Kamis, 26 April 2018

Cerita Dewasa - Kisah Si Badan Babi (part 5)


Ujian Akhir Semester tiba.

Aku baru saja sembuh dari demam yang kemarin menjangkit tubuhku ini. Zahra cukup berperan besar dalam proses penyembuhanku karena selama aku sakit, ia menginap di kosku untuk merawatku. Kadang Hani juga mampir ke kosku namun hanya sebentar dan hanya sekedar melihat kondisiku. Aku juga baru mendapat kabar bahwa Dimas dan Tia sudah resmi berpacaran. Aku sedikit terkejut karena memang waktunya cepat sekali pasca kejadian di kos Tia saat itu. Aku memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian Mba Nayla kepada Zahra karena aku tidak mau merusak sikap Zahra kepadaku dan sejujurnya aku sangat nyaman diperlakukan seperti ini oleh Zahra.
Oiya satu lagi. Winda sudah bisa berjalan dengan normal, namun belum bisa berjalan dengan cepat. Aku tau kabar tersebut saat dia menjengukku yang ditemani oleh Hani.

Senin pagi

"Zaahh bangunn udah siaang" kataku sambil menggoyang-goyangkan badannya.

Zahra menginap di kosku dan kami semalam belajar bersama untuk ujian hari ini.

"Emmmmm" rintih Zahra sambil mengulet. "5 menit lagi zaa. Masih ngantuk"

"Hehh ayoo bangun. Emang kamu mau mandi disini?"

Seketika itu juga Zahra langsung bangun dari tidurnya.

"Lohh za, kamu udah mandi?"

"Udaah laaah. Makanya ini udah jam 7. Kita ujian jam 8 kan?"

"Ehh iyaaa. Hayuu hayuu kamu anterin aku pulang"

"Yaudah buruan bangun"

Zahra lalu membereskan peralatan seperti laptop kertas-kertas serta alat tulis yang tadi malam digunakan untuk belajar. Aku segera memakai pakaianku dan memasukka peralatan-peralatan yang digunakan untuk ujian ke dalam tas ku. Setelah siap semuanya, aku lalu mengantar Zahra ke kosnya dan menunggunya mandi dan bersiap-siap.

Dalam momen itu, aku yang memang beberapa hari ini tidak melihat tubuh polos Zahra, mengakibatkan juniorku menegang.

"Liatin apa kamu za? Hahaha" kata Zahra saat baru saja keluar dari kamar mandi

"Ehehehe maaf zaah. Udah lama aku galiat kamu kayak gitu"

"Hiiihh dasaaar hahaha" katanya sambil memakai pakaiannya.

Setelah ia memakai semua pakaiannya dan sedang menggunakan bedak dan lipstik, aku memeluknya dari belakang.

"Ahahaha faza faza" katanya sambil merangkulkan tangannya di kepalaku. "Udaah iihhh mau ujiaan hahaha" ujar Zahra.

Aku melepaskan pelukanku dan segera keluar dari kamar Zahra.

Kami akhirnya menuju kampus untuk melaksanakan ujian.
==================================​

Selama satu minggu aku melaksanakan ujian. Sejujurnya aku tidak bisa mengerjakan ujiannya. Bukan karena aku bodoh atau apa, tapi memang soal-soal yang keluar itu seringkali tidak ada di materi perkuliahan. Bukan hanya aku saja yang merasa seperti itu, orang sepintar Winda saja merasa soalnya memang sering tidak ada di materi perkuliahan.

"Za kamu pulang ke Jakarta kapan?" Tanya Zahra kepadaku saat kami selesai melaksanakan ujian di hari terakhir.

"Senin mungkin atau selasa zaah hehe"

"Kok lama banget?"

"Soalnya besok mau makrab UKM ku. Ini mau siap-siap"

"Yaaaahhh. Gabisa bareng doong"

"Emang kamu kapan zah?"

"Besok za. Ini aku mau minta tolong anter ke stasiun hehe. Mau beli tiket. Soalnya minggu ada acara nikahan kakak pertamaku. Jadinya aku harus pulang"

"Kamu sih anak ke berapa zah?"

"Ke empat hehe. Paling terakhir. Cewek sendiri hahaha"

"Waduh selain bapakmu aku juga harus izin ke 3 kakakmu ya berarti?"

Seketika itu juga aku melihat wajah Zahra memerah.

"Ahahaha apaandeeh zaaa. Cukup ke bapakku aja kok. Nanti juga mereka setuju kalo bapak setuju" jawabnya sambil tersipu malu.

Aku lalu merangkulkan tanganku di pundaknya dan kami jalan beriringan menuju motorku.

Aku mengantar Zahra ke stasiun untuk membeli tiket. Selagi menunggu Zahra mengantri membeli tiket, aku seringkali melihat teman-teman satu kampusku. Tak jarang pula aku melihat teman sekelasku. Mataku tertuju pada satu orang. Ia merupakan teman satu kelasku. Hani lebih tepatnya. Aku lalu minta izin kepada Zahra untuk menuju Hani dan ia setuju. Aku lalu menuju Hani yang sedang menunggu keretanya dateng.

"Lohh han cepet banget langsung pulang haha" ujarku saat aku sampai di tempat Hani.

"Iyaa haha. Ibuku udah kangen banget katanya" ujarnya. "Kamu sih ngapain za ke stasiun dan gak bawa apa-apa?"

"Ituu. Nganter Zahra beli tiket. Aku mah pulangnya senin haan hehe" kataku sambil menunjuk Zahra yang tengah mengantri

"Ohh makrab yaa?"

"Kok tau?"

"Iyaa si Devi cerita haha. Dia sebel banget gara-gara itu"

"Devi siapa?"

"Ihh Devi temen sekelas. Parah kamu mah belum kenal sama temen kelas sendiri"

"Hah?" Ujarku sambil mengingat ingat. "Ohhh yaaaa Devi. Yang teteknya gede itu kan ya?"

*PLAK*

"Kalo mau ngomong sembarangan tuh suaranya agak dikecilin" katanya setelah menamparku.

"Aduhhh iya iyaa maaf. Tapi bener kan yang teteknya gede?" Kataku dengan suara yang sudah ku lirihkan.

"Ihh kamu tuh yaa merhatiinnya itu mulu" katanya sambil mencubit hidungku.

"Sakit tau han" kataku sambil membalas perlakuannya itu dengan mencubit pipinya.

"Aduuhhh" rintihnya sambil memegangi pipinya setelah kucubit.

"Hey heeyyy ngapain kalian hahaha" kata Zahra setelah selesai membeli tiket.

"Itu zaah, si Faza nakal. Masa cubit-cubit pipiku sihh" ujar Hani sambil memeletkan lidahnya kepadaku.

"Dia duluan yang nyubit idungku. Enak aja"

"Hahaha yaampun kalian kayak anak kecil aja sih" kata Zahra sambil duduk di sebelah Hani. "Kereta jam berapa han?" Lanjutnya.

"Jam setengah 2 zah hehe. Sebentar lagi"

Kami lalu mengobrol-ngobrol ringan. Membicarakan keadaan Winda yang sekarang sedang di jemput oleh kedua orang tuanya. Kadang juga kami taruhan tentang orang-orang yang melewati garis batas apakah kaki kanan atau kaki kiri dulu yang melangkah.

Tak terasa, kereta Hani tiba. Aku lalu membantunya membawa kopernya dan aku mengantarnya hingga masuk ke dalam kereta.

"Ati-ati ya han hehe. Salam buat ibumu" kataku saat selesai meletakkan kopernya di bagian bagasi yang ada di atas kursinya.

"Makasih ya zaa, zaah hehe. Malah ngerepotin"

"Yaudah yuk kita turun. Nanti malah kebawa haha" ujar Zahra.

Kami lalu turun dari kereta. Beberapa saat setelahnya kereta tersebut berjalan dan kami melihat Hani di jendela. Kami lalu melambaikan tangan ke Hani sampai akhirnya kereta tersebut tidak terlihat lagi. Kami lalu memutuskan untuk segera menuju tempat parkir.

"Zah, mau kemana dulu nih?" Kataku saat kami sampai di motorku.

"Katanya kamu mau siap-siap buat besok?"

"Nanti malem aja ahh. Masih siang juga sekarang"

"Emmm. Ke venus yuk za. Mau ga?"

"Makan sekalian yaa. Aku laper haha"

"Yaudah yukk"

Kami lalu menuju venus dan langsung menuju bagian foodcourt.

Kami mengitari foodcourt itu dan akhirnya memutuskan untuk makan bakmi. Setelah memesan, kami lalu mencari tempat duduk. Setelah mendapatkan tempat duduk. Kami berbincang-bincang mengenai berbagai macam hal. Bahkan kami membicarakan Tia yang sekarang sudah menjadi pacar Dimas. Merembet ke masalah itu, akhirnya aku bercerita mengenai pemerkosaan Tia oleh Tama dan Dimas. Zahra sedikit menyayangkan rencanaku karena seharusnya tidak sampai segitunya, namun melihat sekarang Tia sudah menjadi milik Dimas menjadikan hal tersebut mungkin rezeki bagi Dimas.

Beberapa saat kemudian, pesanan kami datang dan kami langsung melahap makanan yang sudah tersedia.

"Zaa aku kenyang banget ihh. Ini kebanyakan" ujar Zahra sambil meletakkan sendok dan garpunya di mangkuk bakmi.

"Aku abisin yaa? Hahaha" kataku sesaat setelah aku menyelesaikan porsiku.

"Jangan aaah. Nanti kamu tambah gemuk. Aku perhatiin kamu udah kurusan tau dibanding pas awal-awal masuk"

"Masa sihh?" Kataku sambil mencubit-cubit perutku.

"Ya kalo abis makan maah, pasti kayak gak keliatan. Coba deh nanti kamu timbang berat badanmu. Pasti udah turun dehh"

"Yaudah dehh. Nanti aku nimbang" kataku sambil menyelesaikan makanku. "Zahh temenin aku nyari tas yukk. Tas selempang"

"Yaudah hayuuu"

Kami lalu bangkit dan langsung menuju area tas-tas. Aku lalu memilih-milih tas yang sekiranya cocok denganku sambil dibantu Zahra. Setelah mendapatkan tas yang sekiranya cocok dan harganya juga cocok. Kami lalu menuju kasir dan membayarnya.

"Za, kemana lagi?" Tanya Zahra kepadaku.

"Emmm. Aku sih udah selese. Kamu mungkin pengen beli apa gitu. Mumpung disini"

"Emmm apa yaa. Gatau haha"

"Beli baju mungkin?"

"Engga deh za. Bajuku udah banyak haha. Cukup dehh. Yaudah pulang yukk zaa. Aku mau packing hehe"

"Ohhh. Yaudah deehh. Hayuuu"

Kami lalu menuju tempat parkir.

*TIIN TIIN*

"Woeee zaa" ucap seseorang yang masih menunggangi motornya.

"Woee dim. Kaget gue haha. Kirain siapa" kataku yang akhirnya menyadari siapa yang membunyikan klakson.

"Ada Zahra juga nihh haha" ujar Dimas.

"Tiaaaaa" teriak Zahra kepada wanita yang dibonceng oleh Dimas

"Haii zaaahhh" teriak Tia sambil melambaikan tangan kepada Zahra.

"Duluan ya zaaa, zaaah hehe" kata Dimas

"Yooo ati ati" kataku.

Kami lalu menunggangi motorku dan langsung pulang

"Za, ke kosanku yaa hehe"

"Lohh kamu gak packing gitu?"

"Nanti aja laaah, lagipula aku gak akan bawa baju banyak-banyak, soalnya dirumah juga masih agak banyak"

"Yaudah dehh"

Kami sampai di depan kosan Zahra.

"Yuk zaa masuk"

Aku lalu memakirkan motorku di halaman kos Zahra dan langsung masuk mengikuti Zahra.

"Za, masuk ke kamar duluan ajaa. Aku ngambil minum dulu hehe. Nih kuncinya" katanya sambil melemparkan kunci kamarnya.

Aku lalu membuka kamar Zahra dan langsung menuju kasurnya untuk rebahan.

Sambil rebahan, aku membuka HP dan mendapati pesan dari Hani yang berisi sebuah fotonya sedang duduk disebelah wanita yang diketahui sedang mencari seorang anaknya yang menghilang. Foto tersebut diberi tulisan "kasian ya zaa huhuhu". Aku pun membalas "anaknya hilang dimana?". Namun pesan tersebut tidak segera ia balas.

Aku juga mendapati pesan dari Winda yang berisi foto dia bersama keluarganya yang saat itu sedang menjemputnya. "Zaa dapet salam dari mamah" isi pesan berikutnya. Aku menjawabnya "waalaikmslam. Salam balik yaa win"

Setelah beberapa saat, Zahra datang membawa satu ceret minuman dingin berasa jeruk.

"Nihh za, minum hehe" katanya sambil meletakkan ceret di meja.

"Yaampun zaah, aku bukan tamu jauh kali, gausah dikasih minuman segala haha. Tapi makasih lohh" kataku sambil mengambil ceret menuangkannya ke dalam gelas.

"Huuhh dasarr hahaha"

Zahra lalu merebahkan dirinya di sebelahku.

"Udah satu semester aja ya za" ujar Zahra.

"Emang ga berasa apa zah? Aku berasa banget loh. Capek ehh. Banyak praktikumnya" ujarku sambil mengarahkan tubuhku ke tubuhnya.

Zahra juga mengarahkan tubuhnya ke arahku.

"Zah" kataku sambil menindih tubuh Zahra. "Aku sayang sama kamu" lanjutku sambil menciumnya.

Tak ada reaksi penolakan oleh Zahra, dan ia cenderung membalas ciumanku. Aku lalu sedikit mencoba untuk memasukkan lidahku ke dalam mulutnya dan aku mengaitkan lidahku ke lidahnya. Zahra yang kaget, langsung mendorong tubuhku dan aku melepaskan ciumanku.

"Ehh maaf zaa. Aku kaget" ujar Zahra saat melihat aku terkejut akibat dorongannya.

"hahaha maaf yaa. Aku juga baru pertama kali kayak gitu jdnya mungkin aneh rasanya" kataku sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya.

Kami berciuman kembali, namun kali ini kami berciuman saja. Hanya saling mengulum bibir masing-masing.

Tak lama setelah itu, aku melepaskan ciumanku dan menarik tubuh Zahra agar bangkit. Dan aku langsung memegang kepalanya dan kulihat wajahnya merah dan matanya tak bisa memandangku.

"Zaaah. Mau jadi pacarku?"

Cukup lama ia terdiam dan akhirnya ia memandangku. Memandang mataku dengan dalam.

"Za, dari ospek aku udah ada perasaan sama kamu. Kamu tuh perhatian. Aku gak apa-apa kehilangan perawanku saat pertama kali kita melakukan itu. Tapi, pas tau kamu jalan sama Hani, nginep sama Hani, dan kemarin abis cerita bareng-bareng sama Hani sama Winda, aku jadi ngerasa kalo kamu juga sayang sama mereka. Jujur za, aku gaakan sanggup nahan kenyataan kalo pacarku. Kalo di hati pacarku tuh gak cuman aku doang" ucapnya sambil meneteskan air mata.

Aku hanya bisa terdiam sambil membasuh air matanya yang keluar dengan jariku.

"Zaa, aku gak apa-apa kok kalo cuman dijadiin tempat curhat atau bahkan partner sex kamu. Tapi yang jelas, kalo buat jadiin kamu pacar aku gabisa za. Maaf" ucapnya sambil memelukku dan menangis di dadaku.

Aku hanya bisa mengelus kepalanya. Cukup lama kami di posisi ini dan rasanya aku tidak sanggup melepasnya.

"Zaa, nanti kalo udah di jakarta kita main yaa. Ke mana gitu hehe" ucapnya setelah melepaskan pelukanku sambil mengusap tangisannya dan tersenyum.

Aku lalu menyergap bibirnya dengan bibirku dan kami berciuman sekali lagi. Tidak terlalu lama ciuman itu, aku lalu menarik jarum pentul yang ada di sebelah lehernya untuk melepas jilbabnya. Aku lalu menarik jilbabnya dan melepas ikat rambutnya sehingga rambutnya terurai.

Ia tersenyum kepadaku dan melepas kancing kemeja yang aku pakai lalu melepas kemejaku dan melemparkannya entah kemana. Setelah itu, ia langsung menyergap celanaku dan menariknya bersama celana dalamku. Ia lalu mendapati penisku yang masih setengah berdiri.

"Duhh udah lama gak liat ini mu hahaha" katanya sambil mengocok penisku.

Tak butuh waktu lama penisku menjadi tegak karena memang sudah cukup lama aku tidak melampiaskan nafsuku.

Setelah tegak sempurna, Zahra lalu mengulum penisku dan menjilatinya.

"Aaahhhh zaaaahhh uuuhhh emmmm" desahku karena memang kuluman dan jilatan Zahra terasa nikmat sekali.

"Zaaahh udaaahhh nantiii keluaarrrhhhh"

Zahra lalu melepaskan kulumannya lalu melepas kemejanya. Saat ia selesai melepas kemejanya, aku langsung bergerak menindih Zahra dan melepas celana beserta celana dalamnya. Ia masih berusaha melepas BH-nya sedangkan aku sudah bermain-main dengan vaginanya.

"Uuuhhh aaahhhh sshhhh aaahhhh" desah Zahra saat aku memainkan klitorisnya menggunakan lidahku.

Zahra masih belum melepaskan BH-nya karena aku keburu memberi rangsangan yang tidak dapat ia tahan. Dan tak lama setelahnya, tubuh Zahra mengejang dan aku disemprot oleh cairan kenikmatannya. Cairan yang dikeluarkan cukup banyak sehingga membuat wajahku basah kuyup.

"Aaahhh sssshh maaaff zaaaa aaahhhhss" desahnya sambil bangkit dan memberikan tissue kepadaku.

"Hahaha banjir banget sih zaaah, udah lama ya ternyata kita gak kayak gini lagi" ujarku.

Aku lalu membaringkan kembali tubuh Zahra dan melepas BH-nya. Setelah itu aku mengarahkan penisku ke depan bibir vaginanya.

"Siap zah?"

Ia hanya tersenyum kepadaku dan mengangguk.

Aku lalu mendorong penisku ke dalam vaginanya hingga kurasakan sudah mentok.

"Aaaahhhhssss" desah Zahra dan aku hampir bersamaan.

Aku lalu memaju-mundurkan penisku dengan ritme pelan terlebih dahulu karena ingin menghayati persetubuhan ini. Semakin lama semakin ku percepat ritme genjotanku dan hal ini membuat tubuh Zahra menggelinjang

"Aaahhhh zaaaaa ssshhhh aaahhhh" desah Zahra.

Aku lalu mencium kembali bibirnya sambil menggenjotnya. Hal itu membuat desahan-desahan yang keluar dari mulut Zahra tertahan dan membuat irama yang makin membuatku terangsang.

Tak lama kemudian, desahan Zahra makin tidak karuan dan bibirku sempat digigit hingga berdarah dan bersamaan dengan itu tubuh Zahra mengejang hebat dan ia mencapai orgasmenya yang kedua.

"Aawww" ujarku sambil melepaskan ciumanku dan juga genjotanku

"Aaahhh zaaa maaaff sssshhh aahhh. Gak sengajaa aahhh. Maaafffssss" desah Zahra sambil merasakan sisa-sisa orgasmenya.

Aku lalu mengusap bibirku menggunakan jariku dan memang mendapati bibirku berdarah.

"Zaahraa yaampuun hahaha. Kamu fix nih kangen sama aku hahaha" ujarku sambil mengoleskan darahku ke belahan payudaranya

"Maaff gak sengaja zaa" ujar Zahra sambil melepaskan penisku dari vaginanya dan mengambilkan tissue untukku.

Setelah selesai mengusap semua darah yang keluar di bibirku, aku meminta Zahra untuk memposisikan dirinya sedang merangkak dan ia mengetahui maksudku.

"Zaah, aku masukin ke sini gapapa ya?" Ujarku sambil menempelkan penisku di lubang anusnya.

Seketika itu juga Zahra menarik diri dan duduk menghadapku.

"Jangan zaa, sakitt banget pasti. Aku gamau laah. Yang biasa ajaa yaaa pleasee" rengeknya.

"Yaudah dehh. Oiiya zah, aku mau cerita tapi nanti deh selesai ini ya?"

"Cerita apaa?"

"Ada deeehh" kataku sambil memeluk tubuhnya dan memposisikan tubuh Zahra untuk merangkak.

Aku lalu langsung memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan menggenjotnya dengan ritme sedang. Selagi menggenjot, tanganku meremas-remas pantatnya dan sesekali memukulnya pelan. Tanganku lalu bergerak naik menuju punggungnya dan berakhir di payudaranya yang indah menggantung. Sambil menggenjot, aku juga meremas-remas payudaranya.

"Aaaahhh zaaaa pelaaannnn ssssshhh pelaaaannn" desahnya saat aku menaikkan tempo.

Tubuh Zahra kembali mengejang dan melengkung ke arahku. Hal itu menandakan Zahra kembali mendapatkan orgasmenya yang ke tiga.

Saat tubuh Zahra melengkung, aku dengan cepat segera menangkap tubuhnya dan aku memposisikan diriku rebahan. Sehingga posisi sekarang adalah Zahra berada di atasku namun membelakangiku.

"Masih kuat ga zah?" Ucapku dengan nada sedikit meledek.

"Aaahhh masihhh ssshh, tapi tungguu aaahh sebentarr ssshh"

Setelah sekiranya cukup beristirahat aku memegangi pantatnya dan mengangkat dan menurunkan pantatnya agar penisku dapat keluar-masuk vaginanya. Aku lalu bangkit dari tidurku dan meningkatkan ritme genjotan sambil meremas-remas payudaranya dan menciumi lehernya.

Beberapa saat kemudian, aku merasakan bahwa aku sebentar lagi mencapai klimaks. Aku lalu memutar tubuh Zahra dan kembali ke posisi awal, dimana aku diatas dan Zahra dibawah. Aku makin meningkatkan ritme genjotanku dan membuat payudara Zahra melonjak-lonjak seiring genjotanku.

Tubuhku sedikit menegang namun dengan timing yang pas, aku cabut penisku dari vaginanya dan menyemprotkan spermaku ke perutnya. Cukup banyak sperma yang ku semprotkan karena sudah seminggu lebih aku tidak keluarkan karena sibuk ujian. Aku lalu meratakan spermaku ke seluruh tubuh bagian depannya.

"Zaaa jorokk aaahhh masa diratain ihhh" protesnya sambil bangkit dari tidurnya dan langsung menuju kamar mandi.

Aku langsung menyusul ke kamar mandi dan kami memutuskan untuk mandi bersama.

Momen mandi bersama kami dihabiskan dengan saling gosok tubuh antara aku dan Zahra. Saat gilirannya dia mengocok penisku dengan sabun mandi dengan kecepatan tinggi yang mengakibatkan tubuhku kelonjotan dan mencapai orgasme dengan cepat. Saat giliranku, aku hanya menggesek-gesek vaginanya dan meremas payudaranya. Karena ia sudah terbiasa aku beri perlakuan itu maka membutuhkan waktu lama sampai ia mendapatkan orgasmenya. Itu juga karena aku mengocok vaginanya dengan jariku dan kulakukan dengan ritme cepat.

Setelah selesai mandi, ia langsung menggunakan kaos dan celana pendek.

"Kamu tadi mau cerita apa za?" Tanya Zahra kepadaku.

"Emmm, kemarin aku sama Mba Nayla gituan"

"Hahh? Kok bisa za?" Zahra langsung memposisikan duduk di depanku dan memperhatikan dengan serius.

Aku menceritakan dari asal mula aku bertemu dengan Mba Nayla, dia merupakan pacar dari Tama dan fakta bahwa ia merupakan ayam kampus.

"Ihh serem ya za. Ati ati kamu nanti kena penyakit.

"Jangan ngomong gitu doong. Takut nih aku"

"Abisnya kamu. Semua cewek digituin. Nanti siapa lagi?" Ucapnya dengan nada meninggi.

Aku terdiam akibat perkataan Zahra. Kesunyian ini berlangsung cukup lama hingga akhirnya Zahra mengambil koper.

"Loh zah, gapake BH?"

"Ya ngapain. Dirumah doang ini kan haha"

"Pentilmu keliatan lohh. Jangan keluar-keluar abis ini" ujarku sambil menujuk bagian payudaranya.

"Iyaa zaaa hahaha. Enggak kokk. Ini juga udah malem. Mau langsung packing terus bobo" katanya sambil mengeluarkan kopernya. "Sini za, bantuin aku packing!" Lanjutnya.

"Siap bosque"

Aku lalu melangkah menuju lemari dan memilih-milih pakian yang diperintahkan oleh Zahra untuk dibawa. Setelah selesai, aku lalu pamit untuk pulang karna memang waktu sudah menunjukan pukul 09.17 dan aku harus segera packing untuk kegiatan makrab esok hari.





Kegiatan makrab pun dimulai. Aku kembali membuat masalah karena aku tidak tau kelompokku untuk makrab kali ini. Aku tidak sadar kalau kelompok makrab dan kelompok saat penerimaan anggota baru di kampus berbeda dan pembagian kelompok itu terjadi saat, calon anggota yang 'bermasalah' sedang di tarik keluar. Jadi, dari waktu aku datang hingga proses keberangkatan, aku berada di kelompok dimana ada Anton salah satu teman sekelompok saat penerimaan anggota baru di kampus.

Aku baru sadar kesalahanku saat proses pemberangkatan, karena tiap kelompok di panggil namanya satu persatu oleh panitia dan aku didapati oleh panitia berada jauh dari kelompokku. "Aduuhh aku bakalan kena lagi deh ini" gerutuku dalam hati.

Pemberangkatanpun dimulai. Kami para peserta makrab diangkut menggunakan truk terbuka di bagian atasnya menuju tempat makrab. Sedangkan panitia mengikuti kami dari belakang menggunakan sepeda motor. Perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dan sesampainya di tempat makrab, kami disambut oleh udara dingin yang cukup menusuk kulit serta pemandangan hutan-hutan yang belum dijamah oleh manusia.

"Ayoo cepeet turun. Sekarang waktunya beres-beres serta istirahat dan jam 1 nanti udah siap di aula buat memulai acara" ucap Mas Jordi selaku ketua panitia menggunakan toa.

Kami lalu masuk ke dalam penginapan untuk dan langsung menuju kamar masing-masing berdasarkan pembagian kelompok. Aku terkejut saat mengetahui ternyata pembagian tersebut adalah berdasarkan kelompok karena rata-rata tiap kelompok terdiri dari 2 atau 3 laki-laki dan 4 perempuan. Kelompokku sendiri terdiri dari 3 laki-laki dan 4 perempuan. Jadi untuk dua hari kedepan kami akan menginap di dalam satu kamar bersama 4 wanita yang menurutku cukup lumayan apabila melihat wajah maupun tubuhnya. Pembagian kamar berdasarkan kelompok ini menyebabkan penurunan jumlah peserta karena banyak peserta khususnya yang wanita menolak sekamar dengan laki-laki. Namun panitia tetap menjalankan karena memang jumlah peserta yang bertahan masih dianggap cukup.

Mungkin sedikit perkenalan dari anggota kelompokku yang pertama dari laki-laki nya ada aku sendiri, ada Rahmat dan ada Toni. Dari ketiga laki-laki tadi, yang mempunyai badan tambun adalah aku dan Rahmat. Walaupun begitu Rahmat masih agak kurusan dan lebih gesit dibandingkan aku. Sedangkan Toni mempunyai badan cukup atletis dan perutnya rata.

Dari perempuannya sendiri itu ada Yanti, Devi, Zakiyah serta Mira. Dari keempat perempuan ini hanya Almira yang tidak menggunakan jilbab. Dan memang aku perhatikan, Almira memiliki sepasang payudara yang cukup besar dibandingkan yang lain. Aku dan Toni seringkali membicarakan berapa besar ukurannya apabila ada suatu kesempatan. Zakiyah memiliki tubuh paling mungil diantara mereka berempat dan memang anaknya supel, lucu dan menggemaskan. Sedangkan Yanti dan Devi merupakan teman sekelasku. Mereka memang suka memamerkan kemolekan tubuhnya walaupun mereka menggunakan jilbab. Tapi mereka akan marah apabila mendapati seorang laki-laki sedang memperhatikan tubuhnya.

Mungkin itu saja yang bisa ku deskripsikan, untuk deskripsi lebih lanjut silahkan lihat mulustrasi (hahaha)

Kamar kami terletak di bagian paling depan penginapan sehingga jendela yang ada di kamar langsung menuju pemandangan yang dapat memanjakan mata. Kamar kami juga memiliki 3 kasur dengan luas yang cukup sehingga bisa dibedakan antara wilayah wanita dan wilayah pria.

"Cowok-cowok keluar bentar dooong. Ini ada yang mau ganti baju. Kamar mandi penuh banget" ucap Devi.

Aku, Mahmat dan Toni langsung keluar dari kamar dan kami melihat-lihat sekeliling penginapan.

Di vila ini terdapat 5 kamar dan kamar yang berada di paling belakang digunakan untuk panitia sebagai ruang transit. Jadi ada 4 kelompok yang rata-rata terdiri dari 7 peserta. Aku berpisah dengan Mamat dan Toni karena melihat seorang wanita yang ku kenal.

"Eh Tia" sapaku ketika sedang mengelilingi penginapan.

"Fazaaaa hahaha. Kelompok berapa kamu?"

"Empat. Kamu berapa?"

"Dua nihh. Cowok-cowoknya mukanya mesum aku takut za"

"Hahaha. Tenang aja kok mereka gabakal ngapa ngapain kalo tau kamu pacarnya Dimas"

"Ahaha engga laaa tetep ajaa. Kamu gimana sama Zahra?"

"Gak kenapa-kenapa kok. Masih temenan"

"Masa sihh. Kalian tuh yaa tinggal pacaran ajaa susaah banget"

"Yeee orang Zahranya yg gamau. Aku bisa apaa hahaha"

"Ayo ti ke aula udah jam berapa nihh"

"Oiyaa hayuu hayuu"

Jam sudah menunjukan pukul 1 dan semua peserta langsung menuju aula yang letaknya tidak jauh dari penginapan. Setelah kami semua lengkap, acarapun dimulai.

Acara diawali oleh sambutan ketua panitia, ketua umum serta pembina UKM. Lalu dilanjutkan dengan pengisian materi oleh beberapa senior dan diselingi oleh games-games dari panitia. Setiap ada kesempatan, aku selalu mencari dimana Mba Nayla berada namun aku tidak kunjung melihatnya.

Acara di aula selesai pada pukul 3 sore. Para peserta di arahkan untuk melaksanakan ibadah terlebih dahulu dan berkumpul kembali pukul 4 di lapangan.

"Ton liat deh BH-nya mira nyeplak noh" ucapku sambil berjalan menuju lapangan.

"Iya cuyyy pink kali ya?"

"Apanya nih yg pink? BH-nya atau isinya?" Hahaha.

"Dua-duanya laah haha. Tai lah za gua ngaceng nih sekarang"

"Coli aja dulu. Jam 4 masih lama hahaha"

"Yakali coli 15 menit doang. Mana ada rasanya hahaha. Mamat mana sih ini?" Ucapnya sambil menyapukan pandangannya mencari Rahmat. "Naah tuh diaa. Bentar za gue panggil Mamat dulu" lanjutnya lalu meninggalkanku.

Tak lama kemudian, Mamat datang bersama Toni dan kami jalan beriringan.

"Cuy nanti malem cewe-cewe bakalan pindah gak ya?" Ucap Toni mengawali. "Gue ngaceng liat Mira parah. Apalagi si Devi noh. Bajunya ketat banget. Lagipula nanti masa cewe-cewe nya galepas jilbab pas tidur? Aneh-aneh aja emang nih panitia. Gue baru pertama kali ikutan acara yg nginep tapi cewe cowo digabung tidurnya" lanjutnya.

"Iya gua gangerti maksud panitia apa. Tapi yang jelas kita harus ngikutin semua aturan kalo gamau kayak pas di kampus" ucap Mamat.

"Iye ati-ati lu nanti kayak gue pas di kampus hahaha" ucapku.

"Emang di kampus ada apaan cuy?" Ucap Toni

"Lah lu gatau? Peserta yg ga ngikutin peraturan kan di tarik kemarin. Dipisahin ke beda ruangan. Lo kena ya za? Hahah" ucap Mamat.

"Baru tau gue. Pantesan kemarin tiba-tiba anggota kelompok gue ilang satu pas abis lampunya dimatiin" ucap Toni

"Iye hahaha, dimarahin gue disitu. Gila. Alumni semua ngebentak"

"Waduh serem juga ya" ucap Toni.

"Emang ada apa sih Ton?" Ucap Mamat.

"Gue ngaceng liat Mira mat hahaha. Parah dahh. Di kelas juga sering dalemannya tuh nyeplak. Dosen aja kadang-kadang jadi ga fokus kalo pas Mira datengnya telat"

Jam sudah menunjukan pukul 4 sore dan semua peserta sudah berada di lapangan dan berbaris sesuai dengan kelompoknya. Acara kali ini adalah outbond dengan mengitari daerah tempat kami sekarang. Sebelum memulai outbond, kami diberi waktu 5 menit untuk membuat yel-yel yang nantinya akan dijadikan sebagai tiket masuk untuk tiap-tiap pos permainan.

Waktu yang di sediakan sudah habis dan semua kelompok sudah memiliki yel-yel nya masing-masing. Masing-masing kelompok kini memulai perjalanannya. Perjalanan dimulai dari kelompok pertama berjalan duluan lalu 10 menit kemudian kelompok ke dua begitu juga seterusnya hingga kelompok terakhir. Karena kelompokku adalah kelompok terakhir sehingga keberangkatan kami yang paling lama. Jadi kami memutuskan untuk mengobrol-ngobrol sambil duduk melingkar sambil menunggu giliran

"Za, kamu tuh yang pacaran sama Zahra bukan sih?" Tanya Mira kepadaku.

"Ehh engga kok mir, aku ditolak sama dia hahaha"

"Masa za? Tapi di kelas mesra banget. Bahkan pas ujian kemarin aja kalian selalu pulang bareng" sambar Devi.

"Hahaha" aku hanya bisa tertawa karena mengingat alasannya menolakku. "Emang kenapa mir?"

"Ehh gapapasih, cuman ada kaka kelas naksir sama Zahra katanya, cuman pas tau dia udah pacaran sama kamu jadinya ya dia mundur"

"Siapa?"

"Kak Jordi"

"Yaaaaahhhhhh" ucap Yanti dan Devi hampir bersamaan. "Tau darimana mir?" Ucap Devi melanjutkan.

"Dia kan pendampingku pas ospek dan aku juga naksir sama dia tapi pas diperhatiin, dia selalu ngeliatin Zahra terus kalo lagi sesi dampingan. Kelompokku kan deketan sama Zahra jd ya keliatan banget kalo Mas Jordi selalu ngeliatin Zahra terus. Trus pas aku tanya langsung eh beneran." Ujar Mira menjelaskan.

"Yaaah gagal kita yan. Hahaha. Padahal kan niat ikut UKM ini tuh biar bisa ketemu Kak Jordi terus" ujar Devi.

"Ehh ehh Faza mulu nihh. Ada kita lohh" ujar Mamat sambil menggerakan jarinya ke dirinya danToni.

"Ahahaha iya tuh kasian. Ajak ngobrol gih" ujarku.

"Ton, bisa ga sekali aja ga ngeliatin BH-nya Mira? Matanya di jaga ya ton" Ucap Yanti yang membuat Toni terkejut.

Aku seketika langsung melihat Mira dan melihat wajahnya sedikit risih saat tau tubuhnya diperhatikan oleh Toni. Aku lalu mendapati Zakiyah yang berdiri di sebelah Toni langsung menjauh dan mendekati Devi.

"Tai apaaan sih yan, dari tadi juga gue ngeliatnya muka mulu"

"Hahaha gausah boong laaah, matalu lu selalu nyari-nyari kesempatan buat ngeliat. Emang gue galiat apa ton?"

Wajah Mira sedikit memerah lalu ia menyilangkan tangannya di dadanya dan meringkukkan tubuhnya.

"Awas lu nanti malem macem-macem. Kalo sampe berani macem-macem bakalan tau akibatnya" ujar Yanti melanjutkan.

"Awas ya lu yan" gerutu Toni dalam hati.

"Udaah udaahh. Mir bawa jaket ga? Kalo bawa, coba minta izin panitia buat ngambil jaket. Bilang aja dingin udah sore" ujarku

"Bawa za" ujar Mira lalu meninggalkan kami untuk mengambil jaket.

Akhirnya waktu memulai perjalanan kelompok kami tiba. Aku di tunjuk oleh teman-temanku untuk berada di depan dan disusul oleh Zakiyah dan seterusnya wanita dan di posisi paling belakang adalah Toni dan mamat.

"Mat, jagain matanya Toni ya. Kalo matanya kurang ajar, tabok aja" ujar Yanti.

"Siap bosque" ujar Mamat.

"Sialan" gerutu Toni.

Kami lalu menyusuri jalan setapak dan jalan setapak tersebut mengantarkan kami ke pos pertama dan memulai permainan yang ada di pos pertama.

Selesai dari pos pertama kami diberi selembar kertas yang berisi petunjuk pos selanjutnya. Aku bersama Zakiyah bertugas untuk memecahkan petunjuk ini. Aku cukup kagum dengan Zakiyah karena selain ia cantik dan imut, ia memiliki pengetahuan yang cukup luas sehingga tidak butuh waktu lama untuk memecahkan petunjuk ini.

Kami sampai di pos selanjutnya namun mendapati kelompok sebelum kami masih bermain di pos tersebut. Karena memang ada aturan bahwa jika ada kelompok yang terdahului oleh kelompok lain, maka kelompok tersebut mendapatkan hukuman di akhir acara. Sebagai hadiah dari kelompok yang mendahului, kami mendapatakn free pass sehingga kami tidak perlu bermain di pos tersebut dan juga kami tidak perlu memecahkan petunjuk karena posisi pos selanjutnya langsung di beri tahu oleh panitia penjaga pos.

SKIP SKIP SKIP

Karena ketangkasan kami dalam menyusuri medan dan luasnya pengetahuan Zakiyah dalam memecahkan kode, kami hampir menyusul kelompok kedua, namun tidak berhasil karena tepat setelah kami sampai di pos terakhir, kelompok kedua selesai menyelesaikan permainan.

Selesai bermain di pos terakhir, kami mendapatkan suatu benda yang nanti harus diberikan kepada salah satu panitia saat acara api unggun. Devi menerima benda itu dan langsung menyimpannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore dan langit sudah mulai gelap. Selama perjalanan dari pos terakhir, hingga ke penginapan, jalan yang dilalui adalah tangga yang menurun dan licin.

*SRAAKKK*

Aku terdorong karena Zakiyah terpeleset dan menimpaku. Kami terguling hingga anak tangga paling terakhir. Ajaibnya, kami berdua hanya mendapatkan luka luar saja seperti lecet, kulit terkoyak dan tidak sampai retak tulang dan lain-lain. Zakiyah langsung pingsan dan menindih tubuhku. Aku sempat berusaha bangun dan tanganku tidak sengaja memegang payudaranya. Saat aku berhasil bangun, aku langsung memposisikan tubuhku dan Zakiyah agar mudah diselamatkan oleh teman-temanku saat sampai di posisi kami.

"Yaaampun kalian gapapa kannn?" Ujar Mira langsung menuju kami.

"Bawa Zakiyah dulu ini. Dia pingsan. Siapapun buruan kasih tau panitia" ujarku.

Toni dan Yanti tanpa sadar langsung melanjutkan perjalanan untuk memberi tahu panitia. Mira dan Devi lalu merawat Zakiyah yang pingsan dan mengusap darah yang keluar dari kepalanya menggunakan tangannya. Aku merintih kesakitan karena betis kiriku tergores cukup dalam sehingga mengeluarkan banyak darah serta kepalaku juga berdarah namun aku masih sanggup untuk bertahan. Mamat berusaha meluruskan kaki ku dan menggunakan air yang tersisa untuk membilas darahku yang keluar.
==========######==========
Yanti dan Toni berjalan cukup tergesa-gesa dan beberapa kali Yanti tersandung namun Toni segera membantunya. Beberapa saat kemudian, mereka berdua sampai di villa tempat menginap dan langsung mendatangi ruang transit panitia lalu menjelaskan apa yang terjadi. Beberapa panitia langsung menuju ke tempat yang dimaksud oleh mereka berdua. Mereka berdua sebenarnya di suruh untuk tetap di tempat transit karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, namun Yanti tetap bersi keras untuk kembali ke tempat kecelakaan tadi sehingga mau tidak mau Toni juga mengikuti Yanti.

*SRAAAKKK*

Toni menarik tubuh Yanti dan menyeretnya ke semak-semak yang cukup tinggi.

"KURANG AJAARR. LEPASIN. MAU APA LO??" bentak Yanti kepada Toni.

Toni masih menyeret Yanti hingga cukup jauh dari jalan setapak.

"INI MAU GUE" ujar Toni sambil meremas payudara Yanti.

"Aaaahhhh lepaassssiiinnnn" Yanti meronta-ronta namun usahanya sia-sia karena tenaganya sudah habis digunakan untuk perjalanan outbond.

Toni lalu menyingkap kaos yang digunakan oleh Yanti, dan mendapati ada manset yang masih membungkus tubuh Yanti. Ia lalu menarik kaos Yanti hingga lepas bersama manset tersebut lalu membuangnya tak jauh dari tempat itu.

Toni lalu mendapati payudara Yanti yang kini hanya terbungkus oleh Bra berwarna krem yang senada dengan warna kulitnya. Ia lalu membalikkan tubuh Yanti dan langsung melepas kaitan BH Yanti dan melepaskannya dari tubuhnya.

"Buat sekarang gue cuman ngambil ini lo. Besok-besok kalo lo kurang ajar lagi. Gue bakal ambil perawan lo!!" Katanya sambil meninggalkan Yanti yang menangis di semak-semak. Ia lalu menyimpan bra itu di dalam celananya agar tidak dicurigai oleh siapapun.

Toni lalu menuju jalan setapak dan sesampainya disana ia melihat Devi dan Mira sedang melintas.

"Gimana Faza sama Zakiyah?" Tanya Toni ke mereka berdua.

"Zakiyah masih pingsan tadi barusan diangkut pake tandu. Faza masih bisa jalan cuman harus di papah" ujar Mira dengan ekspresi shock sekaligus khawatir karena keadaan teman sekelompoknya itu.

"Kamu sih dari mana ton?" Ucap Devi.

"Tadi pas aku balik, kayaknya ada yg jatuh di daerah sana, makanya aku nyari" kata Toni sambil menujuk ke arah dimana ia datang. "Hayuu buruan itu Faza sama Zakiyah kasian" lanjutnya.

Mereka lalu melanjutkan perjalanan menuju villa dan tanpa Mira dan Devi sadari, temannya masih ada yang masih berada di semak-semak dan sedang menangis sesenggukan sambil mencari-cari pakaiannya.

Sesampainya di villa. Hujan turun rintik-rintik. Mira dan Devi langsung menuju tempat transit panitia untuk melihat keadaanku dan juga Zakiyah, sedangkan Toni langsung menuju kamar dengan alasan untuk bersih-bersih

Toni lalu mengeluarkan BH Yanti yang ada di celananya kemudian ia masukkan ke dalam tas.

"Hmm 34B" gumam Toni sambil memasukkannya ke dalam tasnya.

Toni lalu mengambil beberapa pakaian kemudian langsung menuju kamar mandi. Cukup lama Toni mandi karena diselingi oleh kegiatan mengocok penis karena teringat bentuk payudara Yanti dengan puting berwarna coklat.

Setelah selesai mandi, Toni langsung menuju kamar untuk meletakkan pakainnya yang kotor. Ia mendapati Yanti yang basah kuyup karena kehujanan sedang mengambil beberapa pakaiannya.

"Udah balik yan?"

Yanti sedikit tersentak karena tidak tau bahwa ada seseorang yang sudah masuk ke dalam kamar. Yanti lalu menolehkan kepalanya ke arah Toni dengan mimik wajah kebencian. Namun ia tak mengatakan apa-apa.

"Hahaha biasa aja kali. Btw toket lu bagus. Boleh gue pegang lagi ga?" Kata Toni seraya berjalan mendekati Yanti.

Wajah Yanti langsung berubah menjadi ketakutan dan ia berjalan mundur sambil melihat Toni mendekat.

"Please jangan ton huhuhu" ucapnya sembari meneteskan air matanya.

"Cuman pengen liat lagi kok. Ga ngapa-ngapain"

Yanti tidak bisa berkata-kata apa lagi dan kini ia sudah berada di sudut ruangan sehingga sudah tidak ada ruang gerak lagi. Sementara itu, Toni kian mendekati tubuhnya sambil tersenyum menjijikkan.

"Aaaahhhh" desah Yanti saat payudaranya diremas oleh Toni.

"Tuhkan keenakan juga lu" ujarnya. "Yan, nyobain bibir ya?

Tanpa menunggu persetujuan Yanti, Toni langsung menyosor bibir dan mereka berpagutan.

"Mmmmmmhhh" desah Yanti di tengah-tengah ciuman mereka.

Yanti berusaha melepaskan ciuman Toni dengan mendorong tubuhnya, namun tenaga Toni masih besar sehingga usahanya pun sia-sia. Melihat gelagat Yanti, Toni makin buas dalam mencium Yanti. Ia memasukkan lidahnya ke dalam mulut Yanti dan mempermainkan lidah Yanti. Hal itu membuat Yanti merem-melek dan tidak bisa berbuat apapun.

Puas berciuman, Toni lalu turun ke daerah selangkangan dan melepas celana training yang dipakai oleh Yanti sekaligus celana dalamnya.

"Weehhh gundul bos" puji Toni. Toni langsung menyergap vagina Yanti dan menjilatinya dengan penuh nafsu.

Badan lemas, ditambah dengan rangsangan di vaginanya, membuat Yanti makin tidak bisa apa-apa. Ia hanya bisa mendesah karena lidah Toni masuk ke dalam vaginanya dan menyentil-nyentil klitorisnya. Ia sudah tidak sanggup untuk berdiri lagi dan akhirnya ambruk. Dengan ambruknya Yanti, makin memudahkan Toni dalam melakukan aksinya. Toni masih terus menjilati vagina Yanti dan beberapa kali membuka belahannya dan jarinya sedikit masuk. Yanti kian tak berdaya dan akhirnya tubuhnya mengejang hebat karena ia baru pertama mengalami orgasme.

"Ahahaha banjir juga kan" ledek Toni.

"Udaahhsss ya tooonnn sssshh aaahhh. Gue mau aaaahh mandii sshhh" ucap Yanti sambil menahan sisa-sisa orgasmenya.

"Iya yan, nanti malem kita beneran main ya hahaha" ucap Toni lalu bangkit dari posisinya.

Toni juga membantu Yanti berdiri karena melihat tubuh Yanti masih gemetaran pasca orgasmenya.
==========######==========​

"Faza lagi ngapain yaa. Dari tadi ga bales bales" gumam seorang wanita. "Kangen" lanjutnya sambil melihat-lihat foto-foto laki-laki yang di kangeni oleh wanita tersebut.

"Hahaha. Lucu yaa kamu kalo tidur" ucapnya saat melihat-lihat foto seseorang saat tidur bersama di kosnya.

"Hani. Turun sini. Makan malemnya udah siap" teriak seorang wanita paruh baya dari luar kamarnya.

"Iya maaaahh. Bentaarrr"

Ia lalu keluar dari kamarnya dan segera menuju ruang makan untuk makan bersama keluarganya.

"Kak Hani kenapa? Kok senyum-senyum sendiri." Ucap adik Hani.

"Ehhh engga kok" ujar Hani dengan wajah yang memerah.

"Hayooo. Siapa han kenalin atuh ke mama papah" ucap papah Hani.

"Ihhh engga kokk paaahh. Apaan sihh" ucap Hani dengan wajah makin memerah.

"Kalo engga, kok mukanya merah gitu" ledek ibu Hani kali ini.

Hani diam saja dan mukanya makin memerah.

Setelah beberapa saat. Akhirnya Hani membuka suara.

"Anu, anak Jakarta maah paah. Namanya Fazarul Nirham"
==========######==========​

"Mmmmmhhhh" rintih Zakiyah yang akhirnya siuman dari pingsannya.

Zakiyah berusaha bangkit namun rasa sakit di sekujur tubuh membuatnya tak mampu untum bangkit.

"Zak, tiduran dulu ajaa" ucapku yang masih rebahan di sampingnya.

"Yang lain kemana za?"

"Mira Devi Mamat katanya mau mandi, Yanti sama Toni gatau dimana"

"Ugghhhh" Zakiyah masih berusaha untuk bangkit.

"Dibilang tiduran ajaa zak"

"Maaf ya za, gara-gara aku, kamu juga ikutan"

"Gapapa zak, ini malah ajaib gaada yg patah. Soalnya lumayan tinggi loh kita jatuhnya tadi"

Zakiyah terdiam dan melihat lurus kedepan namun tatapannya terasa kosong.

"Za, aku takut sama Toni" ucap Zakiyah tiba-tiba.

"Ehhh?"

Zakiyah terdiam lagi. Ia lalu memeluk tubuhnya sendiri secara tiba-tiba dan kembali tiduran dengan posisi meringkuk. Aku yang juga tidak bisa bergerak dengan luas hanya bisa melihatnya melakukan itu. Kaki ku masih terasa nyeri sekali.

"Duhh gabawa HP lagi" gerutuku dalam hati.

"Uuuggggggghhh" aku berusaha bangkit dan berhasil.

Aku berhasil berdiri dan berjalan keluar dari ruangan transit secara pelan-pelan karena masih terasa nyeri.

"Za mau kemana?"

"Keluar. Bosen nihh"

"Ikutt" ucap Zakiyah sambil berusaha bangkit.

"Bisa bangun ga?"

"Bisaa uuugghhh" Zakiyah berhasil bangun.

Kami lalu keluar dari ruangan itu dan melihat ada seorang panitia yang mendekati kami. Ia menyuruh untuk tetap di dalam karena kondisi kami masih belum baik. Namun aku bilang kami tidak apa-apa dan ingin segera ke kamar kami. Panitia tersebut memanggil Mas Jordi selaku ketua pantia dan ia menanyakan apabila sudah sanggup mengikuti rangkaian sisanya maka silahkan kembali ke
kamar. Kami menyanggupi dan kembali menuju kamar kami.
==========######==========​


"BANGSAT!!" ujar seorang pria yang tengah tersungkur dan memegangi kakinya

"Kaki ku udah lebih keras sekarang. Makasih ya udah bikin retak kaki ku kemarin. Malah jadi lebih keras sekarang"

Pria itu masih memegangi kaki nya karena terasa sangat sakit walaupun tidak sampai retak. Lawannya kini mendekati nya dan menendang wajahnya dengan sangat keras dan menyebabkan pria itu terpental beberapa meter.

"Balikin Tia atau kamu kubunuh sekarang juga" ucap lawannya yang mengambil batu yang berukuran cukup besar yang ada di dekatnya.

"Pinter ya lu, nyerang gue pas semua penghuni kosan udah pada balik" ucap pria itu sambil berusaha bangkit. "CUPU"

"BACOT" ucap lawannya sambil berlari menuju pria itu.

*BEEGGHH*


1 komentar:

  1. Mari dicoba bermain di SUMO4D kak, proses depo wd lancar jaya, game hoki banyak SLOT, CASINO, TOGEL, SPORTBOOK, SABUNG AYAM, POKER
    Semua game ada di SUMO4D kak, Bonus new member UP TO 200K
    WA : +855967198602
    LINK okesumo.org

    BalasHapus