Kamis, 26 April 2018

Cerita Dewasa - Kisah Si Badan Babi (part 6)


"ANJING SAKIT BANGET" teriak Dimas setelah berhasil menendang perut Wahyu dan membuat Ia tersungkur.

Dimas berhasil menghindar dari pukulan batu Wahyu. Gerakannya lebih cepat walaupun ia harus mengorbankan salah satu kakinya untuk menendang Wahyu yang kehilangan keseimbangan akibat gerakan menghindarnya.

Kini Dimas hanya bisa meringis kesakitan sambil memegangi kakinya yang kelihatannya sedikit membengkak dan berwarna sedikit merah.

Wahyu lalu bangkit karena tendangan dari Dimas tidak cukup kuat untuk merobohkannya. Ia lalu bergerak menuju Dimas yang sedang meringis kesakitan.

"Percuma Dim, yang bisa nyelamatin kamu sekarang cuman kalo kamu balikin Tia ke aku dengan baik-baik. Kalo engga mau, mau ga mau aku bakalan rebut Tia dengan cara yg kasar. Kayak cara kamu ngerebut Tia dari aku"

"DASAR PENJAHAT KELAMIN, TIA GAK PANTES AMA LO"

"Emang kamu pantes buat dia?"

Pertanyaan itu membuat Dimas tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya memandangi Wahyu dengan wajah kesal sambil memegangi kakinya yang sakit.

"Tuhkan gabisa jawab. Kamu gak pantes juga buat dia. Jadi jangan sok-sok an"

*PLAK*

Wahyu menampar Dimas hingga tersungkur.

*BEGH*BEGH*BEGH*

Wahyu lalu menendang tubuh Dimas yang tak berdaya tanpa henti hingga akhirnya Wahyu capek sendiri.

"Kali ini kamu gaakan aku bunuh. Lain kali jangan harap bisa liat matahari lagi" ucap Wahyu sambil merapikan diri dan bersiap-siap pergi. "Tia lagi makrab di vila jeruk kan ya? Aku jemput ya dim" lanjutnya.

Seketika itu Dimas tersentak namun tak bisa bangkit dari posisinya saat ini karena rasa sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya.

"MAU NGAPAIN LO ANJING" ujar Dimas sambil berusaha bangkit namun tak bisa.

Wahyu hanya tersenyum licik dan menendang kaki Dimas yang sakit dan membuat Dimas berteriak sangat kencang karena merasakan rasa sakit yang amat sangat. Ia lalu mengambil HP Dimas dan mengirimkan pesan kepada Tia untuk menunggu di pekarangan penginapan sekitar jam 12 malam karena ia ingin menemuinya. Ia lalu melemparkan HP nya ke wajah Dimas.

"Tia bakal gue jagain dim. Tenang aja. Sampai jumpa di semester depan yaa" ujar Wahyu seraya meninggalkan Dimas.
==========######==========​

"Kapan atuh ajak main ke rumah Fazanya" ucap seorang Ibu kepada anaknya.

"Jauh atuh maah, Jakarta-Bogor. Kasian dia"

"Udah ada kereta kan? Cepet kok. Nanti dijemput di stasiun" ucap seorang Bapak kali ini kepada anaknya.

"Haaaa emmmmm iiihhh laaaa maaah paaaah. Maluu ihhh" ucap seorang wanita dengan wajah yang memerah.

"Ahahaha papa cuman penasaran aja sama orang yg udah bikin kamu senyum-senyum sendiri. Kan papa tau kamu tuh orangnya susah buat suka sama orang"

"Iyaa bener tuh kata papa. Mama juga pengen ketemu sama pacar kamu. Kan suatu saat dia juga bakal jadi bagian keluarga ini"

"Belum jadi pacar kok. Beneran deehhh" ucapnya dengan wajah yang kian memerah.

"Belum berarti akan dong kak hahaha" adiknya ikut meledeknya.

"Apa kamu dek. Ikut-ikutan ajaa. Lagipula, sms Hani aja ga dibales-bales sampe sekarang"

"Sabar nak, lagi ada kegiatan mungkin jdnya gabisa buka HP. Kalo dia udah buka HP pasti langsung dijawab kok sms kamu"

"Tapi kaan....."

"Gak ada tapi-tapian. Kalo nak Faza udah bales sms kamu, kamu harus ajak ke rumah ini"

"Iyy iyadeeh paaahh"

"Udah yuk makan dulu itu makanannya udah dingin.
==========######==========

Jam sudah menunjuk pukul 08.00 malam. Semua peserta beserta panitia berkumpul di lapangan untuk melakukan kegiatan api unggun. Dalam kegiatan api unggun ini adalah momen dimana semua peserta dan semua panitia membaur jadi satu. Nyanyi-nyanyi, baca puisi, kemudian pemberian benda yang saat outbond dititipkan oleh panitia penjaga pos. Aku dan Zakiyah yang telah mengalami kecelakaan, kurang bisa menikmati acara ini karena tiap kali kami ingin tenggelam dalam hiruk pikuk, rasa sakit di sekujur tubuh selalu menghalangi. Sehingga aku dan Zakiyah hanya duduk-duduk saja dan hanya menikmati momen ini seadanya.

"Za, masih sakit ya?" Ucap Mira kepadaku.

"Iyanihh haha, udah gapapa kalian ke sana ajaa. Aku sama Zakiyah disini aja"

"Serius nihh? Nanti Zakiyah lu apa-apain lagi hahaha" ucap Devi kali ini.

"Sialan lu Dev. Engga laah ramean gini. Kalo sepi baru deh hahahah" candaku yang diikuti gelak tawa seluruh kelompokku.

"Faza sama Zakiyah gapapa disini terus? Kalo misal masih sakit, balik ke kamar aja gapapa kok" Ucap seseorang wanita yang tiba-tiba datang menemui kami.

"Gapapa kok Mba hehe. Enak disini. Rame hehe" ujarku.

"Iyaa gapapa kok Mba Nayla, nanti malah kalo dikamar, aku di apa-apain sama Faza hahaha" ujar Zakiyah yang sekali lagi membuat seluruh kelompokku tertawa.

"Ahahaha. Oohhh yaudah deh. Kalo masih sakit nanti bilang ke divisi P3K aja yaa"

"Iya mbaa" ucapku dan Zakiyah bersamaan.

Akhirnya aku melihat Mba Nayla lagi setelah sedari tadi aku mencari-carinya. Aku tidak melihat tatapan kebencian atau apapun saat menanyai kami berdua. Aku semakin penasaran apakah alasan Mba Nayla menjadi ayam kampus, padahal yang aku tau ia adalah salah satu asisten di laboratorium salah satu mata kuliah di kampus, dan aku juga pernah dengar desas-desus bahwa ia merupakan anak dari salah satu anggota dewan di negeri ini. Permasalahan ekonomi sudah tak mungkin menjadi alasan. Jadi apa yang menjadi alasannya?

Balik ke cerita (haha)

Semakin larut, acara semakin keluar dari jalurnya. Api unggun semakin tidak memancarkan cahayanya dikarenakan kayu sudah semakin habis terbakar. Kini, banyak peserta yang sudah mengantuk dan bahkan sudah tertidur. Melihat hal itu Ka Jordi selaku ketua pantia memerintahkan kami para peserta untuk kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat karena kegiatan esok hari cukup banyak.

Mira, Mamat, Devi, Toni segera menghampiri kami yg ada di bagian belakang. Mamat dan Toni segera memapahku karena tidak sabar melihatku berjalan, begitu juga Zakiyah, ia digendong oleh Mira.

Sampai di kamar. Aku mendapatkan tempat spesial yaitu di kasur sendirian dikarenakan tubuhku yang masih terasa nyeri, sedangkan Mamat dan Toni tidur di lantai yg hanya beralaskan karpet. Sedangkan para wanita, tidur dengan posisi Zakiyah bersama dengan Mira sedangkan Devi bersama dengan Yanti.

Cukup lama setelah acara api unggun berakhir dan para peserta sudah berada di kamarnya masing-masing, namun aku masih belum bisa pergi tidur karena merasakan tubuhku masih nyeri dan karena tadi sempat tertidur di ruangan pantia pasca kecelakaanku. Aku yang sedang bengong, tiba-tiba mendengar suara berbisik.

"Tadi Yanti lu apain aja? Ucap salah satu suara.

"Kobel-kobel doang, sama gue ambil BH-nya"

"Anjirrr. Gue mau juga doong"

"Sabar cuyy"

Tiba-tiba kesunyian datang. Tak ada lagi bisikan-bisikan itu. Aku penasaran dan bangkit menghampiri suara tadi. Dan aku mendapati Toni dan Mamat sudah tidur. Aku yang merasa aneh, langsung pura-pura tidur dan akhirnya ketiduran beneran.
==========######==========

"Aaaahhhh mmmmhhh aaaahhhh" desah seorang wanita saat di genjot oleh sang ketua panitia.

"Aaahhh gilaa naayy enak bangett aahhh" desah sang ketua panitia.

Waktu menunjukkan sudah pukul 1 pagi, kedua insan ini sedang memadu kasih di antara teman-temannya yg sedang pergi ke alam mimpinya.

"Aaaaaahhhh" desah Nayla yang makin kencang.

"Sssttt nay aahhh jangan ssshh kenceng-kenceng aahhh. Nanti yang lain kebangun"

"Gabisaaa diii aahhhh. Enak banget punyamuu mmmhhh"

Jordi lalu mencium bibir Nayla sambil menggenjot tubuhnya.

"Ayooo naaayyy aaahhh sebelumm jam setengah 2 kita aahh udah harus selesee mmmhhh" ucapnya sambil mempercepat genjotannya.

*PLOK*PLOK*PLOK

Bunyi gesekan antara kedua alat kelamin makin kencang seiring cepatnya sodokan Jordi.

"Aaaaaaahhhh" desah Jordi yang mencapai orgasmenya. Ia menyemprotkan spermanya di dalam rahim Nayla.

"Diiiiiii. Kamu keluar di dalem???" ucap Nayla sambil melepaskan diri dari Jordi.

"Iyaa. Sorry nayy, kelepasan. Enak banget soalnya"

*PLAK*

Tampar Nayla cukup keras.

"Dibilangin kalo gak pake kondom tuh keluarnya di luar. Aku gatau kapan masa subur kapan masa gak suburnya" omel Nayla sambil merapikan pakaiannya yang berantakan akibat pergumulan tadi.

"Sorry-sorry nay"

*PLAK*

"INI ANAK NANTI SIAPA YANG NGURUSIN NANTI" bentak Nayla cukup keras.

Bentakan Nayla tadi membuat beberapa panitia menjadi bangun, namun karena 'nyawa nya' belum lengkap jadi mereka tertidur kembali.

"Kalo gue hamil gimanaaa" ujar Nayla seraya mengeluarkan air matanya.

Jordi yang tidak bisa berkata apapun hanya merapikan dirinya sendiri. Jordi lalu pergi dari ruangan panitia dan meninggalkan Nayla yang sedang menangis.

Jordi lalu berjalan-jalan mengelilingi penginapan dan ia rasa tidak ada yang mencurigakan sampai ia mendengar suara teriakan yang tertahan di bagian luar penginapan. Ia lalu langsung keluar dari penginapan tersebut dan mencoba mencari tau asal suara itu. Ia lalu menyapukan pandangannya ke bagian depan penginapan, namun ia tidak melihat apapun yang mencurigakan. Jordi yang penasaran, maju ke depan menuju semak-semak yang ada di sekitar penginapan. Ia lalu melihat siluet seseorang yg sedang berdiri di dekat pohon dekat situ. Karena ia parno dengan cerita-cerita yang beredar, ia kembali ke penginapan dan membangunkan saudara kembarnya Jodi yang bertugas sebagai koordinator lapangan.

"Jod, bangun jod" kata Jordi sambil menggerak-gerakkan tubuh Jodi.

"Eemmm apaaan sih di. Belum jam setengah 2 kan?" Lenguh Jodi sambil menguletkan tubuhnya.

"Bangun ehh, ada brisik-brisik di luar. Gue takut sendirian kalo ngecek"

"Yaudah gausah di cek" ujar Jodi masih dalam keadaan mata tertutup.

"Nanti acaranya dimana kalo di sana ga aman"

"Eeegghhhh. Yaudehh ayoo" Jodi bangkit dari tidurnya.

Mereka berdua kemudian menuju ke bagian depan penginapan dan langsung menuju pohon dimana ia melihat siluet seseorang. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat ada seorang wanita telanjang yang vaginanya dan payudaranya sedang dihisap oleh dua orang dan dalam keadaan mulut tersumpal

"WOY NGAPAIN KALIAN" teriak Jordi.

"Kedua laki-laki tersebut langsung meninggalkan wanita itu, namun Jodi dengan sigap langsung berlari mengejar kedua orang itu. Karena kecekatan Jodi, ia berhasil menangkap salah satu laki-laki tersebut sedangkan Jordi langsung memakaikan jaketnya kepada perempuan tadi.

"Kamu gapapa kan?"

Perempuan itu hanya menangis dan memeluk dirinya sendiri yang sudah di tutup oleh jaket Jordi.

"DII, INI ANAK ENAKNYA DIAPAIN?" teriak Jodi sambil menyeret laki-laki yang ia tangkap.

"Ooohhh mamat ternyata. Ngapain lu woy nelanjangin anak orang?" ucap Jordi dengan nada tinggi. Mamat hanya menunduk dengan raut wajah penuh penyesalan.

"Bro bro. Sabar. Mending ini cewek ini dimasukin ke kamar dulu aja. Baru deh ini orang kita bawa ke ruang pantia"

Jordi mengikuti perkataan kembarannya itu dan mengantar perempuan tersebut hingga depan kamarnya. Lalu ia menyusul Jodi yang sedang menuju ruang panitia.

Jam sudah menunjukan pukul 01.15. Alarm yang di set oleh panitia sudah mulai berbunyi dan ada beberapa panitia yang memang sudah bangun karena akan melaksanakan kegiatan berikutnya.

*BRAK*

"BUAT PARA PANITIA BANGUN SEMUA" teriak Jordi.

Panitia yang sudah bangun, kaget karena sikap ketua panitianya. Mereka langsung membangunkan panitia yang belum bangun.

"Ini ada orang yang udah berani-beraninya nelanjangin anak orang. Enaknya diapain nihh" ucap Jordi setelah semua panitia bangun. "Ini anak gabisa nahan nafsunya cuman gara-gara satu kamar" lanjutnya.

"Siapa di yang di telanjangin?" Tanya salah satu panitia

"Siapa mat?" Ucap Jordi sambil mendorong tubuh mamat kedepan hingga tersungkur. Mamat hanya diam saja dan membiarkan dirinya tetap tersungkur.

"JAWAB MAT" bentak Jordi.

"Yanti" ucap Mamat lirih

"Hah? Siapa? Kalo ngomong yang kenceng"

"YANTI" teriak Mamat. "Bukan gue awalnya di" jawab Mamat terbata-bata.

"Hah? Ngomong yang jelas" bentak Jordi sekali lagi.

"Toni yang mulai" Mamat berbicara sambil tubuhnya bergetar.

"Toni? Kelompok 4?" Ucap Jodi menyambar. "Di. Gue bawa Toni kesini ya"

"Gausah jo. Ini udah mau jam 2. Faza masih sakit kan? Ganti aja peserta yang bermasalah buat pengukuhan. Sisanya kayak yang udah dikonsepin. Terus alumni udah pada dateng?"

"Trus lu tetep mau Mamat sama Toni jadi anggota? Lu inget alesan tradisi kenapa kita ngegabung cewe cowo satu kamar?" Ucap Jodi dengan nada meninggi. "Nanti kita bakalan ada kegiatan yg banyak nge gabung cewe cowo di satu kamar. Kalo mereka aja gabisa nahan nafsu sekarang, apalagi nanti-nanti. Saran gue Mamat sama Toni kita pulangin dan laporin ke polisi. Buat Faza berarti gausah ada pengukuhan. Langsung kayak konsepan aja" lanjutnya.

"Terus alumni mau di gimanain kalo kayak gitu" ucap Jordi dengan nada yang tak kalah tinggi.

"Jelasin aja ke alumni kalo ada kunyuk yang ngelewatin batas"

"Aku setuju sama Jodi. Setelah mereka jadi anggota, mereka nantinya bakal dikirim ke desa-desa buat terjun ke masyarakat dan pasti bakalan cuman mungkin 3 atau 4 orang aja per desa. Dan ga menutup kemungkinan mereka bakalan satu rumah bahkan satu kamar, kalo mereka kedapetan berbuat yang engga-engga bakal mencoreng nama UKM kita bahkan nama Univ. Jadi aku setuju Mamat sama Toni kita pulangin dan laporin ke polisi" ucap salah satu panitia.

Nada setuju mulai terdengar di seluruh panitia. Jordi yang memang menjabat sebagai ketua panitia harus mengambil keputusan. Pertimbangan Jordi untuk tidak langsung memulangkan Mamat adalah agar acara yang sudah dikonsepkan jauh-jauh hari tetap terlaksana. Sedang bingung-bingungnya memutuskan, Mas Reza, salah satu alumni masuk ke ruangan.

"Ini udah jam berapa...Kok ga dibangun-bangunin pesertanya" ucap Mas Reza dengan nada mengejek. "Jordi mana Jordi. Di, kenapa ga dibangunin sekarang?"

"Ini mas, ada peserta yang kedapetan kayaknya mau merkosa temen sekelompoknya" kata Jordi sambil menarik dan mendorong Mamat ke depan Mas Reza.

Mamat hanya pasrah saja diperlakukan seperti karung beras. Raut wajah Mas Reza berubah menjadi raut mengejek karena tak percaya.

"Buseeeettt. Kontol bau masih bau kencur aja sok-sok an merkosa cewek" ucap Mas Reza. "Ngaceng lo liat cewek tidur?" Lanjutnya

Mamat hanya diam saja dan menunduk.

"Udahlah di, pulangin aja. Nggak ada gunanya kita nerima anggota yang moralnya aja udah rusak. Langsung aja lantik itu anggota yang kesisa. Orang yang bermasalah juga loyal kalo diliat-liat. Siapa namanya?"

"Faza mas"

"Iya udah, langsung lantik aja. Acara yg jam 2 dibatalin aja. Nanti gue bawa pulang nih si kampret. Ada lagi ga yg kayak gini?"

"Ada mas aku bawa ke sini dulu orangnya" ucap Jodi.

Jodi lalu keluar dari ruangan panitia dan menuju kamar Toni.

"Di, lo kalo ada masalah apa-apa, langsung cerita aja. Gausah dipendem sendiri. Gue tau. Lo itu calon kuat penerus ketua umum. Kalo sikaplu masih kayak gini. Lo bakal kalah sama adek lo itu" ucap Mas Reza.

"Iya mas. Maaf mas. Saya mikirnya acara harus jalan kayak yg udah dikonsepkan"

"Iya memang harus jalan sesuai dengan yang sudah dikonsepkan, tapi kalo ada hal-hal yang diluar batas, mau gak mau kita harus mengorbankan sesuatu sebagai bentuk konsekuensi mengapa hal tersebut terjadi"

Jordi hanya terdiam saja menghayati perkataan Mas Reza yang memang ada benarnya juga.

Tak lama setelah itu, Jodi kembali ke ruangan dan membawa teman sekamar Mamat.

"Geblek. Larinya kenceng banget nih orang" ucap Jodi sesampainya di ruangan. "Nih mas, dia temennya Mamat yang tadi juga ikutan mau merkosa cewek"

"Oke gue bawa dua orang ini. Ceweknya gak kenapa-kenapa kan?"

"Tadi sih lagi nangis tapi temen-temennya berusaha buat nenangin"

"Okedeh. Oke Jo, Di gue bawa kunyuk dua ini biar gausah jadi anggota dan kalo dia taun depan daftar lagi. Gausah terima!!"

"Oke mas. Terimakasih" ucap Jordi dan Jodi bersamaan.

Selepas kepergian Mas Reza, mereka berdua kemudian kembali ke ruangan panitia untuk membahas agenda terakhir yaitu pelantikan. Namun, belum lama setelah Jordi membuka rapat, ia mendengar teriakan yang sangat keras yang berasal dari salah satu kamar peserta dan para panitiapun langsung pergi ke arah sumber suara.
==========######==========

Aku dibangunkan karena ada keributan yang ada di luar kamar. Aku menyapukan pandangan ke seluruh kamar dan hanya mendapati Zakiyah yang belum bangun dari tidurnya. Aku berusaha bangkit dari posisiku saat ini, dan segera keluar untuk melihat ada keributan yang ada di luar.

Sesampainya di luar, aku melihat kerumunan di bagian depan villa. Aku menuju kerumunan itu.

"Ehh ada apaan?" tanyaku kepasa salah seorang yg ada di situ.

"Gak tau juga aku. Aku juga baru kesini. Denger-denger sih Tia mau dibawa kabur sama orang"

"Hah? Dibawa kabur?"

Jawaban dari orang itu sungguh tak memuaskanku. Aku lalu memutuskan untuk menerobos kerumunan itu. Sambil berdesak-desakan akhirnya aku sampai di bagian depan dari kerumunan itu.

Alangkah terkejutnya aku karena mendapati Wahyu menghunuskan pisau di leher Tia dan dikelilingi oleh Mas Jordi dan Mas Jodi serta beberapa panitia laki-laki lain.

"Mundur kalian. Kalo engga, orang ini bakal mati"

"Bos-bos santai. Ada masalah apa sebenernya?" Ucap Mas Jordi.

"Kalian menghalangi. Biarin aku pergi"

"Yaudah pergi aja, tapi gausah bawa cewek itu"

Wahyu tak bisa berkata apa-apa dan melihat sekeliling dan sekejap kemudian mata kami bertemu.

"ITU DIA. SEMUA INI SALAHNYA DIA" ucapnya sambil mengarahkan pisaunya ke arahku.

Seketika itu juga semua orang tertuju padaku dan aku langsung menunjukan raut wajah yang kebingungan. Tia lalu menggigit tangan Wahyu yang menyekap dirinya dan ia berusaha kabur. Namun sayang, gerakan Tia yang terburu-buru menyebabkan gigitan serta tenaga untuk kabur tidak besar, sehingga Wahyu masih sanggup menahan tubuh Tia.

"Mau kemana kamu. Dasar pelacur" ucap Wahyu yang membuat wajah Tia terkejut dan menunjukan kesedihan.

Aku maju kearah Wahyu dengan terpincang-pincang. Aku sempat di tahan oleh Mas Jordi namun ku beri dia pengertian dan ia maju bersamaku.

"MUNDUR SEMUA ATAU DIA MATI" ucap Wahyu sambil menghunuskan lagi pisau ke leher Tia.

Tia hanya bisa menangis karena itu. Aku lalu memberi isyarat kepada Mas Jordi untuk mundur sehingga biar aku saja yg maju. Ia mengerti dan mundur.

"Yu, ngapain sih?" Ucapku sambil berjalan mendekati Wahyu.

Wahyu langsung menyabetkan pisaunya ke arahku sesaat setelah jarak kami dekat. Aku yang sedikit menduga hal itu, dan berusaha mengelak namun apadaya tubuhku tak bisa sehingga membuat tanganku yang kusilangkan, terkena pisau dan darah segar keluar dari tangan itu. Akibat Wahyu menyabetkan pisaunya, pegangan terhadap Tia menjadi renggang dan membuat Tia bebas dari genggaman Wahyu.

Aku meloncat sedikit ke arah belakang. Keseimbanganku rusak karena rasa sakit yang amat sangat di kaki ku sehingga aku ambruk.

"MAMPUS KAMU ZA!!" ujar Wahyu sambil meloncat kearahku dengan menghunuskan pisaunya

*CREPPP*

Sebuah pisau menghujam pundak seseorang yang berada di depanku.

Aku sudah pasrah menerima serangan Wahyu, namun nasib berkata lain, seseorang datang menolongku. Orang yang bergantian dengan Zahra menggunakan bahuku untuk tempat menyender. Orang yang awalnya menjadi target ku bersama Zahra. Orang yang menjadi korban akibat rencanaku bersama Tama dan Dimas dan orang yang sekarang merupakan kekasih dari salah satu sahabatku.

Kejadiannya berlangsung sangat cepat menyebabkan kami semua tak dapat bereaksi.

Darah segar menetes ke pakaianku.

"TI....." ujarku lirih.

Tia ambruk di atas tubuhku dan bersimbah darah. Wahyu memasang raut wajah terkejut dan heran dan ia mundur secara perlahan dan ambruk sambil menutup mulutnya karena tidak percaya bahwa ia telah menusuk Tia.

"TIAAAAAAAAAAAAAA. FAZAAAA MANAAA FAZAAAAA. INI SEMUA GARA GARA KAMUUU" teriak Wahyu kalut.

Ia lalu bangun dengan raut wajah yang menyeramkan. Mas Jordi dan Mas Jodi langsung meringkus Wahyu namun ia melakukan perlawanan sehingga beberapa panitia lain harus membantu melumpuhkan Wahyu.

"Tiiii, kamu gapapakan?" ucapku sambil bangkit dan berusaha membangunkannya. "P3K P3K manaaaaaaaa?" Teriakku.

Tak lama setelah itu seksi p3k datang menemui kami dan langsung menutup luka Tia dengan perban.

"Bawa ke rumah sakit atau apapun. Darahnya keluar banyak. Dia gaakan bertahan kalo dibiarin" ujarku panik.

"Aku gapapa kok za, please jangan kasih tau Dimas ya. Nanti makin parah" ujarnya terbata-bata sambil menangis menahan sakitnya.

Panitia lalu membawakan tandu dan membawa Tia pergi.

Wahyu berhasil di ringkus dan tangannya kini diikat.

"INI SEMUA GARA-GARA KAMU ZAAA. GARA-GARA KAMU" ujar Wahyu dengan menghentak-hentakkan tubuhnya hingga ia kelelahan.

Aku yang masih kaget akan kejadian barusan, melihat Wahyu yang masih menyalahkanku di angkat oleh beberapa panitia dan dibawa pergi.

"Za, lo utang satu cerita ke gue karna lo udah ngerusak acara gue" ujar Jordi saat menghampiriku

"Kok gue mas?"

"Siapa lagi kalo bukan elo. Nama yg disebutin cuman elo. Langsung ke ruang panitia sekarang. Bisa jalan kan?"

"Mas, tapi aku mau cerita berdua doang dan gaboleh ada yang tau cerita ini" ujarku sambil mengikuti Mas Jordi.

"Okey"

Kami lalu sampai di ruang panitia dan Mas Jordi menginstruksikan panitia yang masih ada di dalam untuk segera keluar dan mendampingi peserta yang mungkin shock akibat kejadian tadi.

Aku lalu bercerita tentang asal mula mengapa Wahyu menyebutkan bahwa akulah yg bersalah atas kejadian barusan. Tentu saja aku menceritakan Zahra yang diperkosa olehnya dan Tia yang diperkosa karena pembalasan terhadap tindakan Wahyu.

Mas Jordi menunjukkan ekspresi yang tak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Aku paham karena mungkin dia masih menyimpan perasaan terhadap Zahra dan mengetahui Zahra telah kehilangan kehormatannya akibat tingkah seorang psikopat.

"Yaudah za. Elo balik ke kamar dan minta ke P3k buat nutup luka lo tuh di tangan. Nanti jam 7 siap-siap ke aula buat acara terakhir"

"Oke mas. Makasih. Maaf mas malah bikin acara mas berantakan"

"Gapapa, itu dia nya aja yg psikopat"

Aku lalu pergi dari ruangan panitia menuju kamarku. Aku meminta beberapa perban untuk menutup tanganku yang terkena pisau. Sesampainya di kamarku, aku melihat Mira, Devi, Yanti masih duduk di ranjangnya dan memasang muka takut.

"Hei, tidur kalian hahaha, besok pagi agenda kita padat" ujarku sambil menghempaskan diri di kasur. "Btw Mamat sama Toni sih kemana?"

"Toni dibawa Kak Jodi tadi, kalo Mamat gatau" ucap Mira. "Za, gausah tanya kenapa yaa. Malem ini kita udah dapet 2 kejadian yang tak disangka-sangka. Makanya itu mending kita tidur aja" lanjutnya.

Aku tak mau berkata apa-apa lagi dan memutuskan untuk pergi tidur dan diikuti oleh yang lain.





Waktu menunjukan pukul 5 pagi. Seorang wanita bangun dari tidurnya dan langsung menggerak-gerakkan lututnya untuk meyakinkan bahwa lututnya kini sudah sepenuhnya sembuh. Kemudian ia memutuskan untuk melaksanakan ibadah terlebih dahulu. Setelah selesai melaksanakan ibadah, Ia membuka HP-nya dan mengaktifkan paket internetnya karena paket internet yg lama sudah habis beberapa hari kemarin. Setelahnya berbagai pesan masuk ke dalam HP-nya dan mendapati pesan dari seorang pria yang ia cintai. Ia lalu tersenyum manis sekali setelah membaca pesan itu. Namun, nampaknya sudah sangat terlambat apabila membalas pesan itu dan ia akhirnya memutuskan untuk menelfonnya.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi. Silahkan tinggalkan pesan setelah bunyi 'TIIIT'"

Ia lalu menutup telfon itu. "Kemana ya dia. Masa pagi-pagi HP-nya mati sihh" gumamnya.

Ia lalu memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan mendapati ayah, ibu dan kakaknya sudah berada di ruang keluarga sedang menonton TV.

"Winda udah sembuh yaah, maaah hehehe" ucap Winda sambil menggerakkan lututnya.

"Alhamdlillah, kalo sudah sembuh. Lain kali lebih ati ati kalo lagi jalan" ucap Ayah Winda.

"Iyaa yaaah, ini kan di tabrak. Padahal Winda udah di pinggir jalannya. Supirnya aja yg pengen nabrak Winda"

"Hehehe anak mamah cantik sih, jadinya mobil aja pengen nabrak hahah" ucap Ibu Winda kali ini.

"Apaaan deh maaah hahah"

"Faza gimana win?" Ucap kakak Winda menggoda.

"Maksudnya mba? Ya gak gimana-gimana hehe" ucap Winda dengan wajah sedikit memerah.

"Winda. Gausah pacar-pacaran dulu yaa. Deket sama cowok boleh tapi harus ada batasnya. Kalo emang niat nak Faza baik mau memperistri kamu, ayah setuju tapi kalo buat pacar-pacaran mendingan jangan" ucap Ayah Winda.

Winda hanya diam saja setelah diberi penuturan oleh ayahnya itu. Ia lalu melihat kakaknya memeletkan lidahnya kepadanya. Winda sebel setengah mati.

"Iya Winda gitu ya" ucap Ayahnya sekali lagi.

"Yaah, maah kalo Winda ajak Faza ke sini boleh ga?"

"Oohh ya silahkan. Sekalian ayah juga mau kenal orangnya kayak apa Faza ini"

"Kalo ayah udah bilang boleh. Mamah pasti membolehkan"

"Yeeeyyy. Nanti aku kasih tau Faza deh hehe"

"Faza orang mana emangnya win?"

"Jakarta maaah"

"Oalaahh. Jauh yaa"

"Ya mungkin baru bisa kesini pas udah masuk kuliah lagi maah hehe"

"Lama doong Winda" ucap Ayahnya menyambar

"Ya iya yaah hehe. Mau cepet-cepet ketemu ya yah hahaha"

"Hahaha ayah manut anak aja"

"Win, ikut mba yuk lari-lari. Sekalian biar lemesin lutut kamu lagi tuh. Biar nanti kalo ketemu Faza bisa lari buat meluk dia hahaha"

"Mbaa iiiihhhhhhh jail banget"

Satu keluarga tertawa karena tingkah anak terakhirnya itu.
==========######==========​

Aku dibangunkan oleh Mira karena mendapatkan instruksi dari panitia untuk segera menuju ke aula. Kami semua berkumpul di aula dan disambut oleh banyak sekali alumni UKM ini. Acara kali ini adalah tentang sharing-sharing pengalaman para alumni dari menitih karir di organisasi ini hingga sekarang berada di dunia kerja. Setelah acara sharing-sharing tersebut, tbtb mas Jordi membisikan sesuatu kepada salah satu alumni dan membuat raut wajahnya berubah.

Lalu para panitia dan para alumni 'marah-marah' karena kami disebut kurang bermoral dan menyerempet bahwa kami kurang dalam hal apapun. Aku lalu curiga dengan menghilangnya Mamat dan Toni dan tangisan Yanti saat aku kembali ke kamar tadi malam berkaitan dengan masalah ini. Lalu kami beradu argumen persis seperti saat di fakultas dan beberapa peserta memang ada yg sampai nada tinggi dalam berargumen. Aku yang memang pendiam dan ditambah tubuhku belum sembuh sempurna, menyebabkan aku hanya mengikuti jalannya pertukaran argumen tersebut.

Akhirnya perdebatan diseleseaikan dengan pernyataan apabila salah seorang dari angkatan kami yg kedapatan melakukan hal asusila lagi, maka kami satu angkatan rela status anggota kami dicopot.

Kami semua sepakat dengan perjanjian itu dan acara ditutup dengan pemilihan ketua angkatan dan foto bersama.

Kami lalu pulang menggunakan kendaraan yang sama seperti saat berangkat dan para panitia mengikuti dari belakang menggunakan sepeda motor.

SKIP SKIP SKIP

"Oke terimakasih teman-teman semua sudah mengikuti semua kegiatan makrab. Semoga janji-janji kalian yang tadi diucapkan benar-benar diterapkan. Sekarang temen-temen semua pulang dan beristirahat. Dan selamat berlibur" ucap Mas Jordi setelah sampai di halaman depan kampus.

Aku turun terlebih dahulu dari kendaraan dan langsung menghampiri para panitia.

"Tia gimana mas?" Ucapku

"Ohh Faza ya? Tia kemarin udah kita bawa ke RS yg paling deket sama vila kemarin. Dan aku baru dapet kabar. Pendarahannya udah berhenti cuman mungkin lagi shock. Dia diem terus daritadi" ucap Mas Jodi.

"Kapan mas kira-kira udah bisa keluar dari RS"

"Kurang paham juga. Coba nanti aku tanya ke panitia yg jagain dia ya. Nanti aku kabarin. Ada nomer HP?"

"Ada mas. 08**********

"Okedeh. Nanti mas kabarin kalo gimana-gimananya"

"Oke mas. Makasih"

Para peserta kini telah menurunkan barang bawaannya masing-masing dan langsung menuju kos masing-masing. Aku menunggu Tama untuk menjemputku karena aku merasa dengan tubuh yang masih ringkih ini, tak akan kuat apabila harus berjalan kaki dari kampus hingga kosku.

"Nunggu siapa za?" Ucap Zakiyah mengagetkanku.

"Temen kosan zak haha. Kamu sih?"

"Nunggu ibu hehe"

"Ooh kamu orang asli sini...."

"Iyaa hehe, emang gak keliatan ya?"

"Engga hahaha. Medoknya gak kedengeran banget jadi kukira orang jogja atau solo gitu"

"Hahaha, emang ada turunan sih dari solo cuman bapak ibu ketemunya disini jdnya ya punya rumahnya disini"

Sedang asik-asiknya ngobrol dengan Zakiyah, Tama datang menjemput namun dengan raut wajah yang tidak biasanya. Aku lalu meminta Tama untuk menunggu sebentar karena tidak tega melihat Zakiyah sendirian. Dia pun berkenalan dengan Zakiyah dan sengaja bersalaman lama sekali saat mereka berjabat tangan ia pun langsung meminta nomer HP-nya. Tak lama setelahnya, ibu Zakiyah datang dan kami pun pulang ke kediaman masing-masing.

"Tam lau kenapa deh?" Tanyaku saat diperjalanan.

"Dimas, sob. Parah dah. Wahyu anjing emang"

"Ehh Dimas kenapa?"

"Untung tadi pagi gue main ke kosnya. Mau ngomongin ke dieng. Ehh si Dimasnya malah terkapar di depan kamarnya" ujarnya. "Kita naro barang lo dulu di kosan abis itu kita ke kosan Dimas"

"Dieng? Kok lu ga ngajak gue haha"

"Ini baru rencana kita berdua doang. Pasti lu diajak lah gamungkin engga hahaha"

"Okedeh hahaha"

Kami lalu menuju kosan dan menaruh barang-barang ku, mengambil HP serta berganti pakaian karena aku belum mandi sejak bangun tadi. Setelah itu kami berangkat menuju kosan Dimas.

Sesampainya di kos Dimas, aku melihat Dimas sedang berbaring di kasurnya dengan perban yang menutupi sebagian tubuhnya dan aku melihat salah satu kakinya bengkak.

"Ehh za. Eeeerrgghhh" ucap Dimas sambil berusaha bangkit dari tidurnya.

"Udah dim. Sante-sante. Tiduran aja lo" ucapku sambil sedikit berlari menuju Dimas.

"Kok lo pincang za?"

"Haha iya, jatoh gue. Nih sobek haha" ujarku sambil memperlihatkan luka yang ada di kakiku.

"Kenapa bisa?"

"Lagi outbond di vila jeruk, temen sekelompok gue jatoh dan dorong gue juga. Yaudah deh ikutan" ujarku. "Tapi ini paling bentar lagi sembuh"

"Dim, beneran kan si Wahyu yang bikin lo kayak gini?" Ucap Tama kali ini.

"Ya siapa lagi coba tam. Dia nyamperin Tia ke vila kan za?"

"Iya dim. Duh gimana yak gue nyeritainnya"

"Maksudnya?" Ucap Dimas dengan nada agak meninggi.

"Emmm Tia ketusuk sama Wahyu dim"

"ANJING" ujar Dimas tersentak dan segera di tenangkan oleh Tama.

"Selo dim, selo. Udah ditangani kok. Dia lagi di RS cuman katanya shock. Nanti aku bakal dikabarin sama panitia kalo udah sembuh dianya"

*TING*TING*

Aku mendapatkan pesan masuk ke HP-ku.

"Za, Tia udah bisa pulang dan ini lagi kami anterin ke kosnya

-Jodi" Tulis pesan itu.

"Nih dim, Tia lagi pulang. Sembuhin dulu badanlu baru nengokin Tia. Jangan bikin dia lebih khawatir pas liat keadaanlu"

"Iya za. Makasih. Terus si Wahyunya gimana?"

"Dia ditangkep sama panitia semalem dan dibawa pergi. Gue gak nanya sih dia dibawa kemana"

"Emm baguslah. Mudah-mudahan dia dibawa ke psikiater. Orang Gila emang dia"

"Dia neriakin nama gue mulu gila haha. Katanya semuanya salah gue. Apa coba ya hahaha"

"Ya emang gila yaudah biarin aja"

"Dim, berarti ke diengnya diundur yak?" Ucap Tama memotong obrolan kami.

"Tunggu gue sembuh dulu yakk. Seenggaknya bisa jalan deh" ujar Dimas. "Gue juga mau sekalian nganter Tia hehe"

"Nganter?"

"Iya. Tia kan orang Wonosobo"

"Oalaaahhh"

"Winda juga deh setau gue. Iya ga za?" Ucap Tama.

"Ehh. Gak tau gue haha"

"Ahh lo gimana sih. Bojo ne dewek masa ora ngerti (istri sendiri masa gak tau)"

"Ehh lu sama Winda za? Hebat juga lu hahaha" ujar Dimas kali ini.

*TRING*TRING*TRING*

Obrolan kami dipotong oleh nada dering HP ku yang menandakan ada panggilan masuk.
==========######==========

"Oke evaluasi untuk makrab kali ini emang cukup banyak. Mungkin untuk taun depan yg bakal jadi panitia, kita harus bener-bener dampingin dari awal. Jangan kayak kita sekarang yg seolah-olah di lepas oleh pengurus. Jadinya acaranya berantakan. Oke gimana. Ada masukan lagi?" Ucap Jordi. "Oke gaada? Cukup ya berarti. Jadi mungkin evaluasi kali ini di cukupkan. Silahkan temen-temen pulang dan beristirahat.

Rapat dibubarkan. Para panitia lalu keluar dari sekretariat.

"Di, gue duluan ya?" Ucap Jodi.

"Iyaa joo, nanti malem kalo mau packing, bareng aja yakk"

Jodi lalu berlalu dari sekretariat.

*PLAK*

Seorang wanita menampar seorang pria disaat mereka hanya tinggal berdua di sekretariat organisasi mereka.

"Apaan sih nay main nampar-nampar aja"

"NIH LIAT" ucap Nayla sambil menunjukan test pack ke Jordi.

Jordi mengambil test pack itu dari Nayla dan melihatnya sejenak tanpa berkata apapun.

"Aku hamil dii" ucap Nayla sambil menangis.

Jordi masih diam saja melihat Nayla yang menangis. Jordi lalu membuang test pack itu keluar jendela dan segera mencium bibir Nayla. Nayla sedikit terkejut dengan perlakuan Jordi namun ia tidak menolak ciuman itu. Cukup lama mereka berdua berciuman sambil berdiri. Jordi lalu segera menggerakkan tangannya ke bagian punggung Nayla dan mendorong tubuhnya yang menyebabkan mereka berdua rebahan dan berciuman dengan posisi Jordi di atas Nayla.

"Diii, gimana diii, gue hamil diii. Gimanaaa" ucap Nayla seraya melepaskan ciuman Jordi.

"Gue tanggung jawab nay. Sorry kemarin beneran kelepasan. Gue coba cari cara biar janinnya ga berkembang mumpung masih muda"

Nayla hanya diam saja lalu ia mencium Jordi lagi. Jordi lalu menggerakkan tangannya ke bagian dada Nayla dan meremas payudaranya.

"Aaahh please diii. Gue lagi gamau gituan sekarang"

"Engga nyampe masuk kok nay, gue cuman mau nyusu aja hehe" kata Jordi sambil menyingkap kaos Nayla. "Buka ya nay" lanjutnya seraya menyingkap BH Nayla.

"Aaahssss mmmmhhhh" desah Nayla saat puting payudaranya dihisap dan dipermainkan oleh lidah Jordi.

"Diii, udah diii, nanti ada yg liaat aaahh" ucap Nayla lalu menutup mulutnya agar desahannya tidak terdengar.

"Enak banget nay hehe. Padahal udah sering nyusu elo, tp rasanya malah tambah enak" ucap Jordi sambil menurunkan celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah sangat tegang. "Nay bantuin doong hehe"

"Pake bibir apa pake toket?"

"Yang mana aja deh nay. Yang penting bantuin hehe"

"Zzzzzzz"

Nayla lalu bangkit dari rebahannya dan duduk. Ia lalu mengocok penis Jordi dalam ritme pelan dan sambil memasukkannya kedalam mulutnya.

"Mmmmhhh aaahhhss emang enak banget dah Nayla. Terbaik. Aaahhh" desah Jordi saat penisnya dikulum oleh Nayla.

Nayla masih terus mengulum penis Jordi dan sesekali mengulum buah zakarnya.

"Aaaahhhh naaayyy. Sorryy gue keluaarrr aaaahhhssss" ucap Jordi saat mencapai klimaksnya.

Nayla mau tidak mau menelan semua sperma Jordi karena kalo tidak, spermanya akan berceceran di jilbab dan ia malas untuk membersihkannya. Setelah dikiranya Jordi sudah menyemprotkan semua spermanya, Nayla sedikit menggigit penis Jordi dan membuat Jordi meringis.

"Diii ambilin tissue sana. Jorok. Keluar gak bilang-bilang"

Jordi mengambil tissue yang ada di atas meja dan memberikannya ke Nayla. Nayla lalu mengusap mulutnya dan berceceran sperma lalu melemparkannya ke Jordi.

"Nay, jorok nay" ucap Jordi menghindari lemparan Nayla.

"Dihhh, sperma juga sperma elu, kamu jijik sama calon anaklu?"

"Yee bukan gituu"

Nayla lalu menubruk tubuh Jordi tiba-tiba dan membuat ia ambruk. Kini posisinya adalah Nayla diatas sedangkan Jordi dibawah. Nayla lalu memajukkan bibirnya ke bibir Jordi dan mereka berciuman kembali. Cukup lama mereka di posisi itu dan setelah mereka beriuman, Nayla rebahan di atas tubuh Jordi.

"Nay, pintu udah dikunci belum?"

"Kenapa emang?"

"Takut ada yang masuk hehe"

Nayla lalu bangkit dan merapikan pakaiannya. Begitupun dengan Jordi.

"Dii balik yuukk. Ngantuk"

"Mau dikelonin?"

"Gak mau. Gue nanti dijemput sama orang tua. Mau liburan katanya mereka"

"Buset dari Jakarta?"

"Iyaa laah. Darimana lagi"

"Yaudah yukk. Gue juga ngantuk"

Mereka berdua lalu keluar dari sekretariat dan Jordi mengantar Nayla hingga ke kosnya.
==========######==========​

Seorang wanita duduk di kasur yang ada dikamarnya dan sedang memainkan HP-nya. Ia lalu membuka daftar kontak yang ada di HP tersebut dan mencari nama seseorang yang ada di daftar tersebut. Setelah mendapatkan nama yang dicari. Ia lalu menekan tombol call lalu mendengar nada sambung.

"Alhamdllah, nyambung" ujarnya.

"Hallo assalamlkum Hani, kenapa han nelfon?" Ucap suara di seberang.

"Waalakumslm. Zaa hehe. Gapapa zaa. Lagi ngapain?"

"Lagi jenguk Dimas han. Sakit dia"

"Yaampun. Sakit apa?"

"Wahyu berulah lagi han. Dia bikin Dimas babak belur sekarang. Untung Tama dateng, kalo engga bisa mati si Dimas"

"Ampun deh tuh orang. Maunya apasih yaa"

"Tenang haan haha, Wahyu udh diringkus semalem. Ceritanya panjang bangeettt. Mending aku ceritain pas kita ketemu aja ya han hehehe"

"Yaaaah lama dooong"

"Sabaar yaa hahaha"

"Zaaa"

"Apaaa han?"

"Emmmm, kamu pulang ke Jakarta kapan?"

"Belum tau nihh, aku mau liburan dulu disini sih rencananya sama Dimas sama Tama. Cuman karna Dimas juga lagi kayak gini jadinya gatau deh"

"Oooohh gitu ya za hehe"

"Kenapa emang han?"

"Emmm engga kok gapapa, nanya ajaa hehe. Yaudah dehh. Titip salam aja buat Dimas semoga lekas sembuh"

"Iyaa han. Sudah tersampaikan haha. Aku kalo pulang bakal laporan kok han hhahaha. Tenang ajaa."

"Ahahaha gausah laporan juga gapapa kok"

"Beneran nih? Yaudah deh gausah haha"

"Iiihhhh jangaaan zaaa. Kabar-kabar ya zaaa kalo pulang hehe"

"Hahahaha. Yaudah deh. Wassalamlaikum. Aku juga kangen kamu han" ucap suara di seberang lalu menutup telfonnya.

"Waalaikumslam. Apaan deh dia. Tbtb matiin telfon haha" ujarnya dengan muka yang memerah.

Tanpa disadari, adik dari perempuan itu melihat semua kelakuan yang dilakukan oleh perempuan itu saat telfonan.

"Mamaaaah, papaaaaahh. Kak Hani abis telfonan sama kak Fazaa" teriak adiknya sambil berlari keluar dari kamar kakaknya.

"Tariiiiiiii. Iiiiihhhhhhhh" kata perempuan itu sambil berlari mengejar adiknya
==========######==========​

"Cailaaah, siapa za? Pake kangen-kangenan segala?" Ujar Dimas yang masih terbaring di kasurnya.

"Hani laah siapa lagi coba. Faza tuh gabisa milih mau Zahra, Hani atau Winda. Dijabanin semua sama dia hahaha. Kalo Zakiyah masuk nih. Pasti dijabanin sama Faza" ucap Tama menyambar.

"Ahahaha anjing lo tam emang"

"Zakiyah siapa?" Ucap Dimas.

"Kelas B dim. Imut anaknya. Manis" ucap Tama

"Tuhkan itu mah emang lu yang kepengen hahaha" ujarku

"Hahaha. Gue coba masuk ya za. Barangkali mau dia sama gue"

"Bisa tuh tam zakiyah lo ajak ke dieng hahaha" ucap Dimas

"Weeh. Iya tuh. Biar gue gak jones-jones amat nanti yak"

Kami pun tertawa karena pernyataan Tama barusan.

"Yaudah cepet sembuh ya dim. Biar kita jadi ke dieng haha" ucapku.

"Iya za. Pengennya juga gitu. Gue pengen ketemu Tia dulu tapi"

"Telfon dim. Nih" ucap Tama sambil menyerahkan HP Dimas.

"Yaudah. Kita balik dulu yakk. Cepet sembuh. Langgeng sama Tia. Titip salam juga buat dia. Bilangin cepet sembuh"

"Iyaa za makasih"

Kami lalu kembali ke kosan dan aku langsung berbaring di kasurku. Aku lalu membuka HP ku dan mencari kontak Ibu lalu aku menekan tombol call.

"Hallo assalamulakum. Kenapa nak?" Ucap suara di seberang sana.

"Waalakumsalm. Maaah, kayaknya aku pulang ke jakartanya semingguan lagi deh hehe. Aku mau ke dieng dulu sama temen-temen. Ini aku baru pulang dari makrab hehe"

"Ooohh. Yaudah. Izin sama ayah dulu ya za. Mamah mah ngizinin aja. Naik motor kesananya?"

"Iya maaah. Naik motor"

"Trus rencananya berangkat kapan?"

"Belum tau maah, soalnya temenku lagi ada yg sakit jadinya nunggu dia sembuh dulu"

"Oooh yaudah. Mamah ngizinin tapi kamu izin sama ayah dulu"

"Iya maahhh"

Aku menutup telefon dan kembali menelfon bapakku. Untuk meminta izin. Cukup sulit untuk mendapatkan izin dari bapakku ini karena aku pergi menggunakan motor. Bapakku punya pengalaman buruk dengan motornya sehingga mungkin beliau masih parno dan tidak ingin anaknya bernasib sama seperti beliau. Namun dengan bujukkan-bujukkan akhirnya aku diizinkan oleh Bapakku.

Aku lalu menutup telefon dan langsung pergi tidur karena tubuhku sangat letih.
==========######===========​

"Nomor yang anda tuju sedang sibuk....."

"Hiiiihhh. Sibuk muluu sihh. Gabisa di telfon-telfon. Kangen" ucap seorang wanita.

Ia lalu menlfon nomer itu lagi dan kali ini terdengar nada sambung.

"Naah akhirnyaa nyambung juga"

Namun nada sambung itu terus terdengar tanpa diangkat oleh orang yang dimaksud. Ia menelfon berkali-kali namun tidak mendapatkan hasil.

"Laaaaaaa. Ga diangkat-angkat" ucapnya sambil melempar HP nya ke kasurnya.

"Windaaaa sini bantuin mamah ngangkat jemuran"

"Iyamaaaahh bentarrrr"

Wanita itu lalu keluar dari kamarnya dan membantu ibunya mengangkat jemuran karena hujan datang tiba-tiba.

"Kamu kenapa nak? Kok murung gitu?"

"Sebel maaah. Faza ditelfon ga diangkat-angkat"

"Sabar nak. Mungkin ia lagi ada keperluan makanya belum buka HP"

"Masa dari pagi dia ga ngecek-ngecek HP-nya sih maaah huhu"

"Winda yakin ga sama Faza?"

"Maksudnya mah?"

"Kalo kamu yakin sama Faza, gaakan ada ragu-ragu. Gaakan ada curiga. Ayahmu dulu itu cueknya minta ampun. Tapi mamah sabar nunggu. Mamah gak pernah mikir macem-macem. Kan pikiran itu cuman asumsi. Belum tentu bener. Kalo kamu yakin sama Faza yaudah tunggu aja Fazanya"

Winda hanya terdiam setelah mendengar petuah dari ibunya.

Setelah jemuran terangkat semua, Winda kembali ke kamarnya dan ia memutuskan untuk tidur karena hawa nya sangat enak untuk tidur.



Bersambung...................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar