Hani mulai membalikan badannya dan memundurkan badannya agar bisa ada di pelukanku. Aku yang sadar gerakannya, sedikit membuka badanku dan aku memeluknya dari belakang. Di posisi ini aku sedikit mengambil kesempatan untuk meremas kecil payudaranya. Hani mengerang kecil dan memberi kode bahwa ia tidak mau melakukannya karena capek dan ia hanya ingin tidur dengan posisi ini. Aku yang memang tidak mengharapkan apa-apa akhirnya hanya mencium kepalanya dari belakang dan kami akhirnya tertidur.
=======########=======

Di suatu tempat

“makasih ya sayang hehehe” kata seorang wanita sambil turun dari sepeda motor dan langsung mencium kening sang pacar. “sayang mampir dulu yaa bentar, aku punya perasaan gaenak nih drtd kayak ada yg ngikutin kita terus” lanjutnya

“aku absen dulu deh sayang huhuhu, aku banyak tugas nih gara-gara si Faza kampret itu” tolak sang pacar. “aku juga ada beberapa urusan nihh urgent” lanjutnya

“ayooo dong yaaaang, bentar aja pleaseeee” paksa sang pacar. Tapi ada daya sang pria menolaknya dan akhirnya pergi dari kosan wanita itu.

“hhhhhhh perasaaanku bener-bener gaenak” gumamnya sambil masuk ke kosan dan melangkahkan kakinya ke kamar.

Setibanya di kamar, dia kaget karena lampu kamarnya mati dan memang seingatnya, lampu kamarnya sengaja dihidupkan saat sebelum berangkat. Karena saklarnya yang cukup jauh dari pintu, ia masuk tanpa menutup pintu karena memang kamarnya yang sangat gelap.

*JEGREG* suaru pinta ditutup sesaat setelah lampu menyala.
Alangkah terkejutnya sang Wanita itu karena langsung disekap dari belakang oleh laki-laki yang ia tau adalah Tama, teman sekelas dari pacarnya. Selain Tama yang menyekapnya, si wanita melihat ada satu orang lagi di depan pintu dan sedang mengunci pintu itu yang ia tau adalah Dimas, teman sekelas dari pacarnya juga. Tama langsung merebahkan tubuh sang wanita ke kasurnya.
"Ampunnn, lepasin ak....... eeeemmffhh" pintanya yang tertahan karena bibirnya disumpal oleh Tama.

Dimas langsung menyiapkan kamera untuk merekam semua kejadian yg akan terjadi. Ia lalu menaruh kamera tersebut tidak jauh dari pintu karena memang letak pintu yang strategis karena berada di depan kasur sang wanita. Setelah selesai bersiap-siap, dimas membuka semua pakaiannya dan membantu temannya yang sedang mencium dengan ganas si wanita. Ia langsung berusaha melepas celana dan celana dalam si wanita itu. Dengan mudahnya celananya lepas langsung memberi kode Tama untuk sedikit bergeser. Setelah mendapatkan posisi yang diinginkan. Ia langsung menerjang vagina sang wanita dan menjilatinya dengan penuh nafsu.

"Eeeemmffhhh emmmffhh emmmffhhh" desah si wanita sambil kelonjotan karena mendapat rangsangan di bibir dan di vaginanya.

Bosan bermain bibirnya dan melihat celana si wanita sudah lepas, ia melepaskan ciumannya dan langsung berusaha melepas baju si wanita.

Si wanita tidak bisa berbuat banyak untuk menahan agar pakainnya tidak lepas karena Tama cukup kuat dan dirinya masih harus menahan gejolaknya karena rangsangan di vaginanya.

"Wuihh, mantep juga teteknya neng. Sering di kenyot sama pacar ga nih?" Kata Tama girang dan langsung menerjang payudaranya.

Ia memilin-milin puting kanan si wanita yang berwarna coklat muda itu dan menjilat-jilat putting kirinya. Ia secara bergantian melakukan hal itu ke kedua payudara si wanita.

"Aarrghhhh ampuuunn apa salahku ke kaliaaann uurrrggghhh" erang si wanita menahan gejolak karena mendapat rangsangan di payudara dan vaginanya.

Kedua pria itu tidak menggubris erangan si wanita, malah dimas semakin ganas dalam mempermainkan vaginanya, ia mencubit-cubit klitorisnya dan menusukkan lidahnya kedalam vagina.

Puas bermain dengan payudara si wanita, Tama langsung melepas jilbab sang wanita dengan mudahnya. Leher putih si wanita kini terekspos dan langsung dijilat-jilat oleh Tama dan sambil meremas payudaranya cukup kasar

"Uuurrrrrrggggggghhhhhhhh aaaaaaaahhhsssssssssss" desahan si wanita yang mendapatkan orgasme pertamanya.

"Weeehh banjir boossss hahaha" kata dimas girang.

Mendengar temannya mengatakan hal itu, Tama melepas dekapannya dan melepas semua pakaiannya, dan penisnya yg sudah tegang diperlihatkan ke wanita itu.

"Tam, gue duluan yakk hahaha, gue udah gatahan nihh" pinta dimas

"Lu dibawah yak dim"

"Hah? Maksudnya" kata dimas bingung

"Udehh gausah banyak tanya cepetan tiduran hahaha"

Dimas lalu rebahan disebelah wanita yang masih menahan sisa-sisa orgasmenya. Tama lalu mengangkat tubuh si wanita dan meletakannya di atas Dimas.

"Weehh ini maksudlu Tam hahaha, trus lu mau ngapain?" Tanya dimas bawel sekali

"Lu gausah banyak omong hahaha, udah itu tinggal tusuk ajaa" jawab Tama sedikit kesal.

Dimas lalu mengarahkan vagina si wanita menuju penisnya yang sudah kokoh berdiri lalu menusuknya dengan keras

"Aaaaahhhhhhhhh emmmmmm" desah sang wanita yang sepertinya sudah takluk.

Selagi Dimas menggenjot tubuh si wanita, Tama memegang kepala si wanita dan mengarahkannya ke penisnya. Si wanita yang awalnya menolak untuk mengulum penisnya, langsung ia tampar dan akhirnya wanita itu terpaksa mengulum penis Tama.

"Aaahhhh gileeeeee wahyu untung banget nihh dapet jatah kayak gini" desah Tama yang keenakan.

5 menit Tama mendapatkan servis dipenisnya, ia memutuskan untuk memberhentikannya dan langsung meminta Dimas untuk memutar badan si wanita ke arah kamera. Setelah itu, dia langsung menuju pantat si wanita itu. Dimas melihatnya dan langsung mengarahkan tubuh si wanita agar menunduk dan segera ia cium bibirnya.

"EEEEMMMMFFFFHHHHHHHH" desah si wanita yang cukup keras karena ada benda keras yang menusuk duburnya.

"Gileee sempit bangetttt aaaaaahhhh" desah Tama. "Wahyu belum pernah make ini lu ya hahaha" lanjut Tama yang sambil menampar pantat si wanita.

"Eeeemmmmm, aaaaaahhhhhhh ampuuunnnn eeeeerrrggghhh" desah sang wanita yang lepas dari ciuman Dimas.

Tangan sang wanita ditarik oleh Tama menyebabkan tubuh sang wanita agak sedikit berdiri yang menyebabkan mukanya terekam oleh kamera.

Cukup lama mereka berdua mengenjot tubuh si wanita di vagina dan di duburnya. Dimas mencapai orgasme duluan. Sebenernya, dimas tidak mau mengeluarkan spermanya di dalam vagina, tetapi karena badannya tertahan oleh tubuh si wanita yg masih digenjot oleh Tama, ia mengeluarkan spermanya yg cukup banyak itu di dalam.

"Aaaaahhhhhaaassshhhhhh" desah Dimas sambil menyemprotkan spermanya.

"Lah cepet amat dim hahaha" ledek Tama.

"Gak kuat gue, enak banget asli memeknya walaupun udah ga perawan"

"Cupu ah hahaha" katanya sambil meningkatkan ritme genjotannya.

"Tam, tam berhenti dulu, gue udahan dulu haha, istirahat buat ronde kedua"

Tama menghentikan genjotannya dan Dimas melepaskan penisnya dan beristirahat sambil melihat pertarungan antara Tama dan si wanita.

"Aaaaahhhh udaaaahhhhh, cukupppp aaaaaaaaarrrhhhhgggg saakiiittttt aaaaarrrrgggghhh" erang si wanita yang sudah cukup lelah.

"Aaaaaaaaarrrrrrgggghhhhhhhhhhh" erangnya yg mencapai orgasmenya.

Wanita itu ambruk, namun Dimas lalu menarik kepalanya dan memasukkan penisnya yg masih lemas itu ke mulut si wanita.

"Eeeemmmmm" desah si wanita sambil menjilat jilat penis Dimas dan sempat mengocoknya juga.

Sepertinya si wanita sudah benar-benar takluk oleh kedua pria itu.

Tama semakin lancar dalam menggenjot dubur si wanita karena duburnya sudah cukup beradaptasi dengan penis yg masuk walaupun masih sangat sempit. Beberapa saat setelahnya Tama mendapatkan orgasme menyemprotkan spermanya kedalam dubur si wanita.

Tama mencabut penisnya dan beristirahat sambil melihat Dimas sedang di beri servis oleh mulut si wanita.

Dimas sudah tegang lagi dan mencabut penisnya dari mulut wanita itu dan siap-siap menyodok vaginanya dengan gaya doggy. Dimas menggenjot dengan kecepatan sedang dan tak lama ia orgasme lagi.

Beberapa kali Tama dan Dimas menggarap tubuh si wanita itu secara berantian dan sudah tak terhitung berapa kali si wanita orgasme. Keduanya berhenti sampai sang wanita ambruk dan pingsan karena kelelahan.
=======########=======​

Zahra terbangun pada pukul dua pagi. Ia langsung menunaikan kewajibannya karena tadi belum dilakukan karena tertidur. Setelahnya ia mengecek hp-nya dan belum mendapati pesannya dibalas oleh Faza.

“kemana ya dia, tumben belum bales chat-ku” gerutunya. “ini lagi hhhh apaansih ni orang, ngirim-ngirm foto ajaa” katanya yang kesal kepada seseorang yang mengirim gambar.

Pesan itu dibuka oleh Zahra dan melihat bahwa Faza bersama Hani di suatu pusat perbelanjaan.

“ooohhh lagi sama Hani yaa. Hhhhhh emang ya cowok tuh sama aja semuanya, gadapet satu cewek pasti nyari cewek lain yang mau. Gak mau usaha dasssssaaaarrr” gumamnya sambil melemparakn HP-nya ke kasur.

Zahra mulai menitihkan air mata. Ia berusaha mengusapnya berkali-kali dengan tujuan air matanya hilang, namun kenyataannya air mata itu makin deras keluar. Untuk menenangkan diri Zahra memutuskan untuk melakukan ibadah sunahnya pada malam itu.

Setelah selesai beribadah, Zahra memutuskan untuk tidur lagi karena cukup ngantuk saat itu, tidak lupa ia memasang alarm pada pukul lima pagi. Selagi ia berusaha untuk tidur, tbtb ia ditelfon oleh nomor yang tidak ia kenali. Ia sebenernya malas untuk mengangkat telefon, tetapi sang penelfon sepertinya tidak menyerah dan terus menelfon hingga belasan kali. Akhirnya Zahra gedeg juga dan mengangkat telfonnya.

“Halo, mas/mba bisa tau waktu engga? Ini jam setengah 3 pagi lohh. Mas/mba gaada kerjaan ya?” katanya di telfon sambil menyinyir.

“halo Zahra, selamat pagi. Senang sekali aku mendengar suaramu ini” katanya pria di ujung telfon. Suaranya cukup parau sehingga membuat Zahra takut

Zahra langsung saja menutup telfonnya. Tapi nomer itu menelfonnya lagi dan lagi. Zahra makin takut dengan hal itu. Untuk sekian kalinya, akhirnya ia mengangkat telfon itu lagi.

“INI SIAPA!!” bentaknya di ujung telfon.

“Nah gitu dong diangkat. Gausah marah-marah dong zaah, tenang aja hehehe. Aku belum mau ngapa-ngapain kamu kok” katanya. “aku lagi sebel sama pacarmu nih, selain dia ngasih tugas ke aku banyak banget, dia juga masa boong tadi. Katanya dia datang sama kamu tadi ke VenusMall, eh ternyata malah sama Hani.” lanjutnya

“terus kenapa? Masalah banget sih sama urusan orang? Itu kan pacarku bukan pacarmu. Urusin aja sana pacarmu, emang kamu yakin dia udah bener?” kata Zahra yang sudah tau siapa yang menjadi lawan bicaranya.

“pacar macam apa ya kamu hehehe, liat pacarnya jalan sama orang lain tapi masih tenang-tenang aja. Oiya zah, sekali lagi kamu bahas pacarku. Siap-siap perawanmu dikoyak-koyak oleh senjataku” ancamnya

“KARENA DIA UDAH IZIN SAMA AKU, DAN AKU PERCAYA KALO DIA GAAKAN NGAPA-NGAPAIN” bentaknya di telefon. “DAN SATU LAGI, SAMPE KAMU BERANI NYENTUH AKU, SIAP-SIAP AJA FAZA BAKAL NGELAKUIN APAPUN YANG KAMU LAKUIN KE AKU ITU KE TIA, DAN BISA SAJA LEBIH PARAH” bentaknya lagi seraya menutup telefonnya lalu menghempaskan dirinya ke kasur.

“Fazaaaa, kamu lagi ngapain sekarang. Kamu beneran ga ngapa-ngapain kan ya…. Aku butuh kamu sekarang huhuhu” gumamnya sambil meneteskan air mata. Zahra lalu meringkukkan badan dan menutup matanya. Setelah beberapa saat Zahra tertidur.

Di suatu tempat

“hahahah, berani juga dia, baiklah za, siap-siap liat pacarmu itu kenikmatan oleh senjataku dan kamu yang tidak bisa apa-apa akhirnya menyesal karena kau sudah berani-berani mengancamku untuk memberikan nilai jelek” katanya sambil tersenyum licik sekali.

Yang ia tidak tau adalah bahwa pacarnya baru saja selesai digarap oleh beberapa orang temannya yang memang sedang mengincarnya. Hal itu terjadi karena sang laki-laki yang tidak mau menemaninya dengan alasan sedang ada banyak tugas dan beberapa urusan. Padahal sang wanita sudah memberi tau kalo punya perasaan buruk saat ia pulang dari mall saat itu. Kalau saja ia tahu, ia akan menyesali alasan yang ia buat-buat itu seumur hidupnya.
=======########=======​

“HAHAHA TA*K EMANG SI FAZA TUH” kata seorang pria yang memuji temannya. “rencananya bener-bener mulus dah, bahkan terlalu mulus untuk disebut rencana”

“iyee ya si Faza tuh kalo udah ngerencanain sesuatu tuh bener-bener deh, trus Tam, ini video langsung dikirim ke Faza apa gimana?” kata teman sang pria tadi.

“jangan lewat internet ngirimnya Dim, bahaya. Mending besok pas kuliah dikasihin langsung aja pake flashdisk.” Jawab sang pria tadi sambil masih memandangi tubuh seorang perempuan yang sudah telanjang dan tergolek lemas setelah melewati pertempuran nafsu.

“gila banget ye si Wahyu. Bisa dia dapetin cewek se legit ini” kata teman pria. “dan dia udah merawanin lagi. Gilee emang” lanjutnya lagi. “Dim, beres-beres yuk”

“hayu hayu hahaha” jawabnya singkat

“Tam, emang gimana sih awalnya ini si Faza dendam sama Wahyu?” tanya teman pria itu di selang aktivitasnya membereskan peralatan.

“Gue sih gatau gimana awalnya, cuman tadi sore dia dateng bareng Hani ke kosan, gue kaget lah ya dia udah nidurin si Winda, eh sekarang malah boncengannya si Hani. Nah pas gua tanya kok bisa dia boncengan sama Hani, dia ngejelasin kalo ini buat ngeganti rasa bersalahnya ke Hani karena ia udah nyebar foto Hani gapake krudung ke grup kelas dan dia ngajak Hani ke mall” jelasnya.

“oalaaah itu dibajak ya, gue kira beneran salah kirim hahaha” jawab temennya

“yakali gadibajak Dim, mana ada cewek ngirim-ngirim gambarnya ke orang lain, yang gapake krudung lagi. Oke lanjut nih lu sih ganggu aja. Nah katanya, setelah fotonya nyebar, Hani cerita kalo si Wahyu ngirim video dia lagi coli ke Hani. COLI MEN COLI, gila kan si Wahyu” jelasnya lagi. “Nah si Hani katanya shock banget makanya si Faza pengen bales dendam. Karena gue sering liat Wahyu sama Tia berduaan, makanya gue kasih tau kalo Wahyu lagi deket sama Tia dan dia ngerencanain ini. Awalnya gue gak percaya si Wahyu bakal pergi ke mall kayak yg Faza omong dan nyuruh gue pergi ke kosnya Tia buat liat-liat keadaan. Dia bilang kalo malem ini si Tia ama Wahyu keluar, pasti si Wahyu gaakan nginep di kosan Tia. Ternyata bener dia pergi dan ajaibnya lagi, si wahyu beneran gak nginep di kosan Tia. Dia sebenernya cuman minta video si Tia ini ditelanjangin doang sih tp dia ngebolehin kalo sisanya terserah gue yaudah deh karena gue gabisa sendirian makanya gue minta elu buat temenin gue, bilang apa lu hahaha” lanjutnya

“makasih Tam hahaha, kapan-kapan lagi lah” jawab si temannya.

“selooooooo, pasti si Faza gaakan tahan sama memek satu cewek doang kok, pasti dia akan nyari lagi dan gue yakin dia bakal minta bantuan kita hahaha” kata sang pria. “asal lo tau dim, kemarin gue abis nge garap Winda sama Faza di kosan hahaha, gile kan si Faza bisa ngajak Winda ke kosan, jagoan dia” lanjutnya

“wuidihh gile yak padahal udah ada Zahra, Zahra kan juga lumayan itu. Jangan-jangan si Hani juga udah di garap yak” katanya kagum

“gue sih yakin udah hahaha” jawabnya mengakhiri.

“oke udah rapi semuanya kita cussss” kata sang pria sambil melihat-lihat keadaan sekitar kosan itu dan akhirnya mereka berdua selamat keluar dari kos itu.
=======########=======​


Pagi-pagi sekali Hani sudah bangun dari tidurnya. Awalnya ia kaget saat bangun tidur karena melihat ada tangan yang merangkul badannya. Tapi ia mencoba tenang dan mengingat-ingat kejadian malam harinya akhirnya ia sadar bahwa sedang tidur dengan Faza. Hani lalu membangunkan Faza untuk menjalani ibadahnya dan mereka melakukan ibadah bersama-sama.

“Za, sana kalo mau pulang hehe, makasih yaa buat kemarin” katanya seraya mencium keningku.

“wahh aku diusir nih ceritanya” jawabku

“iya kamu kuusir, sana pergi hahaha” katanya sambil bangkit dari duduknya.

“yaudah dehh, aku pulang kalo kamu usir” jawabku yang pura-pura pasrah

Aku membereskan barang-barangku dan bersiap untuk pulang ke kosku dan Hani mengeluarkan motorku dari garasi agar saat aku keluar dari kamarnya, aku langsung pergi saja dan tidak menimbulkan kecurigaan. Selagi menunggu Hani mengeluarkan motorku, aku mengirim pesan ke Tama

“Tam, gimana? Beres kan?” tanyaku lewat pesan.

Tapi pesan itu tidak kunjung dibalas dan aku berprasangka bahwa Tama ketiduran. Setelah itu aku mengecek beberapa pesan dan ada Zahra di salah satu pesan yang belum aku baca.

“Zah, maaf aku ketiduran huhu, ada apa nih? Aku kesana ya sekarang?” jawabku

Aku memang tidak mengharapkan jawaban dari pesan itu tetapi aku mendapatkan perasaan yang sangat tidak enak dan aku sedikit melamun karena menunggu Hani selesai mengeluarkan motorku. Aku dikejutkan oleh Hani yang mengagetkanku dari belakang.

“eeeehhhh, udah Han?”

“Udah nih, cepetan sana pulang nanti diliat sama yang lain hahaha” katanya seraya memberiku kunci motor.

“iya, iya ini pulang kok huhh” kataku yang pura-pura kesal

“hahaha”. Dia hanya tertawa manis sekali

Di sela-sela ketawanya, aku mencium bibirnya dengan lembut sekali. Tanganku tidak lupa untuk meremas payudaranya

“emmffhh” desahnya tertahan.

Sebentar saja kami melakukan itu karena memang hari makin siang dan penghuni kos lain sudah ada yang bangun.

“aku pulang dulu ya Han, nanti berangkat kuliah kan?” tanyaku ke Hani

“iyaa Za hehe, makasih yaa” jawabnya yang membuatku lega.

Aku langsung menuju keluar kos sambil mengendap-endap tentu saja karena takut terlihat oleh penghuni kos lain. Aku berpamitan lagi dengan cara mencium kening Hani, lalu menancap gas dan berlalu dari pandangan Hani. Aku tidak pulang ke kos tentu saja, Aku ke kosan Zahra karena mendapatkan perasaan tidak enak apabila aku tidak segera ke kosnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar